Banyak orang menganggap bahwa Yesus berbahasa Ibrani, jadi Yesus menyebut Allah Bapa sebagai ‘Yahweh.’ Suradi Ben Abraham dalam traktatnya menyebut bahwa “Orang Yahudi dari zaman dahulu berbahasa Ibrani, lihat saja bahasa orang Yahudi sekarang di Israel.” Ia juga mengatakan bahwa bahasa Ibrani adalah bahasa yang hidup yang dipakai terus menerus sejak zaman Musa, 3500 tahun yang lalu. Ada juga pendapat bahwa Alkitab Perjanjian Baru bahasa aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani, sedangkan Alkitab naskah Yunani koine adalah terjemahan dari bahasa Ibrani, demikian juga ada yang mengatakan bahwa dalam Alkitab berkali-kali disebut bahwa Yesus berbahasa Ibrani dan pada waktu ia berada di Sinagoge, ia membaca kitab Yesaya dalam bahasa Ibrani (Luk.4:16-20). Benarkah Yesus berbahasa Ibrani?
Biasanya klaim-klaim yang menyebut bahwa Yesus berbahasa Ibrani berasal dari kelompok ABA (Asal Bukan Allah) yang banyak diantaranya berasal dari Agama Islam yang beranggapan bahwa: “Al-Quran diturunkan dari surga dalam bahasa Arab, jadi bahasa Arab adalah bahasa surgawi.” Pandangan ini kemudian diteruskan setelah terpengaruh Yudaisme dan menganggap bahwa: “Tenakh (PL) diturunkan dari surga dalam bahasa Ibrani, jadi bahasa Ibrani adalah bahasa surgawi.”
Sayang pernyataan dogmatis demikian tidak didukung kenyataan sejarah, sebab sekalipun saat ini orang Yahudi di Israel berbahasa Ibrani, kita melihat dalam sejarah perkembangannya, bahasa Ibrani berkembang melalui berbagai tahap, jatuh-bangun sebagai bahasa percakapan, terpengaruh bahasa lingkungan, dan bentuk bahasa Ibrani yang sekarang digunakan di Israel berbeda dengan bahasa Ibrani tahap-tahap sebelumnya.
Tenakh (Kitab Suci Ibrani yang diterima Kristen sebagai Perjanjian Lama) berbicara mengenai sejarah orang Ibrani, nama yang biasa dikaitkan dengan nama ‘Eber,’ cucu Arphaksad, anak Sem (Kej.10:21-25), jadi orang Ibrani termasuk rumpun Semitik. Namun perlu disadari bahwa bahasa Ibrani sepanjang sejarahnya mengalami lima tahap perkembangannya yang utama, yaitu: (1) Ibrani Kuno; (2) Ibrani Kitab Suci; (3) Ibrani Mishnah; (4) Ibrami Para Rabi; dan (5) Ibrani Modern yang digunakan sekarang.
Menarik untuk mengamati bahwa bahasa ‘Ibrani Kuno’ sebagai bagian rumpun bahasa Semitik mulai kelihatan jejaknya sebagai bahasa tulisan pada abad-11sM, dan ternyata bukan berasal dari surga tetapi berasal dari bahasa Kanaan dan Amorit (band.Yes.19:18):
“Bahasa Ibrani adalah cabang dari bahasa Kanaan dan Amorit, atau lebih tepat Kanaan dan Amorit adalah dialek-dialek nenek moyang yang melalui percampuran keduanya pertumbuhan bahasa Ibrani dapat dijelaskan.” (Interpreter’s Dictionary of the Bible, vol.2, 552).
Bahasa Ibrani tulisan kuno ini menggunakan aksara Kanaan yang terdiri dari 22 huruf, hanya terdiri dari huruf mati (konsonan), dan ditulis dari kanan ke kiri tanpa jarak antar kata. Jejaknya masih kelihatan dalam kitab Sastra dalam Tenakh. Kitab-Kitab Tawarich, Ezra-Nehemia, Kidung Agung, Pengkotbah dan Ester menunjukkan bentuk bahasa Ibrani yang lebih lanjut yang dipengaruhi bahasa Aram dan disebut bahasa ‘Ibrani Kitab Suci’ yang berkembang sekitar tahun 500-200sM. (Kitab Esra sebagian ditulis dalam bahasa Aram, dan Ezra membaca Taurat diterjemahkan ke dalam bahasa Aram - Neh.8:2-9. Yer.10:11 dan Dan.2:4b-7:28 juga ditulis dalam bahasa Aram pula)
Kemudian, setelah semua kitab Tenakh ditulis, bahasa ini berkembang menjadi bahasa ‘Ibrani Mishnah’ yang berkembang dari sekitar tahun 200sM s/d 600M. Bahasa ini berbeda dengan Ibrani Kitab Suci dalam kosakata, tatabahasa, bentuk-bentuk pengungkapan, bahkan ejaan yang disebabkan kebingungan karena abjad Ibrani hanya terdiri dari konsonan, karena itu pengaruh kosakata lingkungan mudah masuk dan bahasa Ibrani dipengaruhi bahasa dan meminjam banyak kosa kata bahasa hidup masa itu, yaitu Aram, Yunani dan Latin (Romawi). Penemuan Qumran yang dari masa ini menunjukkan bahwa bahasa ini berbeda dengan bahasa yang digunakan Tenakh Masoret yang tertua yang berasal dari sekitar tahun 1000M.
Ibrani Mishnah kemudian disusul ‘Ibrani Para Rabi’ sekitar abad-6 s/d abad-19M yang masih bercirikan bahasa tulisan tetapi sudah mengalami perkembangan dan dipengaruhi bahasa Arab sejalan dengan pendudukan Yerusalem oleh kesultanan Arab. Bahasa Ibrani baru mengalami kebangunan kembali pada abad-19 dalam bentuk ‘Ibrani Modern’ sejalan dengan kebangkitan nasionalisme Yahudi/Zionisme dimana bahasa ini digunakan secara aktif sebagai bahasa percakapan sebagai perekat bangsa Yahudi. Bahasa inilah yang kita jumpai di Israel sekarang.
Sebagai ‘bahasa tulisan’ (bahasa mati), bahasa Ibrani berkembang terus dalam penulisan kitab suci, tetapi sebagai ‘bahasa percakapan’ (bahasa hidup) mengalami pasang surut karena tiadanya vokal, itulah sebabnya bahasa ini rentan terpengaruh bahasa lingkungan sebagai bahasa percakapan seperti Aram, Yunani, dan Arab. Pada masa Yesus hidup bahasa Aram dan Yunanilah yang digunakan sebagai bahasa percakapan, sebab sejak ekspansi Iskandar Agung pada abad-4sM, bahasa Yunani sangat berpengaruh di Palestina dan sekitar Laut Tengah, sehingga pada abad itu Tenakh atas restu Imam Besar Eliezer di Yerusalem yang mengirimkan 70 tua-tua Israel ke Alexandria di Mesir untuk menerjemahkan Tenakh ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta/LXX). Sebagai bahasa tulisan suci, bahasa Ibrani digunakan para rabbi di Bait Allah, tetapi dalam ibadat di Sinagoge dan percakapan di kalangan rakyat, bahasa Yunani dan Septuaginta, dan Aramlah yang digunakan. Pada masa ini Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani Koine.
“Di tanah Palestina sendiri bahasa Aramlah yang menjadi bahasa sehari-hari sejak abad IV/III sM; bahasa Ibrani lama-kelamaan hanya dipakai seabagai bahasa suci dan bahasa agama.” (D.C.Mulder, Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama, 214)
Lalu bagaimana dengan sebutan ‘bahasa Ibrani’ di atas kayu salib dan beberapa ayat lainnya? Sebenarnya terjemahan ‘bahasa Ibrani’ dalam ayat-ayat itu kurang tepat, mengingat bahasa asli Yunaninya ditulis ‘hebraisti’ (lidah orang Ibrani, Yoh.19:20;5:2;Yoh.20:16;Why.9:14;16:16), atau ‘hebraidi dialekto’ (dialek Ibrani; Kis.21:40-22:2;26:14) yang menunjuk pada bahasa Aram. Contoh jelas arti ini bisa dilihat dari nama-nama bahasa Aram yang menyusul, seperti Betesda (Yoh.5:2), Rabuni (Yoh.20:16), Apolion (Why.9:11), Harmagedon (Why.16:16).
“Bahasa ibu orang Yahudi Palestina di waktu itu adalah Aram. Sekalipun para Rabi dan Ahli-Kitab masih menggunakan bahasa Ibrani klasik Perjanjian Lama, untuk mayoritas umat ini adalah bahasa mati. ... barangkali karena rasa bangga yang salah, dan kemungkinan besar karena tidak dapat membedakan ketepatan ilmiah, bahasa Aram secara populer disebut sebagai bahasa ‘Ibrani’. ... Bahasa percakapan umum semitik orang Yahudi Palestina pada waktu Yesus hidup adalah Aram.” (The Interpreters Bible, Vol.7,43).
Yesus pada abad pertama tidak berbicara dalam bahasa Ibrani tetapi bahasa Aram, bahkan ketika membaca kitab Yesaya di sinagoge, ia membaca Septuaginta, bukan Tenakh Yahudi. Itulah sebabnya kita melihat adanya perbedaan kata-kata teks Luk.4:18-19 (dari Septuaginta) dengan Yes.61:1-2 (terjemahan Tenakh Masoret). Teks Masoret adalah salinan Tenakh Yahudi yang dikerjakan oleh keluarga Masoret, teks tertua yang ditemukan berasal dari sekitar tahun 1000M, teks inilah yang dijadikan dasar Tenakh Yahudi sekarang ini dan juga digunakan umat Kristen dalam terjemahan Perjanjian Lama.
“Bagian terbesar kutipan ini berasal dari teks Yes.61:1-2 dari LXX, ‘Merawat orang-orang yang remuk hati’ adalah sumber peninggalan naskah Lukas yang terbaik, ‘untuk membebaskan orang-orang tertindas’ berasal dari teks LXX dari Yes.58:6.” (The Interpreters Bible, Vol.8, 90-91).
“Septuaginta adalah Alkitab yang digunakan oleh Yesus dan para rasul. Sebagian besar kutipan Perjanjian Lama dalam Perjanjian baru dikutip langsung dari Septuaginta, sekalipun itu berbeda dengan teks Masoret.” (Geisler & Nix, A General Introduction to the Bible, 254).
Memang sekarang sudah ada Alkitab Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Ibrani, tetapi itu adalah hasil terjemahan Lembaga Alkitab Israel pada tahun 1970 dari bahasa aslinya Yunani.
Kita dapat melihat bahwa Yesus selagi hidup di dunia pada abad pertama tidak berbicara bahasa Ibrani melainkan bahasa Aram dan Yunani, dan Alkitab Perjanjian Baru tidak menunjukkan bahwa Yesus pernah menyebut nama ‘Yahweh’ dalam bahasa Ibrani. Di kayu salib Yesus berseru dalam bahasa Aram memanggil Bapa: “Eloi-Eloi, lama sabhaktani” (Mrk.15:34), Ini dalam PL bahasa Ibrani ditulis: “Eli-Eli lamah azavtani.” (Mzm.22:2).
No comments:
Post a Comment