Bersama-sama mempelajari iman Kristen beserta sejarah dan referensi pendukungnya. Menyebarkan sayap damai di antara denominasi dan merujuk kepada persamaan iman, bukan mempertentangkannya.
December 16, 2008
ADVEN: UNDANGAN PERTOBATAN
Masa Adven & Masa Natal
September 14, 2008
Ibadah di Gereja Orthodox
Mereka menyebut ibadah mereka dengan Liturgi Minggu, sama seperti Misa mingguan di Gereja Katolik. Pada pukul 8.00 gw sampai di sebuah komplek bangunan di samping dari Gandaria City yang sedang dibangun. Bangunan tersebut terdiri dari sebuah rumah besar (belum tau milik siapa) dan bangunan Gereja sendiri berada di samping belakang rumah tersebut. Sebenarnya lebih mirip sebuah kapel, karena tidak tampak bangunan yang bercirikan Kristen dari luar. Namun ternyata interiornya sungguh berbeda. Tidak ada deretan kursi seperti di Gereja pada umumnya. Tidak tampak pula patung-patung atau salib dengan tubuh Yesus seperti di Gereja Katolik. Di bagian depan Gereja dipenuhi dengan gambar-gambar Yesus, Bunda Maria, Malaikat dan Para Kudus. Gereja Orthodox menyebutnya dengan ikonografi. Tidak terlihat pula altar seperti Gereja Katolik. Ternyata altar atau yang disebut juga mezbah berada di ruangan belakang yang dipisahkan oleh tiga buah pintu.
Pada saat gw datang belum ada orang kecuali Romo yang sedang membawa bejana dupa suci mengelilingi ruangan. Romo tersebut melihat ada "orang baru" lantas sempat mengobrol sebentar dengan gw. Romo Boris namanya, asal Solo. Romo tersebut sempat memberikan selayang pandang tentang tata cara ibadah di Gereja Orthodox. Oh iya, kita harus melepas alas kaki kita sebelum memasuki ruangan Gereja. Lebih mirip di Masjid kiranya.
Ibadah dipimpin oleh seorang Imam/Prebyster yang dipanggil dengan Romo, mirip dengan di pastor di Gereja Katolik. Imam dibantu oleh seorang Diakon dalam menjalankan ibadah. Juga ada 2 orang berjubah hitam yang mirip putra-putri altar di Gereja Katolik. Nyanyian dibawakan oleh seorang perempuan berkerudung, entah apa namanya, tapi menyerupai lektor/lektris di Gereja Katolik.
Liturgi ternyata diawali dengan ibadah sholat jam ke-3 Orthodox. Dalam ibadah ini banyak sekali dibacakan mazmur Tuhan. Lamanya sholat ini kira-kira 30 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan Ibadah mingguan, seperti misa, yang memakai liturgi St. Yohanes Krisostomos. Gereja Katolik sendiri memakai liturgi St. Gregorius. Dalam liturgi Gereja Orthodox banyak sekali dibacakan litani-litani panjang untuk Tuhan Yesus. Dalam Gereja Orthodox, Bunda Maria sering disebut sebagai Maryam Sang Theotokos yang artinya Bunda Allah. Mirip sekali dengan di Gereja Katolik.
Ibadah Sabda yaitu pembacaan Kitab Suci juga seperti di Gereja Katolik cuma berlangsung lebih lama. Injil Suci juga dibacakan oleh Imam. Selama ibadah berlangsung, umat berdiri. Umat baru diperkenankan duduk pada saat Romo berkhotbah kurang lebih selama 10 menit saja. Ada persembahan dan ada semacam Doa Syukur Agung saat pemecahan Roti dan Anggur. Pada saat itu, Romo berada ruangan belakang. Berhubung gw bukan baptisan Gereja Orthodox, maka yang diperkenankan untuk mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Kristus hanyalah yang telah dibaptis secara Orthodox. Gw hanya mengamati dari belakang. Akhirnya ibadah yang berlangsung sekitar dua jam itu pun selesai. Umat baik yang Orthodox atau pun yang non-Othodox bersantap roti dan anggur bersama-sama sambil berbincang-bincang.
Ah, kiranya sungguh kaya Kekristenan itu. Kiranya selama ini kita hanyalah mengetahui ritus latin saja, baik Katolik maupun Protestan. Tapi ternyata Kekristenan sungguh luas dan universal adanya. Secara umum, beribadah di Gereja Orthodox cukup membawa wawasan baru bagi gw. Terasa agak sedikit asing dan cukup melelahkan karena harus berdiri sekitar 2.5 jam. Mungkin jika diberi bangku seperti gereja-gereja barat akan lebih menyenangkan. Tapi mungkin di situ khidmatnya mengikuti di Gereja Orthodox ini. Minggu depan siapa yang mau ikut dengan gw?
ps: Foto yang ikutan diposting adalah contoh dari interior Gereja Orthodox yang berada di Rusia, bukan di Indonesia. Tapi secara umum sepertinya sama...
September 9, 2008
Ulrich Zwingli
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Huldrych (atau Ulrich) Zwingli (1 Januari, 1484 – 11 Oktober 1531) adalah pemimpin Reformasi Swiss, dan pendiri Gereja Reformasi Swiss. Zwingli adalah seorang doctor biblicus (pakar Alkitab) yang independen dari Luther. Ia tiba pada kesimpulan-kesimpulan yang sama setelah meneliti Kitab Suci dari sudut pandangan seorang sarjana humanis.
Zwingli dilahirkan di Wildhaus, St. Gall, Swiss dari sebuah keluarga kelas menengah terkemuka. Ia adalah anak ke-3 dari delapan anak lelaki. Ayahnya, Ulrich, adalah hakim kepala di kotanya, dan pamannya, Bartolomeus seorang pendeta.
Reformasi Zwingli didukung oleh pemerintah dan penduduk Zürich, dan menyebabkan perubahan-perubahan penting dalam kehidupan masyarakat, dan urusan-urusan negara di Zürich. Gerakan ini, khususnya, dikenal karena tanpa mengenal kasihan menganiaya kaum Anabaptis dan para pengikut Kristus lainnya yang mengambil sikap tidak melawan. Reformasi menyebar dari Zürich ke lima kanton Swiss lainnya, sementara yang lima lainnya berpegang kuat pada pandangan iman Gereja Katolik.
Zwingli terbunuh di Kappel am Albis, dalam sebuah pertempuran melawan kanton-kanton Katolik.
Sumbangan Zwingli bagi Reformasi
Latar belakang
Sementara orang dapat menemukan banyak sekali informasi mengenai teologi Martin Luther, Yohanes Calvin, dan lainnya, relatif sedikit sekali yang dapat ditemukan tentang Ulrich Zwingli. Karena masa hidup Zwingli berbarengan dengan masa hidup Luther, dan karena Zwingli menolak tahbisan imam Katolik Roma hanya beberapa tahun setelah Luther, tampaknya Zwingli telah dibayang-bayangi oleh sumbangan Luther dan Calvin terhadap Reformasi.
Alasan lain yang membuat karier Zwingli kurang kelihatan mungkin adalah perbedaan-perbedaan teologinya sendiri dibandingkan dengan Luther. Sebagian orang percaya bahwa karena perbedaan-perbedaan ini para penulis sejarah dan aktivis agama, yang lebih bersimpati dengan pandangan-pandangan doktriner Luther, mungkin ikut menekan pandangan-pandangan doktriner Zwinglin. Mereka berpendapat, "pihak yang menang dalam sejarah itulah yang menulis sejarah", karena itu "sisi lain dari ceritanya" terlupakan atau disingkirkan.
Teologi: sakramen dan perjanjian (Zwingli versus Luther)
Menurut E. Brooks Holifield, "Ketika Luther menyebut sakramen sebagai meterai perjanjian, yang ia maksudkan ialah bahwa baptisan secara kelihatan mengesahkan dan menjamin janji-janji Allah, sebagaimana sebuah meterai kerajaan mengesahkan dokumen pemerintah yang tertulis di dalamnya. Hanya secara sekunder baptisan itu dipahami sebagai janji ketaatan oleh manusia. Namun bagi Zwingli, sakramen terutama adalah 'suatu tanda perjanjian yang menunjukkan bahwa semua yang menerimanya rela memperbaiki hidupnya untuk mengikut Kristus." (Holifield, "The Covenant Sealed: The Development of Puritan Sacramental Theology in Old and New Testaments" (1570-1720, New Haven, Conn.: Yale University press, 1974, 6).
Zwingli juga percaya bahwa sakramen Kristen itu serupa dengan janji atau sumpah seorang militer untuk membuktikan kerelaan dirinya untuk mendengarkan dan menaati firman Allah.
Lihat Memorialisme.
Musik di Gereja
Zwingli adalah orang Protestan pertama yang membuang penggunaan alat musik dalam kebaktian. Malahan Zwingli begitu kuatir akan penyalahgunaan musik sehingga, demikian pandangannya, sebagian dari kebaktian yang dipimpinnya sama sekali tidak menggunakan musik. Ia merasa bahwa alat musik itu suatu pelanggaran, sambil mengutip bapak-bapak gereja kuno untuk mendukung pernyataannya. Zwingli berusaha kembali ke praktek yang diikuti oleh kebanyakan gereja Ortodoks Timur bahkan hingga di masa kini. Namun lebih dari mereka, ia menganggap musik dapat mengalihkan perhatian orang dari pemberitaan firman Allah. Banyak pengikut gerakan Reformasi ini setuju dengan pelarangan alat-alat musik di Gereja, namun tidak ada seorangpun yang setuju bahwa musik harus dihapuskan sama sekali. Orgel, khususnya, dikecam oleh para pemimpin Gereja Reformasi, karena dianggap sebagai contoh yang paling jelas dari apa yang mereka maskudkan dengan kerusakan yang dibiarkan masuk oleh Gereja Katolik Roma ke dalam ibadah. Zwingli menganjurkan agar alat musik itu dijual saja serta hasilnya diberikan kepada kaum miskin. Kebencian terhadap alat-alat musik oleh kelompok Reformasi ini, yang pertama-tama dianut oleh Zwingli, kadang-kadang menjadi batu ganjalan yang menghalangi kerjasama dengan kaum Lutheran yang kaya dengan musik.
Nyanyian di gereja yang tidak disertai musik hingga kini menjadi ciri khas dari sejumlah cabang dari Gereja Presbyterian, dan beberapa Gereja Reformasi. Kaum Baptis Primitif juga melakukan praktik ini. Mereka percaya bahwa penggunaan alat musik berkaitan dengan ibadah Perjanjian Lama di Bait Suci Yerusalem, sebuah bentuk ibadah yang ditetapkan oleh Allah, tetapi kini telah dihapuskan setelah Allah membangkitkan Kristus dari kematian, dan mendirikan Gereja dengan mengutus Roh Kudus-Nya.
Kehidupan Zwingli
Masa muda
Zwingli mendapatkan pendidikan awalnya di Weesen di bawah bimbingan pamannya Bartolomeus, yang pindah dari Wildhaus. Sebelum masuk ke Universitas Wina Zwingli menyelesaikan studinya di Bern. Ia mendaftarkan diri di Wina pada 1498, dan setelah dikeluarkan selama setahun, Zwingli melanjutkan studinya di sana hingga 1502. Saat itu ia pindah ke Universitas Basel, untuk mengambil gelar sarjananya 1504, dan kemudian Sarjana Teologinya pada 1506.
Menjadi imam
Tepat sebelum ia mendapatkan gelar teologinya, Zwingli menjadi pastur di Glarus, dan tinggal di sana selama sepuluh tahun. Pada waktu itulah Zwingli menyempurnakan kemampuan bahasa Yunaninya, dan mengambil bahasa Ibrani. Selain mempelajari bahasa-bahasa Alkitab, ia juga membaca karya Erasmus, yang memberikannya perspektif humanis.
Penggunaan tentara bayaran Swiss adalah sesuatu yang lazim terjadi di Eropa pada abad ke-16 dan hal ini sangat ditentang Zwingli, kecuali bila hal itu diperintahkan oleh paus. Kendati demikian, Zwingli menerima pekerjaan pendeta tentara pada beberapa kesempatan, ketika para pemuda dari jemaatnya pergi ke Italia sebagai tentara bayaran. Meskipun demikian, perlawanan Zwingli terhadap tugas militer di luar negeri dan reputasinya yang kian berkembang sebagai seorang pengkhobah yang baik dan sarjana yang cerdas membuat ia terpilih pada 1518 menjadi imam di Gereja Grossmünster di Zürich. Saat itu ia telah menjadi pastur di Einsiedeln selama dua tahun.
Kesediaan Zwingli untuk meninggalkan Glarus semakin meningkat dengan berkembangnya semangat pro-Prancis di sana, apalagi pada waktu itu Zwingli sangat memihak kepada Paus. Tulisan-tulisan Zwingli sewaktu tinggal di Glarus menjadikan kardinal Swiss Mattias Schinner sahabatnya, dan memberikannya tunjangan tahunan dari Roma.
Terasing dari Gereja
Baru pada saat ia menjadi pastur di Gereja Grossmünster, Zwingli mulai secara terbuka mempertanyakan dogma Gereja Katolik Roma. Ia sendiri mengaku bahwa ia sudah mempertanyakannya sebelumnya, namun tidak ada fakta-fakta yang mendukungnya. Zwingli selalu mengaku tidak tahu-menahu tentang apa yang ditulis Luther, dan bahwa ia ikut serta dalam memulai Reformasi di Swiss terpisah dari Luther. Ketika seorang pengkhotbah tentang indulgensia muncul di Zürich pada 1519, Zwingli melawannya. Ini terjadi dua tahun setelah Luther menentang praktik indulgensia ini dengan 95 dalilnya.
Baru pada tahun 1520 Zwingli menolak tunjangannya dari paus. Kemudian ia menyerang sistem tentara bayaran, dan meyakinkan Zürich, satu-satunya dari semua kanton di Swiss, untuk menolak aliansi dengan Prancis pada 5 Mei 1521. Pada 11 Januari 1522, semua pengiriman tentara ke luar negeri dan tunjangan asing dilarang di Zürich.
Dengan keberhasilan Zwingli sebagai seorang politikus, yang didorong oleh upaya-upaya sosialnya pada masa wabah tahun 1520, gengsi dan kedudukannya makin meningkat. Sejak 1522 ia mulai melakukan pembaruan Gereja dan iman Kristen. Tulisan reformasinya yang pertama, "Vom Erkiesen und Fryheit der Spysen", diterbitkan di tengah-tengah pertikaian mengenai hukum gereja tentang puasa. Zwingli menegaskan bahwa perintah berpuasa hanyalah aturan-aturan manusia, tidak sejalan dengan Kitab Suci, dan kini Zwingli yakin bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber bagi iman. Ia menyatakan hal ini dalam "Archeteles."
Pernikahan
Kapan hubungan intim mereka melampaui batas tidak diketahui, tetapi pada musim semi 1522 Zwingli dan Anna Reinhard hidup bersama dalam apa yang disebut "pernikahan klerus." Hubungan pergundikan seperti itu cukup lazim saat itu, karena ada anggapan bahwa tanpa dukungan karunia ilahi yang luar biasa tidak mungkin seorang imam hidup dalam kesucian mutlak. Pada kenyataannya memang sedikit sekali yang melakukannya. Zwingli pada akhirnya menikahi Anna pada 2 April 1524. Antara 1526 dan 1530 pasangan ini mempunyai empat orang anak.
Reformasi di Zürich
Setelah tiga tahun berkhotbah, Zwingli mempersiapkan 67 dalil ("Schlussreden"), yang dimaksudkan untuk khalayak umum dibandingkan dengan dalil Luther dan mencakup semua pokok tentang "Injil", sebagaimana yang disebutnya. Sesuai dengan kebijakan agama di Swiss pada waktu itu, harus diadakan perdebatan publik sebelum langkah-langkah radikal diambil menyangkut masalah-masalah agama. Diadakanlah sebuah pertemuan di Zürich 29 Januari 1523, yang dipimpin oleh walikota. Semua pastor diundang. Perdebatan yang sungguh-sungguh tidak terjadi, hanya dialog antara Zwingli dan vikaris jenderal dari Konstanz. Dewan Kota memutuskan bahwa doktrin-doktrin yang telah diajarkan Zwingli itu harus diberlakukan di kanton Zürich.
Para pengikut Zwingli yang radikal memanfaatkan situasinya. Mereka membuang semua patung dan gambar dari gereja-gereja, mengubah bahasa liturgis dari kebaktian-kebaktian, dan membuang segala tambahan yang ada pada misa, dan berusaha sejauh mungkin untuk mengembalikannya kepada yang paling dasar. Pada akhir 1524 biara bagi laki-laki maupun perempuan dihapuskan, dan musik dibungkam di gereja. Namun masyarakat tidak berubah, karena Zwingli enggan mengubah sesuatu yang sudah begitu lama terpaut dengan kehidupan orang banyak, sebelulm mereka sepenuhnya siap untuk menerima gantinya.
Setidak-tidaknya dinaytakan bahwa pada hari Kamis pada Minggu Suci, 13 April 1525, di Gereja Grossmunster, Perjamuan Kudus untuk pertama kalinya akan diselenggarakan mengikuti liturgi yang telah disusun Zwingli. Pada hari yang bersejarah itu, laki-laki dan perempuan duduk berseberangan dengan sebuah meja memanjang di antara keduanya dan dilayani dengan roti di piring-piring kayu serta anggur dari cawan kayu. Kontras dengan kebiasaan sebelumnya sangat mengejutkan banyak oarng, namun cara yang baru itu diterima. Dengan pemutusan yang radikal dengan masa lalu ini Reformasi di Zürich pun selesai. Dalam tahun yang sama, Zwingli disapa dengan gelar kehormatan Antistes.
Tahap politik
Doktrin-doktrin baru diperkenalkan dan menghadapi perlawanan. Lawan-lawan pertama yang dihadapi para Reformator ini datang dari pihak mereka sendiri. Para petani tidak dapat menemukan alasan di dalam Alkitab, prinsip iman mereka satu-satunya, mengeapa mereka harus membayar kepada para tuan mereka pajak, persepuluhan dan uang sewa. Mereka menolaknya. Masyarakat menjadi gelisah di mana-mana, dan baru menjadi tenang kembali setelah perundingan yang lama dan dengan konsesi dari Pemerintah.
Kaum Anabaptis tidak begitu mudah ditenangkan. Dari penafsiran Alkitab mereka, yang telah diberikan Zwingli ke tangan mereka, mereka menentang baptisan anak dan menolak bergabung dengan gereja negara Zwingli. Karena itu Zwingli mengganjar mereka tanpa kasihan dengan penjara, siksaan, pembuangan dan bahkan hukuman mati. Salah seorang pemimpin mereka Felix Manz ditenggelamkan. Perang melawan kaum Anabaptis jauh lebih serius bagi Zwingli daripada melawan Roma.
Di St. Gallen walikota Vadian (Joachim von Watt) berhasil memenuhi keinginan Zwingli -- di Schaffhausen, Dr. Sebastian Hofmeister melakukan hal yang sama; di Basel Johann Oecolampadius. Zwingli sendiri datang ke Bern, pada Januari 1528. Doktrin-doktrin yang baru kemudian diperkenalkan dengan cepat ke Bern, seperti yang terjadi di Zürich, dan banyak tempat dan kecamatan yang sebelumnya ragu-ragu kini mengikuti teladan ini. Zwingli juga dapat menunjuk kepada keberhasilan cemerlang pada 1528 dan 1529. Ia meyakinkan bahwa pembaruannya akan menang melalui "Hak-hak Sipil Kristen", yang disetujui antara Zürich dan kota-kota Konstanz (1527), Bern dan St. Gall (1528), Biel, Mulhausen, dan Schaffhausen (1529).
[sunting] Reaksi
Reformasi menyapu di seluruh Swiss. Namun kanton-kanton Uri, Schwyz, Unterwalden, Lucerne, Zug, dan Fribourg tetap setia kepada Iman yang lama, dan memberikan perlawanan gigih terhadap Zwingli. Ini tidak berarti bahwa kanton-kanton Katolik sepenuhnya puas dengan kondisi-kondisi yang berlaku di Gereja Katolik. Mereka berusaha menghapuskan penyelewengan, menerbitkan Konkordat Iman pada 1525 yang menuntut pembaruan-pembaruan penting. Namun semua ini tidak digubris. Dari 21 Mei hingga 8 Juni 1526, mereka mengadakan perdebatan terbuka di Baden, dan di situ mereka mengundang Dr. Johann Eck dari Ingolstadt. Zwingli tidak muncul.
Di Baden, sebuah tempat terkenal, hanya 18 km di barat laut Zürich, terjadi pertikaian antara wakil-wakil Gereja Lama dengan kelompok Zwingli dari 21 Mei hingga 8 Juni 1526. Meskipun tidak hadir secara pribadi, Zwingli mempunyai hubungan yang akrab dengan mereka yang berasal dari Zürich yang berbicara atas nama dirinya, dan memberikan kepada mereka instruksi harian. Sudah tentu masing-masing pihak mengklaim dirinya menang.
Untuk memaksa kanton-kanton Katolik menerima doktrin-doktrin yang baru, Zwingli bahkan menganjurkan perang saudara, menyusun rencana peperangan, dan berhasil membujuk Zürich untuk menyatakan perang dan maju ke wilayah-wilayah Katolik. Distrik-distrik Katolik pada saat itu telah memperkuat posisi mereka dengan membangun aliansi pertahanan dengan Austria (1529), "Persatuan Kristen". Namun pada titik ini mereka tidak memperoleh bantuan. Bern membuktikan dirinya lebih moderat daripada Zürich, dan perjanjian perdamaian pun disusun, namun isinya sangat tidak menguntungkan pihak Katolik.
Diktator Zürich
Di Zürich, Zwingli adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam masalah gereja maupun politik. Dia merangkap "walikota, sekretaris, dan dewan kota" sekaligus. Rasa percaya dirinya yang terus bertumbuh menghalangi suatu persetujuan dengan Luther menyangkut doktrin tentang Perjamuan Kudus ketika direncanakan perdebatan antara kedua pemimpin Protestan ini di Marburg pada Oktober 1529.
Sebagai negarawan, Zwingli terjun ke politik sekular dengan rencana yang ambisius, "Dalam tiga tahun," tulisnya, "Italia, Spanyol dan Jerman akan mengambil pandangan kita." Dengan melarang kompromi apapun dengan kanton-kanton Katolik Zwingli tampaknya telah mendorong mereka untuk mengangkat senjata. Pada 9 Oktober 1531, mereka menyatakan perang melawan Zürich, dan maju ke perbatasan Kappel. Hari itu ternyata adalah hari yang sangat menentukan bagi Zwingli.
Perang saudara dan kematian Zwingli di medan tempur
Lihat Perang Kappel, Reformasi di Swiss.
Konfederasi Swiss bukanlah sebuah negara yang tersentralisasi, tetapi banyak negara atau kanton yang hanya dipersatukan dalam beberapa masalah saja, terutama keinginan mereka untuk merdeka dari Jerman. Ketika kanton-kanton Katolik mengambil langkah untuk membangun aliansi dengan Karl V, Zwingli menganjurkan agar agar kanton-kanton Protestan mulai mengambil inisiatif militer sebelum terlambat. Zwingli mempersiapkan perang, tetapi keyakinannya tidak diikuti oleh semua kanton Protestan lainnya. Sebaliknya, kaum Protestan lainnya mengambil langkah-langkah ekonomi terhadap kanton-kanton Katolik. Pada Oktober 1531, lima kanton Katolik bergabung dalam sebuah serangan dadakan atas Zürich. Kaum Protestan hampir tidak bisa mempertahankan diri karena tidak ada peringatan lebih awal, tetapi ketika pasukan mereka akhirnya berkumpul, Zwingli maju dengan pasukan-pasukan yang pertama, dan terbunuh di medan tempur. Di Kappel, pasukan Zürich dikalahkan dan sebulan kemudian, Perdamaian Kappel ditandatangani.
Pengganti Zwingli
Pengganti Zwingli, Heinrich Bullinger, dipilih pada 9 Desember 1531, untuk pendeta Gereja Grossmünster di Zürich, sebuah posisi yang dijabatnya hingga akhir hayatnya (1575). Ia tidak menggantikan Zwingli sebagai pemimpin politik kanton itu. Pendeta Grossmünster tetap memiliki pengaruh politik, tetapi masa teokrasi untuk Zürich sudah berlalu.
Tokoh-tokoh Reformasi Swiss lainnya
Karya tulis
- Rhymed fables of the ox, c. 1510
- De Gestis inter Gallos et Helvetios relatio, 1512
- The Labyrinth, c. 1516
- Vom Erkiesen und Fryheit der Spysen
- Archeteles
- Vermahnung an die zu Schwyz, dass sie sich vor fremden Herren hutend, 1522
- De vere et falsa Religione, 1525
- Opera D.H. Zwingli (Title in full: ''Opera D.H. Zwingli vigilantissimi Tigurinae ecclesiae Antistitis, partim quidem ab ipso Latine conscripta, partim vero e vernaculo sermone in Latinum translata: omnia novissime recognita, et multis adiectis, quae hactenus visa non sunt, published by Zwingli's son-in-law Rudolf Gwalter)
- Zwingli's collected works, (edited by Melchior Schuler and Johannes Schulthess, 8 vols., Zürich, 1828-1842)
- New critical edition of Zwingli's Collected Works (In progress, University of Zürich)
- Zwingli and Today's Christian
August 15, 2008
Malaikat Agung dan Malaikat Pelindung
Salam Maria dan Rosario
Tentang Dogma Santa Perawan Maria diangkat ke surga
15 AGUSTUS : HR SP MARIA DIANGKAT KE SURGA
August 1, 2008
Tujuh Karunia Roh Kudus
Baru-baru ini saya menerima Sakramen Krisma. Saya tahu bahwa saya menerima ketujuh karunia Roh Kudus dan tahu karunia apa saja itu, namun demikian saya tidak terlalu paham tentang karunia-karunia tersebut. Dapatkan anda menjelaskannya?
~ seorang pembaca di
Pewahyuan karunia-karunia Roh Kudus berakar pada nubuat nabi Yesaya mengenai kedatangan Mesias: “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN.” (Yes 11:1-3). Sementara nubuat Yesaya ditujukan secara khusus bagi Mesias, Tradisi Gereja menyatakan bahwa karunia-karunia ini diberikan juga kepada semua orang beriman melalui Sakramen Baptis dan teristimewa Sakramen Krisma (Katekismus Gereja Katolik no. 1303). St Paulus mengajarkan, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya…” (Rm 8:29), menyatakan bahwa melalui rahmat sakramen-sakramen, orang mengenakan identitas Kristus dan beroleh bagian dalam karunia-karunia tersebut yang sesuai dengan peran-Nya sebagai Mesias (setidak-tidaknya yang dapat diberikan kepada kita).
Menegaskan keyakinan ini, St. Ambrosius dalam De mysteriis mengajarkan, “Karena itu, engkau harus ingat bahwa engkau telah menerima pemeteraian oleh Roh: roh kebijaksanaan dan pengetahuan, roh nasihat dan kekuatan, roh pengertian dan kesalehan, roh takut akan Allah; dan peliharalah apa yang telah engkau terima. Allah Bapa telah memeteraikan engkau, Kristus Tuhan telah menguatkan engkau dan memberikan jaminan Roh ke dalam hatimu” (7,42).
Kaum beriman diingatkan akan penganugerahan karunia-karunia ini dalam liturgi. Dalam Misa Pentakosta, ketika umat beriman mengenangkan turunnya Roh Kudus atas para rasul, mereka akan mendaraskan doa ini, “Pada umat beriman, yang mengagungkan serta mengaku Engkau terlebih lagi dengan turunnya tujuh karunia-Mu.”
Dalam pelayanan Sakramen Krisma, bapa uskup berdoa, sambil mengulurkan tangannya atas kelompok penerima Penguatan, “Allah yang Mahakuasa, Bapa Tuhan kami Yesus Kristus, Engkau telah melahirkan kembali para hamba-Mu ini dari air dan Roh Kudus, dan membebaskan mereka dari dosa. Sudilah kiranya mencurahkan Roh Kudus penghibur kepada mereka. Semoga mereka Kauanugerahkan roh kebijaksanaan dan pengertian, roh penasihat dan kekuatan, roh pengetahuan dan ibadat; dan semoga mereka Kaupenuhi dengan roh takwa kepada-Mu. Demi Kristus, Pengantara kami. Amin.” Kemudian bapa uskup meneguhkan masing-masing calon, membuat tanda salib dengan minyak krisma suci di dahi calon sambil mengatakan, “Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus.”
Atas dasar ini, menurut Tradisi Gereja ketujuh karunia Roh Kudus adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan dan rasa takut kepada Allah. (Catatan, teks kitab Nabi Yesaya dalam bahasa Ibrani mencatat hanya enam karunia dengan karunia takut akan Tuhan disebutkan dua kali, terjemahan Septuaginta bahasa Yunani dan Vulgata bahasa Latin mencatat tujuh karunia, dengan menambahkan “kesalehan” dan menghilangkan pengulangan “takut akan Allah. Lagipula, dalam Perjanjian Lama, tujuh merupakan angka sempurna, kelimpahan dan perjanjian).
Pertama-tama, istilah “karunia” perlu dijelaskan. Dengan sangat tepat mereka disebut “karunia Roh Kudus” karena Roh Kudus yang mengaruniakannya. Sebab itu, mereka merupakan karunia-karunia rohani yang bekerja dengan cara rohani. Karunia-karunia ini bukanlah karunia yang diberikan pada saat orang berseru dalam saat-saat genting; tetapi karunia ini diberikan kepada orang selama ia tetap berada dalam keadaan rahmat. Dengan demikian, karunia-karunia ini membantu orang untuk mencapai kekudusan dan menghantarnya pada kesempurnaan kebajikan, baik kebajikan ilahi (iman, harapan dan kasih) maupun kebajikan pokok (kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan penguasaan diri). Gagasannya di sini ialah bahwa karunia Roh Kudus membantu orang untuk ambil bagian dalam hidup Allah yang paling intim, baik sekarang dalam kehidupan ini maupun kelak dalam kehidupan kekal. Dalam hal ini, seperti yang ditegaskan oleh St. Thomas Aquinas, karunia-karunia tersebut merupakan kepenuhan dari “habitus” (bahasa Latin, artinya cara hidup) yang menandakan kehadiran dan karya mereka yang tetap. Katekismus menggarisbawahi poin ini: “Kehidupan moral orang-orang Kristen ditopang oleh karunia-karunia Roh Kudus. Karunia ini merupakan sikap yang tetap, yang mencondongkan manusia, supaya mengikuti dorongan Roh kudus…. Mereka melengkapkan dan menyempurnakan kebajikan dari mereka yang menerimanya. Mereka membuat umat beriman siap mematuhi ilham ilahi dengan sukarela” (No. 1830-31).
Definisi dasar berikut dikutip dari karya klasik Rm Aumann, “Spiritual Theology”. Di samping itu, urut-urutannya disusun oleh Paus St. Gregorius Agung, yang berusaha menangkap dinamika spiritual yang dianugerahkan Roh Kudus kepada jiwa melalui karunia-karunia-Nya: “Dengan takut akan Allah, kita dihantar pada kesalehan, dari kesalehan kepada pengenalan, dari pengenalan kita menimba kekuatan, dari kekuatan kepada nasihat, dengan nasihat kita bergerak menuju pengertian, dan dengan pengertian menuju kebijaksanaan, dengan demikian, dengan ketujuh karunia Roh Kudus, terbukalah bagi kita di akhir pendakian, pintu masuk ke dalam kehidupan Surga” (Homiliae in Hiezechihelem Prophetam, II 7,7).
KARUNIA TAKUT AKAN ALLAH memampukan orang “untuk menghindari dosa dan menghindari cinta / kelekatan pada barang-barang duniawi lebih dari rasa cinta dan hormat kepada Tuhan.” Teristimewa, karunia ini membangkitkan rasa hormat mendalam kepada Allah segala kuasa yang Mahatinggi. Di sini, orang menyadari “keterbatasannya sebagai ciptaan” dan ketergantungannya kepada Tuhan, serta tidak akan pernah mau dipisahkan dari Tuhan yang penuh belas kasihan. Karunia takut akan Allah ini membangkitkan dalam jiwa semangat sembah sujud dan takwa kepada Allah yang Mahakuasa serta rasa ngeri serta sesal atas dosa.
Karunia ini kadangkala disalahtafsirkan karena kata 'takut'. Takut yang dimaksudkan di sini bukanlah rasa takut seorang budak, di mana orang melayani Tuhan hanya karena ia takut akan penghukuman, baik hukuman yang sifatnya sementara di dunia ini ataupun hukuman abadi di neraka. Hubungan sejati dengan Tuhan didasarkan atas kasih, bukan takut. Sebab itu, “takut akan Allah” ini lebih merupakan takut anak kepada bapa atau takut karena hormat yang menggerakkan orang untuk melakukan kehendak Tuhan dan menghindari dosa karena kasih kepada Tuhan, yang sepenuhnya baik dan patut mendapatkan kasih kita seutuhnya. Demikian juga halnya, seorang anak hendaknya tidak dimotivasi untuk taat pada bimbingan moral orangtuanya ataupun perintah orangtuanya hanya karena takut akan hukuman, melainkan karena kasih dan hormat kepada mereka. Orang haruslah lebih takut menyakiti orang yang dikasihinya dan merusak kepercayaan orang yang dikasihinya itu, daripada takut akan hukuman. (Namun demikian, orang haruslah memiliki rasa takut yang sehat pada hukuman karena dosa, meskipun hal ini bukan menjadi faktor yang memotivasi orang untuk mengasihi Tuhan.)
Karunia takut akan Allah menghantar orang pada kesempurnaan terutama kebajikan akan pengharapan: manusia menghormati Tuhan sebagai Tuhan, percaya pada kehendak-Nya dan mempercayakan hidupnya dalam tangan-Nya. Di samping itu, ia rindu untuk bersatu dengan Tuhan selamanya di surga. Karunia ini juga merupakan landasan bagi karunia-karunia yang lain. Seperti ditegaskan dalam Kitab Suci, “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.” (Mzm 112:1) dan “Awal kebijaksanaan ialah ketakutan akan Tuhan.” (
Kedua, karunia ini juga menyempurnakan kebajikan akan penguasaan diri, yang rindu untuk mempergunakan segala sesuatu dengan bijaksana, dan sepantasnya, serta tidak berlebihan, khususnya yang mendatangkan kesenangan-kesenangan duniawi. Dengan akal sehat dalam terang iman, penguasaan diri mengendalikan hasrat. Penguasaan diri berhubungan dengan karunia takut akan Allah karena kesadaran dan rasa hormat orang akan kekudusan Tuhan mendorongnya sebagai ciptaan untuk memuliakan Tuhan dengan menguasai diri dalam segala tindakan dan keinginan. Sebagai contoh, kemurnian merupakan suatu kebajikan akan penguasaan diri yang menghormati kebaikan seksualitas diri sendiri, kekudusan perkawinan, dan kekudusan cinta kasih dalam perkawinan; orang yang digerakkan oleh karunia takut akan Allah berjuang untuk hidup murni karena Tuhan adalah pencipta dari segala kebajikan itu dan dengan hidup demikian ia mendatangkan kemuliaan serta puji-pujian bagi-Nya.
Dengan karunia takut akan Allah, orang dihantar pada KARUNIA KESALEHAN: “guna menghaturkan sembah sujud kepada Tuhan terutama sebagai Bapa kita dan berhubungan dengan semua orang sebagai anak-anak dari Bapa yang sama.” Di sini, orang menyatakan rasa hormat pada Tuhan sebagai Bapa yang penuh belas kasihan, serta menghormati sesama sebagai anak-anak Tuhan terutama karena memang begitu mereka adanya. Dengan demikian, karunia kesalehan menyempurnakan kebajikan akan keadilan, memampukan orang untuk memenuhi segala kewajibannya kepada Tuhan dan sesama; ia tidak hanya dimotivasi oleh keadilan yang harus ditegakkan, tetapi juga oleh hubungan cinta kasih yang dialaminya bersama sesama. Sebagai contoh, kita mentaati sepuluh perintah Allah bukan hanya karena perintah-perintah itu sendiri, melainkan karena kasih kita kepada Bapa Surgawi dan kasih kita kepada saudara serta saudari dalam Tuhan.
KARUNIA PENGENALAN adalah karunia yang memampukan orang “untuk menilai dengan benar dalam hal kebenaran iman sesuai dengan dasar dan prinsip-prinsip dari kebenaran yang telah dinyatakan.” Di bawah bimbingan Roh Kudus, akal budi manusia membuat penilaian yang benar atas barang-barang duniawi dan hubungan antara benda-benda tersebut dengan kehidupan kekal dan kesempurnaan Kristiani. Dengan demikian, karunia ini merupakan suatu pencerahan khusus, yang memampukan orang untuk menyadari kesia-siaan barang duniawi bagi diri mereka sendiri sehingga barang-barang tersebut tidak menjadi penghalang bagi persatuannya dengan Tuhan. Pada saat yang sama, karunia pengenalan memampukan orang untuk melihat melalui karya ciptaan, Tuhan yang menjadikan semuanya. Karenanya, daripada menganggap karya ciptaan sebagai penghalang persatuan dengan Tuhan, jiwa memandangnya sebagai sarana persatuan dengan Tuhan. Dengan demikian, orang melihat bagaimana memanfaatkan karya ciptaan dengan benar dan bahkan dengan cara yang kudus. Lagipula, karunia ini menimbulkan dalam diri orang rasa iman, sensus fidei, artinya orang memiliki insting ilahi tentang ya atau tidaknya sesuatu. Misalnya tentang suatu devosi, apakah sesuai dengan iman atau tidak, meskipun ia tidak pernah mengenyam pendidikan teologi secara formal. Karunia ini menimbulkan beberapa efek yang sungguh bermanfaat bagi pengudusan jiwa: introspeksi diri, memampukan orang melihat keadaan jiwanya; lepas dari kelekatan terhadap hal-hal materi; dan rasa sesal atas penyalahgunaan barang-barang materi atau apabila barang-barang tersebut telah menjadi penghalang hubungannya dengan Tuhan. St. Thomas mengajarkan bahwa karunia pengenalan menghantar orang pada kesempurnaan kebajikan akan iman, tetapi berhubungan juga dengan kesempurnaan kebajikan akan kebijaksanaan, keadilan dan penguasaan diri.
Dengan KARUNIA KEPERKASAAN, orang dapat “mengatasi persoalan-persoalan atau menanggung derita dan sengsara dengan kekuatan dan keperkasaan yang dianugerahkan Tuhan.” Sama seperti karunia-karunia yang lain, karunia keperkasaan bekerja atas dorongan Roh Kudus, dan memberikan kekuatan kepada orang untuk melawan yang jahat serta bertekun demi kehidupan kekal. Karunia ini menghantar keutamaan keperkasaan pada kesempurnaan, mengisinya dengan energi, ketekunan dan ketangkasan. Lagipula, karunia ini mendatangkan kepercayaan akan keberhasilan dalam kebajikan. Sebagai contoh, St. Maximilianus Kolbe tidak hanya memiliki keperkasaan yang mengagumkan dalam bersegera menawarkan nyawanya sebagai ganti nyawa orang lain dan menanggung kematian yang mengerikan, tetapi juga kepercayaan bahwa ia akan berhasil mengatasi kekuasaan si jahat dan memperoleh kehidupan kekal. Terakhir, karunia keperkasaan memampukan orang untuk mengamalkan kebajikan-kebajikan lain dengan gagah berani, untuk menderita dengan tabah dan penuh sukacita, untuk mengatasi segala suam-suam kuku dalam melayani Tuhan.
KARUNIA NASIHAT adalah karunia “untuk membangkitkan ketaatan dan pasrah diri orang pada nasihat Tuhan dalam segala tindakannya demi mencapai kekudusan dan keselamatan.” Terutama, karunia nasihat memampukan orang untuk menilai tindakan pribadi sebagai baik dan harus dilakukan, atau sebagai jahat dan harus dihindari. Nasihat dibuat sesuai pandangan pribadi akan kekudusan dan tujuan akhir rohaninya. Oleh karenanya, karunia ini mendorong orang untuk bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah tindakan ini menghantar pada kekudusan? Apakah tindakan ini menghantar ke neraka?”
Jelaslah, karunia nasihat berhubungan dengan kebajikan akan kebijaksanaan; namun demikian, jika kebajikan akan kebijaksanaan bekerja sesuai dengan akal budi dalam terang iman, karunia nasihat bekerja di bawah bimbingan Roh Kudus. Sebagai konsekuensinya, nasihat yang diberikan mungkin tidak akan dapat dijelaskan dengan akal sehat. Sebagai contoh, teladan St. Maximilianus Kolbe, suatu tindakan pengorbanan diri yang sedemikian itu bagi orang lain merupakan tindakan yang benar dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan jalan pikiran akal sehat yang normal yang menggerakkan orang untuk mempertahankan diri dan bukannya mengorbankan diri.
Juga, karunia nasihat membantu orang menghadapi situasi genting. Sebagai contoh, melalui karunia nasihat, Roh Kudus membantu orang yang sedang menghadapi dilema akan perlunya menjaga rahasia dengan kewajiban mengatakan kebenaran. Karunia nasihat membantu kebajikan akan kebijaksanaan, dan mengarahkannya pada kesempurnaan. Karunia ini juga mendatangkan banyak manfaat: memelihara suara hati yang baik, menyediakan solusi dalam menghadapi situasi-situasi sulit dan tak terduga, serta membantu memberikan nasihat kepada orang-orang lain, terutama dalam hal kekudusan dan keselamatan pribadi.
KARUNIA PENGERTIAN adalah karunia “untuk memberikan pengertian dan pemahaman mendalam akan kebenaran ilahi dalam iman, bukan sebagai pencerahan sementara, melainkan sebagai intuisi tetap.” Dengan pencerahan akal budi terhadap kebenaran, Roh Kudus membantu orang untuk mengerti kebenaran iman dengan mudah dan mendalam, serta memahami kedalaman kebenaran-kebenaran tersebut. Karunia pengertian tidak hanya membantu dalam memahami kebenaran-kebenaran yang telah dinyatakan, tetapi juga kebenaran-kebenaran alamiah sejauh mereka berhubungan dengan akhir hidup rohani. Kualitas terpenting dari karunia ini adalah “memahami intuisi” - dalam beberapa hal menjangkau yang tak nampak. Karunia ini, yang memberikan pemahaman akan kebenaran-kebenaran iman, bekerja dalam beberapa cara: menyingkapkan makna tersembunyi dalam Kitab Suci; mengungkapkan makna simbol-simbol dan bilangan (seperti St. Paulus memandang Kristus sebagai pemenuhan akan batu karang dalam kisah Keluaran yang memancarkan air untuk melegakan dahaga bangsa Israel (1Kor 10:4); menunjukkan tangan Tuhan yang berkarya dalam hidup manusia, bahkan dalam peristiwa-peristiwa yang paling misterius atau penuh persoalan hidup (misalnya penderitaan); dan mengungkapkan kebenaran rohani yang tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa (misalnya pemahaman akan misteri kurban Kristus dalam ritual Misa). Karunia ini menghantar kebajikan akan iman pada kesempurnaan. Karenanya, St. Thomas mengatakan, “Dalam hidup ini, apabila mata rohani dimurnikan oleh karunia pengertian, orang dapat dengan suatu cara tertentu melihat Tuhan” (Summa theologiae II-II, q. 69, a. 2, ad. 3).
Yang terakhir dari ketujuh karunia adalah KARUNIA KEBIJAKSANAAN yaitu “untuk menilai dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan norma-norma ilahi dan dengan kewajaran yang memancar dari persatuan kasihnya dengan Tuhan.” Roh Kudus membantu mengkontemplasikan perkara-perkara ilahi, memampukan orang untuk bertumbuh dalam persatuan mesra dengan Tuhan. Dengan karunia kebijaksanaan, bahkan suatu “jiwa yang tak berpendidikan” dapat memiliki pengetahuan ilahi yang sangat mendalam. Sebagai contoh, St. Theresia dari Liseux tidak memiliki pendidikan formal dalam teologi, namun demikian ia memiliki kebijaksanaan dalam mengenal jalan-jalan Tuhan; oleh karena alasan ini, ia digelari Pujangga Gereja.
Sementara karunia kebijaksanaan membantu mengkontemplasikan perkara-perkara ilahi, karunia ini juga mendukung praktek kebijaksanaan praktis. Karunia kebijaksanaan menerapkan ilham-ilham Tuhan untuk menilai baik perkara-perkara duniawi maupun ilahi. Karenanya, karunia ini mengarahkan tindakan-tindakan manusia agar sesuai dengan yang ilahi.
Karunia kebijaksanaan mendatangkan banyak manfaat: dengan karunia ini orang akan melihat serta mengevaluasi segala hal - baik sukacita ataupun dukacita, kegembiraan ataupun penderitaan, keberhasilan ataupun kegagalan - dari sudut pandang Tuhan, serta menerima semuanya dengan ketabahan. Dengan kebijaksanaan, segala hal, bahkan yang terburuk sekalipun, dipandang sebagai memiliki nilai rohani. Misalnya, karunia kebijaksanaan memberikan penghargaan kepada kemartiran. Di sini, orang diangkat melampaui kebijaksanaan dunia ini, dan tinggal dalam kasih Allah. Sebab itu, karunia kebijaksanaan mendatangkan kesempurnaan cinta kasih.
Karunia-karunia Roh Kudus tak diragukan lagi merupakan karunia-karunia yang teramat penting bagi kekudusan dan keselamatan kita. Setiap umat Kristiani yang dibaptis dan dikuatkan dalam Krisma sepatutnya memohon dengan sangat kepada Roh Kudus untuk mengobarkan karunia-karunia ini dalam jiwanya. Bapa Suci kita, Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Dengan karunia-karunia dan kualitas seperti ini, kita siap sedia menghadapi segala macam tugas dan cakap mengatasi segala macam kesulitan.”
Doa Mohon Ketujuh Karunia Roh Kudus
* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College in
sumber : “Straight Answers: Gifts of the Holy Spirit” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2001 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The