December 5, 2010

Yesus dan Paulus

By: Leonardo winarto 


Seringkali kekristenan diberi stempel sebagai ajaran yang berasal dari Paulus yang dianggap oleh sebagian orang telah memlintir atau bahkan menyelewengkan ajaran Yesus yang asli. Ada banyak buku-buku yang ditulis oleh kaum polemikus yang biasanya hanya bisa mengadopsi pemikiran orang lain untuk diangkat di negeri sendiri. Karena pertentangan ajaran Paulus dan Yesus ini mula-mula diangkat oleh orang barat F.C BAUR yang saat ini sudah tidak lagi relevan dan tidak memiliki banyak pengikut karena tidak berdasar lagi asumsi tersebut. Di Indonesia para polemikus inilah yang ketinggalan kereta keilmuan soal ini. Akhirnya isu yang sudah tidak berbobot itu diangkat dan dijadikan isu di negeri sendiri. Sebenarnya saya kasihan melihat umat Muslim awam yang dicekoki oleh para polemikus ini, karena apa? Karena ini merupakan pembodohan umat Islam. Umat dipaksa dicekoki hal-hal yang sebenarnya tidak demikian faktanya. Seperti yang akan kita bahas saat ini.
Salah satu alasan tuduhan ini disampaikan karena ada kesulitan untuk mempercayai bagaimana Paulus yang dulunya sangat menentang ajaran Yesus dan sekarang bisa berbalik mati-matian untuk menyebarkan Ajaran Yesus. Pasti ini merupakan akal-akalan Paulus. Dianggapnya Paulus pura-pura mempercayai Yesus dengan tujuan menyelewengkan ajaran Yesus.

Tuduhan seperti ini tentu hanya dilandasi prasangka iri saja dan bisa dijawab dengan sambil lalu saja. Yang pertama, orang-orang yang punya pemikiran-pemikiran seperti itu berarti mereka tidak mempercaya bahwa Allah itu sanggup mengubah hati manusia yang paling jahat sekalipun untuk menjadi baik. Kalau begitu apa artinya mereka berkata bahwa Allah itu maha kuasa? Yang kedua, Dengan berpura-pura bertobat sebenarnya tidak ada keuntungan bagi Paulus. Dia harus dianiaya oleh orang yahudi, kehilangan status sosialnya bahkan sampai mati dipenggal. Padahal tanpa harus berpura-pura Paulus sebenarnya sudah bisa menghancurkan komunitas Kristen pada waktu itu yang masih baru lahir. Yang hanya terdiri dari orang awam yang tidak berdaya. Jadi tuduhan-tuduhan itu sebenarnya hanya berlandaskan prasangka saja yang tidak berdasar.

Panggilan Paulus:

Tuduhan lagi Paulus dikatakan sebagai pengikut palsu dari Yesus karena dia tidak termasuk kedua belas murid Yesus. Lagi-lagi tuduhan ini sungguh menggelikan. Apakah seseorang harus menjadi murid Yesus secara histories dulu baru dianggap sah untuk memberitakan Injil? Meskipun Paulus tidak bertemu Yesus pada masa pelayanan Yesus di bumi ini, tetapi Yesus menampakkan diri kepada Paulus yang dikenal dengan “visi damaskus”
(Kis 9:1-19a).

Surat Galatia menceritakan bagaimana kemudian Paulus menaggapi panggilan Tuhan. Dalam Galatia 2:9 dikisahkan Paulus bertemu dengan murid-murid Yesus yang waktu itu dikenal sebagai soko guru gereja yakni Yakobus,Petrus dan Yohanes.
Galatia 2:8-9
“karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat.
Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;

Jadi sebenarnya tidak ada masalah antara Paulus dan murid-murid Yesus. Malahan Petrus dalam suratnya sempat menyinggung bahkan memberikan rekomendasi akan otoritas tulisan Paulus.

2 Petrus 3:15
anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Disini Petrus memberikan otoritas kepada tulisan Paulus menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya (Paulus). Paulus menerima hikmat/sophian yang diberikan kepada Paulus/dotheisan autoi.

Disini kita bisa melihat bahwa otoritas Paulus sebagai pemberita Injil yang menerima hikmat dari Tuhan sendiri diakui oleh Petrus. Yang kedua, Tuhan memberikan hikmat yang berbeda beda bagi murid-muridNya dalam menulis kebenaran Allah yang mana Allah tetap menjaga itu sesuai maksud Allah.

Tulisan Paulus dan Petrus berbeda dari segi gaya penulisan dan bahasanya. Namun kebenaran dasarnya sama yakni Injil tentang Yesus yang adalah Mesias yang disalibkan, wafat dan bangkit pada hari yang ketiga. Tema-tema inilah yang diulang-ulang dalam tulisan-tulisan rasul-rasul.

Yang akan kita bahas pada saat ini adalah ajaran Paulus yang dianggap berbeda dengan ajaran Yesus. Atau ajaran Kristen sekarang ini berbeda jauh dengan ajaran Yesus. Secara historis sudut pandang Yesus mengajar dan murid-muridNya berbeda meskipun esensinya sama. Dalam makna, bahwa Yesus mengajar dalam masa pelayananNya di bumi ini dalam sudut pandang bahwa Sang Mesias itu sedang menyatakan diri dan sedang menjalankan tugas mesianiknya dan itu belum final. Finalnya ketika Yesus disalib dan bangkit dari kematian. Sehingga murid-murid Yesus membritakan Injil tentang misi Mesias yang sudah selesai dan dalam terang penantian kedatangan Mesias yang kedua kalinya.

Tulisan saya ini saya tujukan kepada orang-orang yang menganggap Paulus menyelewengkan ajaran Yesus. Jawaban ini akan membicarakan hal-hal yang pokok dan esensial saja dari kekristenan. Hal-hal yang lain , jika anda cerdas anda akan menemukan bahwa tuduhan itu muncul karena si penuduh kurang cerdas saja. Karena itu agar anda cerdas, anda diharapkan bisa melihat ke kurangcerdasan mereka.

Tentang Keesaan Tuhan :

Mereka mengatakan bahwa Yesus mengajarkan Keesaan Allah/Tauhid sedang Paulus tidak. Benarkah demikian?

Kekristenan bukan sebuah agama atau kepercayaan yang baru, namun adalah penggenapan dari apa yang sudah terulis dalam kitab TANAKH (Torah, Nebi’im we ketubim) atau Perjanjian Lama. Demikian juga tentang Pribadi Allah tentunya tidak ada perbedaan didalamnya.

Kaum penuduh ini lantas mengutip sabda Yesus dalam Injil Markus 12:29 untuk membuktikan Yesus hanya mengajarkan keesaan Allah.
Markus 12:29
“ اسْمَعْ يَا إِسْرَائِيلُ. الرَّبُّ إِلهُنَا رَبٌّ وَاحِد
“Isma’u yaa Isra’il, Ar-Rabbu ilahunaa Rabbun wahid”
Artinya:
“Dengarlah orang Israel, TUHAN itu Ilah kita, TUHAN itu Esa”

Paulus juga mengajarkan keesaan Allah, bukan hanya Paulus tapi dalam seluruh surat-surat yang lain dalam Perjanjian Baru semua berbicara keesaan Allah.
Kita lihat dalam tulisan Paulus:
1 korintus 8:6
“6لكِنْ لَنَا إِلهٌ وَاحِد
“lakin lana Ilahuw waahid”
Artinya:
“ Tetapi bagi kita hanya ada SATU ALLAH”

Ternyata kita bisa lihat bagaimana antara PAULUS dan YESUS mengajarkan hal yang sama. Tentu sama karena Paulus murid dari Yesus sendiri. Yang harus dijelsakan adalah bagaimana makna Keesaan Allah dalam Alkitab dan apa itu Tritunggal.

Berbicara tentang aspek keesaan Allah itu berbeda jika kita membicarakan satunya batu, atau satunya sebuah benda yang lain. Keesaan dari sebuah benda atau batu itu terbatas dan terikat dengan aspek ruang dan waktu. Sedangkan keesaan Allah itu tidak bisa dibatasi dengan ruang dan waktu.

Kemudian ketika kita berbicara ten
tang ilmu kalam atau theology, kita harus menggunakan pendekatan yang tepat. Karena berbicara tentang Allah, iman, mukjijat itu memasuki sesuatu yang ghoib dalam makna berdimensi metafisik. Artinya metafisik disini, mendekati Allah, iman itu tidak bisa secara mutlak melakukan pendekatan dengan logika fisika atau aljabar, bahkan ilmu biologi. Misalkan tentang kisah-kisah mukjijat yang dicatat baik dalam Qur’an maupun Alkitab tentang kisah Musa membelah laut merah.

Bagaimana mungkin dengan sebatang tongkat yang dipukulkan kedalam air bisa membuat laut terbelah? Tidak ada rumusnya dalam hukum fisika. Bagaimana burung-burung membawa batu panas dan melempari pasukan gajah (kisah dalam Qur’an)? Ngambil dimana batunya? Apa burungnya ga kepanasan juga saat membawa batu tersebut? Nah ini tidak bisa diukur dengan logika fisika. Karena mukjijat itu berdimensi metafisik. Ini baru berbicara tentang mukjijat/hasil karya Allah. Belum lagi kita bicara tentang PribadiNya, tentang HakekatNya yang pasti sungguh-sungguh akbar. Allah itu Besar, artinya kebesaranNya itu bukan tidak masuk akal atau masuk akal kita namun mengatasi akal kita/Tranrasional.

Contoh lagi kalau kita berbicara tentang Dzat Allah yang serba akbar itu. Ada teman saya bertanya pada saya: “mas, memangnya Allah itu laki-laki ya? Kok dipanggil Bapa di Kristen? “. Saya jawab bahwa Allah itu Ruh artinya Dia melampaui segala definisi kita, dalam Yudaisme disebut Eyn Sof artinya tidak terdefinisikan. Manusia tidak mampu mendefinisikan Hakekat Allah itu seperti apa. Kita hanya mampu memahami Allah sejauh Allah menyatakan diriNya kepada kita. Kemudian saya jawab lagi bahwa kenapa didalam Qur’an kata ganti diri untuk Allah itu kata ganti laki-laki dan bukan perempuan? Anta salam… wa minka salam dll. Kata wa minka salam :“darimu (laki-laki) keselamatan. Itu menunjuk kata ganti untuk laki-laki. Tetapi tidak ada seorang ulama’ pun mendefinisikan bahwa Allah itu laki-laki.

Lalu kenapa baik itu didalam Alkitab atau laki-laki kata ganti bentuk kedua dan ketiga untuk Allah memakai kata ganti laki-laki? Itu karena budaya patrilinial yang sangat kuat di timur. Ternyata bahasa tidak mampu mendefenisikan Allh secara sempurna kan? Saya bilang kalau Allah itu bukan laki-laki dan bukan perempuan tapi Dia juga bukan banci. Lalu gimana mas, tanyanya? Ya saya juga tidak tahu. Artinya Allah itu mengatasi dari segala yang sanggup kita pikirkan.

Demikian juga soal Trinitas. Istilah Trinitas memang tidak ada tertulis dalam Alkitab. Meskipun demikian istilah tersebut muncul dari perenungan yang dalam dari para Bapa Gereja tentang pernyataan diri Allah di sepanjang sejarah UmatNya.
Trinitas itu tidak sama dan sangat berbeda dengan tritheisme. Karena trinitas bukan berbicara mengenai keberapaan Allah namun kebagaimanaan Allah. Bagaimana Allah yang Esa itu menyatakan diriNya sepanjang sejarah UmatNya. Trinitas itu maksudNya adalah Allah yang didalam iman Kristen dikiaskan dengan sebutan Bapa. Bapa adalah The Existence atau Al-Wujud. Didalam Hakekat Sang Wujud itu berdiam secara kekal Firman/Kalimat dan RuhNya. Jadi Tritunggal itu tidak berbicara mengenai sesuatu yang diluar Allah tapi sesuatu yang didalam Allah.

Sepanjang sejarah Allah menyatakan diriNya lewat Firman dan RuhNya, yang pada zaman Akhir sebagai puncak pernyataan diri Allah, Firman Allah itu nuzul atau turun menjadi manusia.
Injil Yohanes 1:14
“وَالْكَلِمَةُ صَارَ جَسَدًا
“Wal kalimatu shooro jasadan”
Artinya:
Dan Firman itu menjadi manusia
Didalam penghayatan kekristenan yang unik yang sudah dinubatkan dalam Perjanjian Lama bahwa Allah akan melawat umatNya, hal ini digenapi ketika Sang Firman Allah yang adalah Allah sendiri itu menjadi manusia dan menyejarah dalam kehidupan manusia untuk menjalankan misi pembebasan manusia dari ikatan dosa.

Firman yang menjadi manusia itu dalam bahasa Alkitab disebut dengan istilah “ANAK”. Jadi kalau sdr-sdri umat islam mendengar orang Kristen mengucapkan: “Dalam nama Bapa dan Putra dan Ruh Kudus” itu maksudnya Demi nama Allah, FirmanNya dan RuhNya. Jadi kalau tidak mau disebut Bapa, Putra sebut saja Allah dan FirmanNya itu sama saja. Sehingga sangat jelas disini bahwa tidak ada keyakinan kepada banyak ilah. Hanya ada satu Allah. Firman Allah yang adalah Shifat/Hypostasis itu bukanlah sesuatu yang berbeda dengan Dzat Allah. Menariknya perumusan dalam ilmu kalam Islam mengenai hubungan antara Allah dan sifatNya itu sedikit banyak telah dipengaruhi pergumulan gereja pada waktu menghadapi ajaran kafir Arius yang mengatakan bahwa Kalimatullah itu ciptaan. Rumusan ilmu kalam Islam yang berbunyi : ash-shifat laysa adz-Dzat wa laa hiya ghairuha”
Artinya:
“Shifat itu bukan Dzat tapi juga bukan lain dari pada Dzat”
Rumusan ini menyatakan bahwa Shifat Allah sekalipun bisa dibedakan dari Dzat Allah namun shifat tersebut bukanlah sesuatu jauhar atau Dzat yang lain dari Allah sendiri. Shifat itu qa’imah fii Dzatihi/ Berdiri dalam Dzat/Hakekat Allah.

Inilah tritungal yang dinyatakan dalam Alkitab. Jadi memang secara hakekat Allah itu harus tritunggal. Karena tidak mungkin Allah ADA tanpa memiliki Firman/’aql dan Ruh. Siapa yang beritikad bahwa Allah tidak memiliki Firman dan Ruh sesungguhnya menyatakan bahwa Allah tidaklah sempurna.

Jadi Paulus jelas menyatakan bahwa Allah itu Esa, dan Esanya Allah tentu tidak bisa disamakan dengan esanya pisang goreng atau batu yang masih terbatas.
Yesus pernah berkata dalam Injil matius 28:20
“…Aku menyertai kamu sampai kesudahan jaman”
Ucapan Yesus ini jelas menyiratkan sebuah ucapan yang hanya mampu dilakukan oleh Allah sendiri. Disini Yesus berbicara dalam hakekatNya sebagai Firman Allah/Kalimatullah yang kekal didalam Dzat Allah. Ucapan ini bukan menunjuk kemanusiaan Yesus sebagai anak Maryam, namun menunjuk hakekatNya sebagai Firman Allah yang adalah Allah sendiri.
Jadi tidak benar bahwa Paulus yang mengajarkan trinitas. Trinitas itu sudah hakekatNya Allah. Karena tidak mungkin Allah itu Ada tanpa Firman dan RuhNya.

No comments:

Post a Comment