PENDAHULUAN
Ada apa dengan ‘Da Vinci Code & Maria Magdalena’? Keduanya sangat berkaitan erat karena di samping mencoba untuk menjadikan Maria Magdalena sebagai isteri Yesus khususnya melalui legenda Holy Grail dan lukisan Last Supper karya Leonardo Da Vinci, novel The Da Vinci Code juga mempopulerkan Maria Magdalena sebagai ‘Rasul Kepada Para Rasul,’ dan untuk itu setidaknya dua kitab Injil Gnostik (berbeda dengan Injil Kanonik dalam Alkitab) dikutip!
Di tahun 2004, beredar buku novel terjemahan ‘The Da Vinci Code,’ karya penulis Dan Brown. Buku Novel itu meledak dengan cepat dan dicetak sampai 60 juta copy dalam 44 bahasa. Buku ini kemudian difilmkan di tahun 2006 dimainkan oleh Tom Hanks dan Audrey Tautou, yang isinya ternyata mengundang polemik. Mengapa buku ini isinya dianggap kontroversial tetapi begitu laku keras termasuk terjemahan dalam bahasa Indonesianya yang juga laris manis?
Tulisan di sampul buku terjemahan Indonesia memang menantang keingin-tahuan pembaca dimana ditulis komentar: ‘Memukau Nalar Mengguncang Iman!’ dan dibagian bawah ditulis kalimat berbunyi: ‘Misteri Berbahaya di Balik Karya Leonardo Da Vinci.’
Yang membuat novel ini laku keras selain isinya bernuansa thriller, teka-teki, detektif dan konspirasi, tema-tema yang memang laku untuk dijual, novel ini mencuatkan sensasi religius bahwa ‘Yesus dijadikan Tuhan oleh Raja Konstantin pada tahun 325’ dan juga berbau skandal tentang ‘Yesus yang menikah dengan Maria Magdalena dan memiliki anak’ yang tentu menjadi daya tarik sentral. Dalam novel ini juga dikemukakan bahwa Maria Magdalena adalah Rasul untuk Para Rasul karena ialah yang pertama menyaksikan Yesus yang bangkit dan ialah yang memberitahukan kepada para Rasul lainnya mengenai kebangkitan Yesus itu.
RANGKUMAN CERITA
Novel The Da Vinci Code mengambil setting di kota Paris yang terkenal dengan Menara Eiffel dan museum Louvre-nya sebagai awal cerita. Novel dimulai dengan sebuah kejadian di kota Paris, dimana kurator senior museum Louvre Sauniere ingin bertemu Robert Langdon, ahli simbologi Harvard yang sedang ceramah di Universitas Amerika di Paris, namun sebelum terlaksana, ia terbunuh dan meninggalkan teka-teki rahasia iman untuk dipecahkan sang ahli simbologi dengan bantuan seorang polisi wanita Paris bernama Sophie Neuvou yang juga seorang kryptolog (pemecah kode) yang ternyata adalah cucu kurator itu sendiri.
Dalam novel The Da Vinci Code diceritakan bahwa ada rahasia besar bahwa Yesus mengawini Maria dan memiliki keturunan, rahasia keturunan itu ingin dijaga oleh kelompok Biarawan Sion yang secara estafet diturunkan kepada para anggotanya sampai ke Sauniere. Sebaliknya, rahasia itu dibungkam oleh organisasi Roma Katolik Opus Dei karena rahasia itu mengancam ajaran gereja tradisional dan juga mengenai kedudukan Paus yang mewarisi kedudukan Rasul petrus sebagai pemimpin gereja. Dengan latar belakang penjagaan dan penghancuran rahasia itulah novel itu disusun.
Melalui berbagai macam kode, terutama kode deretan angka/huruf dan lukisan-lukisan Leonardo da Vinci, Sauniere sebelum dibunuh telah meninggalkan jejak rahasia itu untuk diketahui oleh Langdon dan Sophie. Langdon dan Sophie kemudian menelusuri jejak kode dan lambang-lambang itu mencari kebenaran yang masih disembunyikan oleh Sauniere.
Salah satu usaha yang dilakukan keduanya adalah mengunjungi Teabing, bangsawan Inggris yang sudah lama tertarik rahasia itu, untuk menanyakan rahasia Holy Grail. Dalam pertemuan dengan Teabing itulah novel itu bernada provokatif. Teabing menjelaskan bahwa Alkitab disusun oleh kaisar Roma Konstantin Agung, dan ritual kristen diatur Konsili Nicaea (325) yang diadakannya. Yesus yang sebenarnya adalah manusia biasa, ditetapkan sebagai ‘Putra Tuhan’ secara resmi melalui voting oleh Konsili Nicaea. Teabing lalu menjelaskan tentang lukisan ‘Last Supper’ karya Leonardo yang tidak menunjukkan adanya Cawan (Grail) yang dipakai oleh Yesus. Ini menimbulkan penafsiran cawan adalah sesuatu yang lain, yaitu ‘seorang ... perempuan’ yang tidak lain Maria Magdalena yang dianggap murid disebelah kanan Yesus dalam lukisan itu (Yohanes), yang tidak lain adalah isteri Yesus. Jadi legenda Holy Grail adalah legenda mengenai darah bangsawan. Berbicara mengenai ‘cawan yang menampung darah Yesus’ yaitu Maria Magdalena, rahim perempuan yang melahirkan keturunan bagi bangsawan Yesus. Biarawan Sion memuja Maria Magdalena sebagai Dewi, Holy Grail, Mawar, dan sekaligus Ibu yang Agung.
Dua kutipan dari Injil-Injil Gnostik, Yaitu Injil Filipus dan Injil Maria Magdalena dianggap membuktikan hal itu bahwa Maria adalah isteri Yesus dan bahwa Maria adalah rasul kepada rasul karena ialah yang pertama kali melihat Yesus bangkit dan ialah yang memberitahukan kebangkitan kepada para Rasul. Ayat-ayat itu adalah:
Dan pendamping [Juru Selamat] Maria Magdalena. [Kristus mencintainya] lebih dari [semua] para murid, [Yesus] menciumnya [sering] di [mulutnya]. Para murid lainnya [tersinggung]. Mereka berkata kepadanya “Mengapa engkau mencintainya lebih dari kami semua?” Juru Selamat menjawab dan berkata kepadanya, “Mengapa aku tidak mencintai kamu seperti aku mencintai dia?” (Injil Filipus)
Petrus berkata, “Benarkah Juru Selamat berbicara dengan perempuan tanpa setahu kita? Apakah kita harus bertanya kepadanya? Apakah Ia lebih memilihnya daripada kita?” ... Dan Lewi menjawab, “Petrus, engkau selalu panas hati. Sekarang saya melihat persainganmu dengan perempuan itu bagaikan musuh. Bila Juru Selamat membuatnya penting, siapa engkau sehingga engkau menolaknya? Tentu saja Juru Selamat sangat mengenalnya. Itulah sebabnya ia mencintainya lebih dari kita.” (Injil Maria Magdalena)
Kedua ayat itu cukup provokatif karena disamping berasal dari Injil Gnostik yang dianggap sebagai apokrifa, ayat-ayat itu khususnya ayat pertama dimanipulir oleh Dan Brown. Kata pendamping dalam ayat pertama oleh Dan Brown ditulis ‘companion’ yang ditafsirkan sebagai ‘spouse’ atau ‘pasangan hidup/isteri’ dan sebenarnya banyak ayat [dalam kurung yang terhilang/hancur] sehingga tidak terbaca tetapi diisi oleh Dan Brown sehingga menjadi seperti kutipan diatas yang tentu memberi arti yang menyimpang dibandingkan kalau isi tanda kurung itu berbeda.
KONSILI NICAEA
DALAM novel The Da Vinci Code, kekristenan digugat dalam kaitan dengan Konsili di Nicaea (325), yaitu a.l. disebutkan bahwa:
(1) Ke’Tuhan’an Yesus baru diputuskan oleh Konstantin di Nicaea tahun 325 melalui voting;
(2) Kanon Alkitab diputuskan secara politik melalui voting juga oleh Konstantin.
Bagaimana sebenarnya isu soal Konstantin dan Konsili Nicaea-nya? Konsili yang diadakan di kota Nicaea diadakan sebagai konsili pertama pada tahun 325 semasa pemerintahan raja Konstantin Agung (274-337) yang diberitakan telah menjadi Kristen.
Konsili ini diadakan karena adanya penatua di Aleksandria bernama Arius yang berpendapat ‘Yesus manusia yang lebih rendah dari Allah’ yang berbeda dengan pemahaman gereja secara umum selama 4 abad mengenai ke-’Tuhan’an Yesus. Pandangan Arius ditolak oleh uskup Aleksander dan penatua Athanasius yang juga berasal dari gereja Aleksandria, penolakan ini kemudian diteguhkan dalam konsili Nicaea yang khusus diadakan membahas pengajaran Arius.
Arianisme dirintis oleh Arius (256-336), seorang penatua di gereja Aleksandria. Ia terpengaruh neoplatonisme. Menurutnya pre-existence Yesus bukanlah Allah tetapi ciptaan pertama yang ‘seperti Allah’ (homoi-ousius) atau ‘demigod,’ semacam konsep ‘demiurge’ yang lebih rendah dalam Gnostik. Bagi Arius karena Yesus ciptaan, maka ia bukan Allah, dan bukan penebus karena hanya Allah pencipta yang bisa menebus umat manusia.
Pengajaran Arius ditolak gereja di Nicaea (325), dan menghilang dua abad kemudian, namun kemudian dipercaya secara sporadis oleh kelompok ‘Unitarian’ (abad-16) dan ‘Saksi-Saksi Yehuwa’ (abad-19). Konsili Nicaea mempertahankan ajaran tradisional yang menyebutkan bahwa Yesus adalah Allah (Yoh.1:1;20:28). Ajaran Yesus adalah Allah dan Tuhan sudah tercatat dalam Alkitab Perjanjian Baru yang ditulis pada abad pertama (50-100), jadi bukan merupakan hasil keputusan politik kaisar Konstantin melalui Konsili Nicaea (325). Misalnya dalam Injil Yohanes disebutkan bahwa:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yohanes 1:1)
Bahkan Yohanes mencatat Yesus sendiri mengaku sebagai Tuhan:
“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalauAku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.” (Yohanes 13:13-24)
Thomas dengan lantang berseru bahwa:
“Thomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28).
Dalam kitab Ibrani disebutkan bahwa:
“Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.” (Ibrani 1:8).
Dan dalam kitab Wahyu, baik Bapa maupun Anak disebut sebagai alfa (huruf pertama abjad yunani) dan omega (huruf terakhir abjad yunani), dan juga sebagai Yang Awal dan Yang Akhir:
“Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir.” (Wahyu 21:6, ayat ini diucapkan Allah Bapa)
“Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.” (Wahyu 22:13, ayat ini diucapkan oleh Tuhan Yesus).
Kanonisasi Alkitab juga tidak ada sangkut pautnya dengan raja Konstantin dan Konsili Nicaea karena merupakan produk murni gereja dan sudah diterima gereja sejak abad-2 (kecuali surat Yak; 2Ptr; 2-3Yoh; Jud; Ibr yang diterima terbatas). Pelahan-lahan pada abad-3 kanon Perjanjian baru mulai mengkristal menjadi pengakuan akan 27 kitab.
Secara lengkap kanon Perjanjian baru dengan 27 kitab, diterima pada Konsili di Laodikea (363) yang diadakan oleh gereja-gereja. Dalam suratnya tentang Paskah, Uskup Aleksandria Athanasius telah menyebutkan 27 kitab seperti yang dipercayai sekarang, demikian juga pada tahun 397, pertemuan Sinoda di Karthago menerima kanon 27 kitab itu. Kanon Alkitab tidak ditentukan oleh persidangan Sinoda atau Konsili, tetapi sudah diterima umum sebelumnya dan Sinoda dan Konsili hanya meneguhkan kepercayaan umat itu.
MARIA MAGDALENA ISTERI YESUS?
Siapakah Maria Magdalena sehingga ia begitu populer untuk dijadikan bahan sensasi oleh Dan Brown? Maria Magdalena adalah salah satu dari tiga wanita bernama Maria yang dekat dengan Yesus. Ia dibebaskan dari kerasukan roh-roh jahat (Lukas 8:2) dan hadir pada saat Yesus disalib (Matius 27:56), ia bersama beberapa wanita lainnya pergi ke kubur Yesus (Markus 16:1-8) dan berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit (Yohanes 20:11-18). Ia kemudian memberitahukan kepada para rasul mengenai Yesus yang telah bangkit itu.
Novel yang menyebut Maria Magdalena sebagai ‘pelacur’ memang fiksi, karena dalam Injil, ‘Maria Magdalena’ dibedakan dengan ‘pelacur.’ Lukas yang begitu teliti dalam hal-hal kemanusiaan dalam Injil yang ditulisnya tidak mengidentikkan ‘perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa’ yang baru disebutkannya dengan ‘perempuan yang dibebaskan dari roh-roh jahat’ dalam ayat-ayat Injilnya (Lukas 7:36 – 8:2). Demikian juga agaknya tidak pantas kalau seorang isteri bendahara Herodes bernama Yohana mau pergi beriringan dengan seorang pelacur (Lukas 8:1-3). Mungkin karena Maria Magdalena memberitahukan kebangkitan Yesus kepada para Rasul, maka ada yang menjulukinya sebagai ‘rasul kepada rasul,’ namun perlu disadari bahwa bukan hanya dia sendiri yang memberitahukan kebangkitan itu tetapi juga kawan-kawan wanita lainnya, (Markus 16:8).
Ayat Injil Filipus yang dikutip Dan Brown, ditafsirkannya kata ‘companion’ sebagai ‘spouse’ (pasangan hidup), jelas terlalu tendensius, karena bahasa aslinya adalah ‘koinonos’ yang lebih punya artis ebagai partner/rekan sepelayanan/pendamping.
Sebenarnya ayat yang dikutip Dan Brown tidak secara eksplisit menyebut Yesus mencium mulut Maria, tetapi secara provokatif Dan Brown mengisi bagian yang terhilang dengan kata-katanya sendiri sehingga menjadi [Yesus] menciumnya [sering] di [mulutnya]. Padahal dalam Injil Filipus dan Maria Magdalena tidak ada satupun pertanda bahwa Maria adalah isteri Yesus. Dalam Injil Filipus andaikan ayat itu menunjuk pada kalimat ‘ciuman bibir’ namun dari kacamata gnostik di atas kita dapat melihat bahwa itu bukan berarti ciuman fisik karena di kalangan gnostik, hal-hal tubuh dan dunia dianggap jahat, karena itu ayat itu memiliki arti kedekatan hubungan sesama pewaris gnosis. Dalam naskah gnostik yang lain, yaitu The Second Apocalypse of James (codex V) kita menjumpai ungkapan yang sama, dimana disebutkan bahwa:
Dan ia mencium mulutku. Ia memelukku dan berkata, “Kekasihku! Ketahuilah! Aku akan menyatakan kepadamu hal-hal itu yang pernah dikenal surga atau para pesuruhnya.
Kalau ayat ini digunakan Dan Brown, si-penebar sensasi itu, bisa saja ia lalu menyimpulkan bahwa ayat itu menunjuk pada perilaku homo dan bahkan hubungan incest dengan memeluk kekasih yang juga saudara. Yakobus (James) adalah saudara Yesus dan dalam Injil Gnostik lainnya, Yakobus juga disebut sebagai saudara atau saudara tiri seayah dari Yesus. Konsep Yakobus sebagai saudara tiri Yesus memang berkembang dalam sejarah gereja dan disebut dalam Infancy Gospels yang banyak beredar sejak abad ke-2.
Injil Gnostik ‘Maria Magdalena’ juga dianggap bukti bahwa ia adalah salah seorang dari rasul-rasul Yesus. Injil Maria adalah kombinasi percakapan Yesus yang bangkit dengan murid-Nya dan berita tentang wahyu. Dan tidak ada petunjuk produk gnostik abad-2 itu ditulis Maria Magdalena yang hidup di abad-1. Maria yang menceritakan tentang Yesus yang bangkit tentu beda dengan Maria Magdalena Dan Brown yang mengawini Yesus yang mati dan tidak bangkit.
Lalu bagaimana dengan ayat yang mengindikasikan bahwa Maria Magdalena lebih tinggi posisinya daripada Petrus, atau sebagai ‘Rasul untuk Para Rasul?’ Irihati Petrus terhadap Maria nyata diperlihatkan dalam Injil Maria Magdalena. Dikalangan Gnostik Kristen ada fraksi Maria, Petrus, Thomas dan lainnya yang saling bersaing. Itulah sebabnya sering kita lihat dalam Injil Gnostik penonjolan pada pribadi rasul tertentu dan juga saling merendahkan rasul lainnya. Bila dalam ayat diatas ditonjolkan Maria lebih superior dari Petrus, bahkan sampai Petrus bertanya kepada Maria, dalam Injil Thomas kita dapat menjumpai keadaan sebaliknya. Disini Thomas menulis bahwa Petrus menganggap perempuan lebih rendah dari laki-laki, dan ini didukung oleh Yesus:
Simon Petrus berkata kepada mereka, “Biarkan Maria meninggalkan kita, karena perempuan tidak layak memperoleh hidup.” Yesus berkata: “Lihatlah, aku akan membimbingnya menjadi laki-laki, agar ia pun dapat menjadi roh yang hidup menyamai kamu yang laki-laki. Karena setiap perempuan yang menjadikan dirinya sendiri laki-laki akan masuk kerajaan Surga” (Logion 114).
Maria Magdalena bukan murid atau rasul, Yesus hanya memiliki 12 orang murid saja, dan dalam upacara Perjamuan Malam, hanya disebutkan bahwa Yesus makan bersama ke-12 murid-Nya (Matius 26:20; Markus 14:17). Karena itu, menafsirkan Yohanes yang digambarkan Leonardo dalam lukisan Last Supper sebagai Magdalena berarti kurang menghargai karya antik itu. Apalagi Yohanes dan Petrus dipilih sebagai panita penyelenggara sehingga dapat meliput perjamuan itu dengan sangat mendetail dan melaporkan saat-saat ketika Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:1-20), ini menunjukkan bahwa ia saksi mata perjamuan malam itu.
Maria Magdalena bukan isteri Yesus karena kalau benar demikian tentu Injil akan mencatat, Injil ditulis sekitar 20 tahun setelah Yesus hidup di bumi. Gereja tidak berwewenang apa-apa untuk mengubah Injil yang sudah tertulis, karena Injil sudah tersebar luas sebelum gereja terorganisasikan, dan adalah keliru kalau menganggap gereja menghilangkan data Maria Magdalena sebagai isteri Yesus untuk mempertahankan dogma ‘Yesus adalah Tuhan’ karena dalam Injil dicatat bahwa Maria Magdalena sendiri memanggil Yesus sebagai “Tuhanku” (Yohanes 20:13).
Lukisan Last Supper menggambarkan Yesus yang duduk ditengah meja dan ruangan dijadikan pusat titik hilang pemandangan, dikelilingi 12 murid, 6 di sebelah kanan dan 6 di sebelah kiri-Nya. Dalam Novel ‘The Da Vinci Code’, digambarkan seakan-akan Leonardo menyimpan olok-olokan yang ditujukan kepada agama Kristen dan gereja Roma Katolik dan menyembunyikannya dalam lambang-lambang dalam lukisannya itu. Dan Brown menulis bahwa sebenarnya lukisan Last Supper menjelaskan rahasia Biarawan Sion yang mantan pemimpinnya Leonardo, rahasia itu mengenai kepemimpinan rohani wanita.
Menyebut lukisan Yohanes disebelah kanan Yesus sebagai Maria Magdalena merupakan penafsiran yang tendensius dan tidak didukung fakta sejarah seni maupun Alkitab. Encarta menyebut dalam lukisan Last Supper, Yesus dikelilingi 12 murid-Nya, 6 dikiri dan 6 di kanannya. Ke-12 murid-Nya menunjukkan mimik reaksi mereka. Yesus dalam situasi menegangkan digambarkan sendirian, sadar akan misi penebusan ilahi—Nya duduk dalam keheningan dikelilingi para murid yang teragitasi. Ruangan dengan barisan permadani dinding, garis-garis lantai, dan garis-garis plafond memusat di wajah Yesus yang cerah dikelilingi rambut gelap sebagai titik hilang perspektif.
Buku ‘History of World Art’ (Upjohn-Wingert-Mahler, Oxford University Press, New York, 1958, p.289-292) menyebut maksud Leonardo: Yesus ditempatkan di-pusat lukisan dengan 4 kelompok murid terdiri dari tiga orang, 2 kelompok dikiri dan 2 dikanannya. Yesus dipisahkan oleh Yohanes di sebelah kanan dan Yakobus disebelah kirinya dari para murid yang saling tumpang tindih menggambarkan bahwa murid-murid tak lama lagi akan meninggalkan dia. Gambaran Yohanes dan Yakobus yang ingin berada di kanan dan kiri Yesus adalah ungkapan gambar permintaan ibu Yohanes dan Yakobus kepada Yesus:
“Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam kerajaan-Mu, yang seorang disebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” (Matius 20:20-21)
Pada kelompok 3 murid dikiri dekat Yesus berdiri Thomas yang mengacungkan tangannya meragukan ucapan Yesus, Yakobus disamping Thomas merentangkan tangannya seakanakan menolak nubuatan Yesus tentang murid yang akan menyerahkan Dia. Filipus dibelakang Yakobus meletakkan kedua tangannya di dada menunjukkan devosinya. 3 murid di sebelah kanan Yesus yaitu Yohanes yang digambarkan sebagai pribadi yang halus yang dikenal sebagai rasul kasih. Yohanes tersentak mendengar kabar ada yang mau menyerahkan Yesus, dibelakangnya Petrus menunjukkan muka marah dan ingin melawan mereka yang berani menyerahkan Yesus sambil memegang pisau.
Murid ketiga di kanan Yesus adalah Yudas yang mukanya berada dalam kegelapan. Setelah mendengar ucapan Yesus, ia duduk tersentak ke belakang sambil mendekap pundi-pundi uang suap yang diterimanya dari para pemimpin Yahudi untuk menyerahkan Yesus. Enam murid lainnya di kanan dan kiri jauh dari Yesus teragitasi dan membicarakan ucapan Yesus.
KESIMPULAN
Sebenarnya, Dan Brown sendiri dalam wawancara tentang buku itu mengaku bahwa novel itu fiksi yang ditulis dalam kerangka sejarah yang nyata seperti adanya karya-karya seni dan arsitektur, namun penafsiran Dan Brown yang tendensius memang berhasil mengecoh sebagian orang yang tidak tahu membedakan antara yang nyata dan yang fiksi. Sebagai contoh, keberadaan organisasi Biarawan Sion yang ditulis oleh Plantard de St. Clair yang dianggap fakta oleh Dan Brown, juga sudah diakui Plantard sebagai fiktif, bahkan Plantard pernah membuat 2 versi yang berbeda mengenai keanggotaan organisasi tersebut, demikian juga Plantard sudah tidak lagi mengaku bahwa ia dan keluarganya adalah keturunan Yesus.
Injil Gnostik tidak ditulis oleh tokoh yang dibicarakan disitu karena ditulis pada masa yang berbeda dengan masa hidup para rasul yang disebut, demikian juga isu Holy Grail hanya merupakan rekayasa yang tidak benar.
Sehubungan dengan itu semua tidak ada jalan lain selain umat Kristen tetap bersandar kepada Injil Kanonik dalam Alkitab, bukan karena Alkitab sudah dibuktikan betul, tetapi karena belum ada teori-teori yang menolak Alkitab yang sudah terbukti benar. Amin!
Salam kasih dari Redaksi www.yabina.org
No comments:
Post a Comment