oleh: P. William P. Saunders *
Saya mengunjungi sebuah Gereja Orthodox dan saya bertanya-tanya mengapa salib mereka mempunyai tiga palang dan satu palang bawah yang miring. Mohon penjelasan.
Salib yang dikenal sebagian besar umat Katolik Roma secara teknis disebut “Salib Latin” yang mempunyai palang vertikal yang panjang dengan sebuah palang horizontal disilangkan pada jarak sepertiga dari puncaknya. Tipe salib seperti ini diyakini sebagai yang dipergunakan orang-orang Romawi untuk menyalibkan Tuhan kita dengan memakukan tangan-tangan-Nya yang terentang pada ujung-ujung palang horizontal dan kaki-Nya pada bagian bawah palang vertikal.
Dalam tradisi Ritus Timur dari Gereja Katolik Roma kita dan dalam Gereja-gereja Orthodox, berkembang tradisi menambahkan sebuah palang horizontal yang lebih pendek di atas palang tempat tangan-tangan-Nya dipakukan dan sebuah palang miring di bagian bawah salib. Tipe salib ini pada umumnya disebut “Salib Timur”
Palang atas yang lebih kecil mewakili prasasti Pontius Pilatus yang ditulis dalam bahasa Latin, bahasa Yunani dan bahasa Ibrani, “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi. (Yohanes 19:19). Dalam bahasa Latin, prasasti itu berbunyi “Jesus Nazarenus Rex Iudaeorum” yang disingkat menjadi “INRI” pada sebagian besar replika.
Palang bagian bawah mewakili penyangga kaki di atas mana kaki-kaki Yesus dipakukan. Ada beberapa tradisi yang memberikan penjelasan mengenai palang yang miring ini. Pada abad keenam, palang yang miring melambangkan sakrat maut dan pergulatan Tuhan kita sepanjang sengsara-Nya di salib. Injil St Matius mencatat, “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka” (Matius 27:50-52). Dalam puncak traumatik ketika Ia menyerahkan Roh-Nya, palang horizontal itu tersentak dari posisi horizontalnya ke posisi miring.
Suatu tradisi yang muncul sekitar abad kesebelas menyatakan bahwa palang yang miring melambangkan keseimbangan antara penyamun yang baik dan penyamun yang jahat: penyamun yang baik, yang dikenal sebagai St Dismas, menemukan keselamatan di akhir masa hidupnya dan akan diangkat ke surga; sementara penyamun yang jahat, yang mengutuk Tuhan menjelang ajalnya, akan dicampakkan ke neraka.
Suatu penjelasan lain untuk palang yang miring adalah bahwa salib itu merupakan gabungan dari Salib Latin dengan Salib St Andreas. Sesudah Pentakosta, St Andreas mewartakan Injil di wilayah Asia Kecil. Suatu kisah menceritakan bahwa ia berkelana hingga ke Sungai Dnieper, memancangkan sebuah salib di atas sebuah bukit, dan menubuatkan bahwa suatu hari di sana akan ada sebuah kota besar, pusat kekristenan. Kota ini kelak akan menjadi Kiev. Tradisi juga mencatat bahwa St Andreas wafat sebagai martir di sebuah salib berbentuk X pada tanggal 30 November tahun 60 M dalam masa pemerintahan Kaisar Nero di Patrae, Achaia, Yunani.
Ketika St Vladimir memeluk Kekristenan pada tahun 989, Kiev menjadi pusat kekristenan bagi orang-orang Slav dan Rusia, dan St Andreas amat dihormati. Sesudah skisma pada tahun 1054 sebagai akibat dari pertikaian politik dan saling ekskomunikasi antara Paus dan Patriark Konstantinopel, Gereja di Rusia pada akhirnya memutuskan hubungan dengan Roma dan menjadi Gereja Orthodox Rusia. Dengan adanya invasi Mongolia yang dimulai di penghujung 1200-an, Tahta Kiev ditinggalkan dan dipindahkan ke Moskow, dan Uskup Alexis mengambil gelar, “Metropolitan Kiev dan seluruh Rusia”
Pada masa ini, Gereja Orthodox Rusia secara resmi mengangkat St Andreas sebagai santo pelindungnya. Sebab itu, Salib St Andreas yang berbentuk X, yang digambarkan dengan palang-palang miring, digabungkan ke dalam Salib Tuhan kita, Salib Latin tradisional. Di samping itu, suasana politik mendorong penggabungan kedua salib tersebut. Menurut Injil St Yohanes, St Andreas adalah yang pertama menemukan Mesias dan lalu memberitahukannya kepada saudaranya, Simon Petrus (Yohanes 1:40-42); sebab itu, dari perspektif politik, Uskup Moskow di bawah perlindungan St Andreas mengklaim diri lebih unggul atas Uskup Roma yang di bawah perlindungan St Petrus. Juga, salib yang khusus dengan palang atas dan palang bawah yang miring, membedakan Kristen Orthodox dari Katolik Roma.
Pada pokoknya, entah kita menghormati Salib Latin tradisional atau Salib Timur, kita diingatkan akan Kurban Tuhan kita yang diderita-Nya demi keselamatan kita, dan kita penuh khidmad berdoa, “Kami menyembah Engkau, ya Kristus, dan memuji-Mu, sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”
* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College and pastor of Our Lady of Hope Parish in Sterling, Virginia.
sumber : “Straight Answers: The Eastern Cross” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
No comments:
Post a Comment