Oleh :
Presbyter Rm.Kyrillos JSL
(Omeц Кирилл Джунан Сисваджа Легава)
GEREJA ORTHODOX INDONESIA
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)
Penghormatan kepada Maria tidak menjadi monopoli Gereja Orthodox dan Gereja Roma Katolik saja, karena gereja Lutheran dan gereja Anglikanpun menghormati Maria, demikian juga saat terjadi perpecahan dalam tubuh Gereja Katolik yang menimbulkan gerakan reformasi yang dimulai oleh Martin Luther, yang akhirnya melahirkan gereja-gereja Protestan. Para reformator sendiri (Luther, Kalvin, Zwingli) serta teolog Protestan awal masih menghormati Maria dan menerima ajaran Gereja Kuno tentang Maria (Bunda Allah, keperawanan Maria sebelum dan sesudah mengandung, kesucian Maria). Mereka hanya memprotes devosi (hidup bakti) kepada Maria yang berlebih-lebihan yang berkembang pada abad pertengahan dalam Gereja Roma Katolik.
Baru sejak abad XVI, seiring perpecahan yang semakin lebar antara Gereja Katolik dan Protestan, sebagai sikap anti Katolik, di kalangan umat Protestan pada waktu itu berkembang juga sikap anti Maria. Akibatnya, devosi kepada Maria yang diwariskan oleh para reformator (Luther, Kalvin, Zwingli) berangsur-angsur memudar dalam kalangan umat Protestan. Tampaknya, banyak ummat Protestan sulit terlepas dari trauma sejarah yang sangat panjang dari kekatolikan. Segala unsur yang dianggapnya berbau Katolik ditolak. Walaupun doa dan penghormatan kepada Bunda Maria masih dilakukan oleh Luther dan Zwingli (1484 – 1531), yang masih mempertahankan doa “Salam Maria” dalam ibadat umum.
Seperti kita ketahui Gereja Orthodox Timur, Gereja Roma Katolik, gereja Anglikan dan Lutheran adalah Gereja-Gereja yang mempunyai devosi dan penghormatan besar terhadap Sang Theotokos, Bunda Maria, oleh karena itu tidak ada pembahasan pendapat para teolog Gereja-Gereja ini tentang Bunda Maria. Di bawah ini adalah pandangan Bapa Reformasi Protestan, Martin Luther tentang Maria Sang Theotokos.
Martin Luther (Eisleben, Jerman, 10 November 1483 - 18 Februari 1546 idem) adalah seorang pastor dan biarawan Ordo St. Agustinus (O.S.A) Jerman dan ahli teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Dia merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga mempengaruhi doktrin, dan budaya Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja agar kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja Katolik Roma dalam bentuk Reformasi Katolik.
John J. Elliott, seorang ilmuwan gereja Lutheran, menulis dalam majalah America tentang Perawan Maria, dan berbicara tentang perasaan-perasaan yang menunjukkan kesamaan luar biasa pada Bapa Reformasi, Martin Luther dan ajaran Gereja Orthodox yang merupakan kesinambungan tanpa putus dengan Gereja Para Rasul dan Gereja Purba itu sendiri.
Nyatanya Martin Luther mempunyai kebaktian besar kepada Maria. Ia banyak menulis tentang dia: membela keperawanannya yang kekal. Ia memasang gambar Santa Perawan di kamar studinya. Dengarkanlah doanya dalam meditasi indah mengharukan tentang Magnifikat :
“Perawan terberkati, Bunda Allah, engkau tadinya bukan apa-apa dan terhina; namun Tuhan dalam berlas kasihNya melihat engkau dan mengerjakan hal-hal begitu besar dalam dirimu. Engkau tidak pantas untuk semua itu, tetapi rahmat Allah kaya dan limpah datang padamu, lebih daripada kepantasanmu. Salam kepadamu! Terpujilah engkau, mulai hari ini dan untuk selanjutnya, karena engkau menemukan Tuhan begitu mulia”.
Martin Luther sebagai Rahib Ordo St. Agustinus (O.S.A.)
Berikut ini petikan dari Martin Luther tentang Bunda Maria, petikan-petikan ini diambil dari tulisannya setelah memulai gerakan Reformasi Gereja.
“Apakah persamaan dari para dayang istana, bangsawan, raja, ratu, pangeran dan Kaisar dunia bila dibandingkan dengan Perawan Maria, Putri Daud. Ia adalah Bunda dari Allah kita, Pribadi yang amat agung di bumi ini. Setelah Kristus, dialah permata terindah dalam kekristenan. Sang Ratu yang ditinggikan di atas segala kebijaksanaan, kesucian dan ke¬agungan ini tak akan pernah cukup dipuji”.
“Sungguh pantas apabila sebuah kereta kencana emas mengiringi dia, dengan ditarik oleh empat ribu kuda dengan abdi utusan yang meniup sangkakala serta dengan lantang ber¬seru: "Lihatlah dia, Bunda Yang Agung, Putri Umat Manusia" tetapi yang ada hanyalah: seorang Perawan berjalan kaki dalam sebuah perjalanan jauh untuk mengunjungi Elisabet. Perjalanan ini ditempuhnya walaupun saat itu ia sudah menjadi Bunda Allah. Bukan merupakan sebuah keajaiban apabila kerendahan hatinya dapat membuat gunung-gunung melonjak menari sukacita”.
“Melalui perkataannya sendiri dalam Magnificat (Lukas 1:46-55), dan melalui pengala¬mannya, Maria mengajar kita bagaimana caranya mengenal, mengasihi dan memuji Allah... Sejak awal, umat manusia telah menyimpulkan segala kemuliaan yang diberikan kepada Maria di dalam sebuah kalimat: "Bunda Allah". Sekalipun manusia mempunyai lidah sebanyak daun di Pohon, rumput di padang, bintang di langit atau pasir di lautan, tak seorangpun mampu mengatakan hal yang lebih agung kepada Maria atau mengenai Maria. Perlu direnungkan dalam hati apakah artinya menjadi seorang Bunda Allah”.
Martin Luther pada usia 46 (Lucas Cranach Sr., 1529),
Reformator Jerman, teolog Kristen dan pendiri gereja Protestan Lutheran
Penghormatan, devosi dan kasih Martin Luther terhadap Sang Perawan Suci, St.Maria, ditunjukkan dalam pembelaannya terhadap Bunda Allah dalam 95 Dalil Luther (Martin Luther's 95 Theses/95 stellingen van Martin Luther) yang terkenal itu:
“To think the papal pardons so great that they could absolve a man even if he had committed an impossible sin and violated the Mother of God -- this is madness”.
“Berpikir bahwa surat pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika - meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan”.
(Martin Luther's 95 Theses - 95 Dalil Luther; Dalil ke-75)
Lebih lanjut Sang Bapa Reformator mengatakan tentang Keperawanan Maria :
Kristus, penyelamat kita, adalah buah rahim yang nyata dan alami dari Maria... Ini adalah tanpa campur tangan lelaki, dan dia tetap perawan setelah itu.
[Luther's Works, eds. Jaroslav Pelikan (vols. 1-30) & Helmut T. Lehmann (vols. 31-55), St. Louis: Concordia Pub. House (vols. 1-30); Philadelphia: Fortress Press (vols. 31-55), 1955, v.22:23 / Sermons on John, chaps. 1-4 (1539)]
Kristus... adalah satu2nya anak dari Maria, dan Perawan Maria tidak mempunyai anak lain selain Dia.... Aku merasa setuju dengan pernyataan bahwa "saudara" berarti "sepupu" disini, karena tulisan suci dan orang Yahudi selalu memanggil sepupu dengan saudara[/i]
{Pelikan, ibid., v.22:214-15 / Sermons on John, chaps. 1-4 (1539)
Kebohongan baru dituduhkan kepadaku. Aku dituduh mengkhotbahkan dan menulis bahwa Maria, Bunda Allah, tidak perawan baik sebelum kelahiran maupun sedudah kelahiran Kristus...
{Pelikan, ibid.,v.45:199 / That Jesus Christ was Born a Jew (1523) }
Kitab suci tidak mengatakan atau mengindikasikan kalau Maria setelah [kelahiran Kristus]... kehilangan keperawanan... Di Matius 1:25 dikatakan bahwa Joseph tidak mengenal Maria secara badaniah sampai Maria melahirkan anak, tidaklah dapat disimpulkan kalo Joseph mengenal Maria secara badaniah sesudahnya; Sebaliknya, ini berarti bahwa Joseph tidak pernah sama sekali mengenal Maria secara badaniah..... Omong kosong ini [bahwa MAria tidak perawan sebelum dan setelah Kristus lahir] adalah tanpa pembenaran.... [Orang yang menganggap kalo Maria tidak tetap perawan] tidak pernah tahu atau memperhatikan kitab suci atau idiom umum.
{Pelikan, ibid.,v.45:206,212-3 / That Jesus Christ was Born a Jew (1523) }
Penghormatan kepada Sang Perawan Maria, Bunda Allah bukan hanya dilakukan oleh para reformator awal, tetapi beberapa teolog Protestan setelahnya masih mempunyai devosi yang besar terhadap Bunda Maria, sebut saja: John Wesley, Teolog Kristen dan Pendiri Gereja Methodis (17 Juni 1703 - 2 Maret 1791), Karl Barth (10 Mei 1886 - 10 Desember 1968) adalah seorang Protestan Reformed).
Akhir-akhir ini dalam gereja Protestan, ada beberapa rohaniwan dan teolog Protestan yang mau kembali pada pendirian para reformator dalam penghormatan kepada Maria, misal di kota Eberstadt, Jerman ada komunitas biara wanita Protestan, yaitu “Suster-suster persaudaraan Maria” ("the Evangelical Sisterhood of Mary") yang didirikan oleh Ibu Basilea Schlink (21 Oktober 1904, Darmstadt, Jerman - 21 Maret 2001, Darmstadt). Sedang dikalangan kaum Protestan, ada biara laki-laki, komunitas monastik Taize di kota Taize, Perancis. Inilah yang dipimpin oleh seorang Protestan, bruder Roger Schutz (Provence, Swiss, 12 Mei 1915 - Taizé, 16 Agustus 2005) yang terkenal itu. Di dalam komunitas Taize ini penghormatan terhadap Maria mempunyai tempat yang penting dalam peribadatan mereka. Bruder Roger dan komunitas Taize ini menghormati Bunda Maria, sebagai Ibunda Rekonsiliasi atau Bunda Perdamaian. Mereka juga memakai ikon-ikon Sang Theotokos Tersuci dari Gereja Orthodox Timur.
Juga bisa disebut disini, Richard Wurmbrand (24 Maret 1909 – 17 Februari 2001), seorang pendeta Kristen Lutheran Romania, penulis, dan pendidik yang menghabiskan total empatbelas tahun tahun penjara di Romania diera komunis. Ia juga pendiri dari the Voice of the Martyrs (Suara Martir). Richard Wurmbrand dalam tulisan-tulisannya menunjukan hormat pada Bunda Maria.
Kemudian Harold Vinson Synan, Ph.D. (lahir pada 1 December 1934 di Hopewell, VA), pengkhotbah, tokoh gereja Pantekosta Amerika, sejarahwan pembaharuan dan penulis dalam gerakan Pantekosta, Berhubung dengan penghormatan kepada Bunda Maria, Vinson Synan mengatakan bahwa mereka belum melaksanakan sabda Tuhan, khususnya yang tertulis dalam Injil Lukas 1:48.
“sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia” (Lukas 1:48)
Referensi
1. ___________.Perawan Maria Menurut Martin Luther. Synaxis GOI Edisi November tahun 2007.
2. Dr. Alexander Roman. Orrologion. Martin Luther on the Mother of God. 30 January 2006: http://orrologion.blogspot.com/2006/01/martin-luther-on-mother-of-god.html.
3. Frans Harjawiyata OCSO. Kehidupan Devosional Dalam Gereja-gereja Timur. Seri Sumber Hidup 16. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Cetakan pertama 1993.
4. M. Basilea Schlink. Kenyataan Mujizat Allah Masa Kini. Penerbit Gandum Mas. Malang. (Tahun?).
5. William Johnston SJ. Mistik Kristiani. Sang Rusa Terluka. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 1987.
No comments:
Post a Comment