January 16, 2012

GEREJA ORTHODOX RITUS BARAT

disadur dari https://www.facebook.com/notes/persatuan-gereja-orthodox-indonesia/gereja-orthodox-ritus-barat/10150481287356909


Sebelum tahun 1054 kita tidak akan menemukan keberadaan Gereja Ritus Barat karena memang Gereja adalah satu tak terpisahkan,  hanya di masanya ada Gereja yang menggunakan bahasa Latin. Ritus yang digunakan oleh orang Kristen di Skotlandia, Irlandia dan Inggris, adalah sama seperti yang digunakan di Konstantinopel. Pada seribu tahun pertama semua gereja Kristen yang jauh terpencil yang berada dalam persekutuan dengan Lima Patriarkh (Konstantinopel, Yerusalem, Antiokia, Alexandria, Roma) adalah Gereja yang Orthodox. Setelah 1054, dan lebih tepat, setelah Penaklukan Norman (1066) dari Inggris, Gereja Barat ditarik ke dalam Skisma Besar Patriarkh Roma semakin menjauh dari Persatuan dengan para Patriarkh Gereja Orthodox. Liturgi Barat dinyatakan untuk mencerminkan kesalahan Kepausan dan bahkan memasukkan filioque dalam Syahadat Nicea dengan penyimpangannya yang lainnya.

Pemulihan terjadi dari suatu Ritus, dikoreksi, dan benar-benar menjadi Orthodox ritus barat oleh kekudusan Gereja Orthodox di Amerika Serikat, pemulihan ini tidak berasal oleh kaum awam atau presbiter biasa. Visi dari Ritus Barat memegang peranan penting dari Misi Orthodox di Amerika yang dijalankan oleh Uskup Agung Tikhon, Keuskupan Agung Amerika di bawah Patriarkat Moskow. Sekitar sembilan puluh tahun yang lalu ia memeriksa Kitab Anglikan yang ada yaitu kitab ibadah umum yang dikirim ke Sinode Kudus dari Moskow. Liturginya berasal dari penggunaan kuno Gereja Orthodox di Barat, dan pertama kali diungkapkan dalam bahasa Inggris pada edisi 1549 oleh otoritas Raja Edward dari Inggris Keenam, dikoreksi dan disetujui oleh Sinode Kudus untuk digunakan di Gereja Orthodox.

Dalam tahun-tahun berikutnya, yang terberkati Uskup Agung Tikhon diangkat menjadi Patriarkh Moskow dan martir oleh komunis pada tahun 1925, karena hal ini beliau dinyatakan sebagai Orang Kudus oleh Gereja, dan dengan demikian dikenal secara setia di Gereja Orthodox seluruh dunia sebagai St Tikhon, Pembawa Terang di Amerika. Dia adalah St. Tikhon  yang sama yang mendapatkan persetujuan untuk restorasi Ritus Barat di Amerika.

Misi Orthodox di Amerika mengalami perkembangan dan semakin kokoh, otorisasi lebih lanjut dari Ritus Barat diberikan oleh Sinode Patriarkh Antiokhia yang Kudus. Metropolitan Anthoni (Bashir) mendirikan Vikariat Ritus Barat untuk pendirian Misi Ritus Barat di Paroki-paroki dalam Keuskupan Agung. Metropolitan Philip (Saliba) telah mempromosikan untuk peningkatan jumlah Ritus Barat di Paroki-paroki di seluruh Amerika Utara, dan terus bertambah jumlah klerus dan awam berkali-kali lipat dalam tahun ke tahun. Gereja Orthodox ritus Barat sekarang berkembang pesat dalam Misi Gereja di Amerika.

Paroki Ritus Barat merupakan restorasi Liturgi Barat yang resmi dari Gereja yang terpisah dari 1.000 tahun pertama, oleh otoritas para Patriarkh, untuk kepentingan semua jemaat Orthodox.

Sumber : http://www.westernorthodox.com/western-rite.html
diterjemahkan oleh : Yohanes Damaskinos Arya

January 8, 2012

Gereja Katolik bukanlah Katolik Roma Saja (Penjelasan singkat mengenai Katolik Timur)

disadur dari https://www.facebook.com/notes/katolik-timur/gereja-katolik-bukanlah-katolik-roma-saja-penjelasan-singkat-mengenai-katolik-ti/10150599090560258




Persatuan Gereja-gereja Katolik dan ritus asalnya

Roma dan 22 Katolik Timur dengan Paus Roma sebagai pemimpin persekutuan ini. Ke-23 Gereja ini adalah Gereja Partikular yang otonom/mandiri. Hal ini berarti setiap Gereja partikular yang lain tidak bisa mencampuri urusan gerejawi dari Gereja partikular lainnya. Namun demikian, Paus Roma tetap memiliki karunia infallibilitas dalam mengajarkan ajaran Iman dan Moral yang mengikat seluruh Gereja (termasuk seluruh Gereja partikular yang otonom) dalam kapasitasnya sebagai Pengganti Petrus.

Tentang fakta bahwa ada 23 Gereja partikular yang otonom tidak menjadikan Gereja Katolik terdiri dari banyak aliran atau denominasi layaknya yang terjadi di saudara-saudari terpisah Protestan. Mengapa? Hal ini karena ke-23 Gereja ini memiliki persatuan yang penuh dan mengakui ajaran IMAN YANG SAMA, meski berbeda dalam mengekspresi IMAN YANG SAMA ini sesuai tradisi masing-masing.

Berikut ini ada sedikit penjelasan mengenai Katolik Timur.

APA DAN SIAPAKAH KATOLIK TIMUR?

Katolik Timur adalah sebutan bagi Gereja-Gereja Timur yang bersekutu/bersatu penuh dengan Paus Roma. Bersama dengan Gereja Katolik Latin (yang populer dengan sebutan Gereja Katolik Roma), membentuk "Gereja Katolik yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik" dengan Paus Roma sebagai pemimpinnya.

Gereja-Gereja Katolik Timur memiliki tradisi-tradisi liturgi, teologi, devosi, tata tertib gerejawi, doa-doa tradisional dan hukum kanon tersendiri yang berbeda dengan Gereja Katolik Romawi. Namun demikian, Gereja-gereja Katolik, baik Barat (Romawi) maupun Timur, sama derajatnya. (Dekrit Konsili Vatikan II - Orientalium Ecclesiarum No.3)

Gereja-Gereja Katolik Timur, sama seperti Gereja Katolik Roma, meyakini dan mengakui Primat Paus Roma atas Gereja Universal sebagai penerus Takhta St. Petrus; sebagaimana telah dinyatakan oleh Tuhan kita dalam Matius 16:15. (Dekrit Konsili Vatikan II - Orientalium Ecclesiarum No.3)

BAGAIMANAKAH SEHINGGA TERBENTUK "KATOLIK TIMUR"?

Pada perjalanan sejarah gereja, pembicaraan dan perbedaan pendapat mengenai hal-hal tertentu dalam iman menyebabkan perselisihan dalam Gereja Katolik yang universal. Gereja-gereja yang tidak bersepakat saling memisahkan diri, memisahkan diri dari persekutuan/persatuan dengan Paus Roma. Berbagai alasan melatar belakangi perpisahan ini.

Saat ini, ada 3 kelompok gereja oriental dan timur yang terpisah dari persatuan dengan Paus Roma, yaitu Gereja Timur Assiria (Assyrian Church of East) (perpisahan pada tahun 431), Gereja Ortodoks Oriental (perpisahan pada tahun 451), dan Gereja Ortodoks Timur (perpisahan pada tahun 1054 – disebut peristiwa Skisma Besar).

Namun pada perkembangan selanjutnya, sebagian dari masing-masing gereja timur yang memisahkan diri itu kembali bersatu dengan Roma, maka disebut sebagai "Katolik Timur".

Oleh karenanya, setiap gereja-gereja Ortodoks ada counterpartnya pada Gereja Katolik Timur. Misalnya: Katolik Koptik dengan Ortodoks Koptik, Katolik Rusia dengan Ortodoks Rusia, Katolik Rumania dengan Ortodoks Rumania dsb.

Tapi, ada 4 Gereja Timur yang mengaku selalu bersatu dengan Roma dalam artian mereka tidak pernah secara sengaja memutuskan persekutuan dengan Roma. Mereka adalah : Katolik Maronit, Katolik Syro-Malabar, Katolik Italo-Albania dan Katolik Yunani-Ukraina. Dari 22 Gereja Katolik Timur, ada dua Gereja yang tidak memiliki counterpart di Ortodoks yaitu Katolik Maronit dan Katolik Italo-Albania.

TERDIRI DARI GEREJA APA SAJAKAH "KATOLIK TIMUR"?

Berikut ini adalah daftar Gereja-Gereja Katolik Timur beserta lokasi tempat mereka berpusat, sebagaimana yang tercantum dalam Annuario Pontificio dari Tahta Suci (tanggal persatuan atau pendirian di dalam tanda kurung):

+ Tradisi liturgi Aleksandria:
1. Gereja Katolik Koptik : Kairo Mesir (1741)
2. Gereja Katolik Ethiopia : Addis Ababa, Ethiopia, Eritrea (1846)

+ Ritus liturgi Antiokhia atau Siria-Barat:
1. Gereja Maronit : Bkerke Libanon (persatuan dikukuhkan kembali pada 1182)
2. Gereja Katolik Suryani : Beirut (1781)
3. Gereja Katolik Siro-Malankara : Trivandrum, India (1930)

+ Tradisi liturgi Armenia:
1. Gereja Katolik Armenia : Beirut, Libanon(1742)

+ Tradisi liturgi Kaldea atau Siria-Timur:
1. Gereja Katolik Kaldea : Baghdad, Irak (1692)
2. Gereja Siro-Malabar : Ernakulam, India (tanggal persatuan masih diperdebatkan)

+ Tradisi liturgi Bizantium atau Konstantinopolitan:
1. Gereja Katolik Yunani Albania : Albania (1628)
2. Gereja Katolik Yunani Belarusia : Belarusia (1596)
3. Gereja Katolik Yunani Bulgaria : Sofia, Bulgaria (1861)
4. Gereja Bizantium Eparki Križevci : Križevci, Ruski Krstur Kroasia (1611)
5. Gereja Katolik Bizantium Yunani : Athena, Yunani, Turki (1829)
6. Gereja Katolik Yunani Hungaria : Nyiregyháza, Hungaria (1646)
7. Gereja Katolik Italo-Albania : Italia (Tidak pernah berpisah dari Gereja Katolik)
8. Gereja Katolik Yunani Makedonia : Skopje, Republik Makedonia (1918)
9. Gereja Katolik Yunani Melkit : Damaskus, Siria (1726)
10. Gereja Rumania Bersatu dengan Roma, Katolik-Yunani : Blaj Rumania (1697)
11. Gereja Katolik Rusia : Rusia (1905)
12. Gereja Katolik Ruthenia : Uzhhorod (1646)
13. Gereja Katolik Yunani Slowakia : Prešov Republik Slowakia (1646)
14. Gereja Katolik Yunani Ukraina : Kiev Ukraina (1595)

Catatan: Umat Katolik Bizantium-Georgia belum diakui sebagai sebuah Gereja partikular (sesuai dengan kanon 27 dari Hukum Kanon Gereja-Gereja Timur). Mayoritas umat Kristen Katolik Timur di Republik Georgia beribadat dengan menggunakan ritus liturgi Armenia.

(dari http://katolisitas.org/2009/05/22/apa-saja-yang-termasuk-gereja-timur-katolik/)

Apakah Gereja Katolik Timur sudah ada di Indonesia?

Sampai saat ini, Gereja Katolik Timur belum ada di Indonesia. Semua Gereja Katolik di Indonesia adalah Gereja Katolik Roma. Meskipun begitu, sudah ada orang Indonesia yang menjadi Katolik Melkit dan Katolik Yunani-Ukraina, dan kelompok Studi Katolik Timur sudah ada.

Apa perbedaan Katolik Timur dengan Ortodoks?

Perbedaan mendasar antara Katolik Timur dengan Ortodoks adalah Persatuan penuh dengan Roma. Gereja Ortodoks, walau memiliki suksesi apostolik yang jelas, tidak berada dalam persatuan penuh dengan Roma. Sedangkan Katolik Timur berada dalam persatuan penuh dengan Roma. Perbedaan ini kemudian berdampak pada penerimaan Dogma-dogma Katolik. Misalnya, Katolik Timur, meski mengekspresikannya dengan berbeda dari Katolik Roma,  menerima Dogma Maria Yang dikandung tanpa noda (Immaculata) dan Infallibilitas Paus. Sedangkan Ortodoks menolak keduanya. Katolik Timur juga mengakui Primat Universal Paus, Uskup Roma. Sebagian besar Katolik Timur adalah Gereja-gereja Timur yang bersatu kembali dengan Roma, kecuali Katolik Maronit, Katolik Syro-Malabar, dan Katolik Italo-Albania.

Bagaimana tentang 4 Gereja Timur yang mengaku tetap berada dalam persatuan dengan Roma?

Gereja Katolik Italo-Albania tidak pernah terpisah karena meskipun ritusnya Byzantine namun mereka selalu menjadi bagian Kepatriarkhan Roma. Selain itu dulu memang ada beberapa keuskupan Byzantine yang berada di bawah yurisdiksi Roma sebagai Patriarkhnya. Yurisdiksi kepatriarkhan saat itu murni berkaitan dengan geografi.

Gereja Syro-Malabar dan Maronite mengklaim tidak pernah berpisah dari Roma, dalam arti mereka tidak pernah secara sengaja memutuskan persekutuan dengan Roma, namun hal ini tidak berarti bahwa selalu ada komunikasi dan hubungan persekutuan yang nyata antara kedua Gereja ini dengan Roma.

Bagi Gereja Maronite komunikasi yang nyata antara pihak Maronite dan Roma baru dimulai sejak Perang Salib (kecuali jika kita ingin menghitung surat-menyurat antara para biarawan dari biara St. Maro dan Paus Hormisdas yang berlangsung jauh lebih awal, tetapi pada masa itu kelompok St. Maron belum menjadi suatu Gereja yang otonom) dan kemudian secara jelas menjadi semakin erat.

Dalam kasus Gereja Syro-Malabar, mereka lama sekali menjalin hubungan erat dengan Gereja Assyria Timur (Nestorian), namun mereka tidak pernah secara terbuka menyatakan putus hubungan persekutuan dengan Roma. Namun, kontak yang nyata dengan pihak Roma baru dimulai pada saat misionaris Portugis datang ke India. Umat Kristen Malabar menunjukkan kedekatan yang luar biasa dengan para misionaris Portugis, bahkan kedekatan ini memungkinkan diangkatnya seorang Latin berkebangsaan Portugis menjadi Uskup bagi umat Syro-Malabar. Kemungkinan terjadinya hal-hal semacam ini kemudian dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa Gereja Syro-Malabar tidak pernah berpisah dari persekutuan Katolik.

Gereja Katolik Yunani-Ukraina adalah Gereja Katolik Timur terbesar. Gereja Katolik Yunani Ukraina adalah Gereja dengan ritus Bizantium yang berada dalam persekutuan penuh dengan Paus Roma.

Nama lain untuk Gereja ini: Gereja Katolik Yunani; Gereja Katolik Ukraina; Gereja Katolik Ukraina ritus Bizantium; Gereja Katolik Kyivan. Nama Gereja Katolik Yunani diperkenalkan oleh Kaisar Maria-Theresa pada tahun 1774 untuk membedakan Gereja ini dari Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Armenia. Dalam dokumen resmi Gereja, istilah Ecclesia Ruthena unita digunakan. Pada tahun 1960, nama Gereja Katolik Ukraina mulai digunakan dalam dokumen resmi untuk merujuk pada umat Katolik Ukraina di diaspora dan Gereja bawah tanah di Soviet Ukraina. Di dalam dokumen statistik tahunan kepausan, Annuario Pontificio, nama Gereja Katolik Ukraina ritus Bizantium digunakan. Pada Sinode Uskup-uskup UGCC (September 1999), nama Gereja Katolik Kyivan diajukan untuk menekankan identitas Gereja ini. Pada tahun 988, Pangeran Volodymyr Agung menjadikan Kekristenan dalam Ritus Byzantine-Slavic sebagai agama nasional dari negara ini, Kyivan-Rus. Hal ini terjadi sebelum Skisma Timur  pada tahun 1054 yang memisahkan Kristen Timur dari Barat. Gereja Kyivan menerima warisan tradisi Bizantium Timur dan merupakan bagian dari Kepatriarkhan Konstantinopel. Sekalipun begitu, Gereja ini juga tetap berada dalam persekutuan penuh dengan Katolik Latin dan Patriarkhnya, Paus Roma. Meskipun Konstantinople dan Roma memiliki perselisihan, Hierarki Kyivan mencoba mengusahakan persatuan Kristen. Wakil dari Rus berpartisipasi dalam Konsili Lyon (1245) dan Konstans (1418) di Barat. Isidorus, Uskup Agung Kyiv sendiri adalah seorang dari para kreator Persatuan Florence (1439).

Berapa Sakramen yang ada di Katolik Timur?
Katolik Timur mengakui 7 sakramen yang sama dengan Katolik Roma.

Bolehkah Umat Katolik Roma menerima Komuni di Gereja Katolik Timur?
Diperbolehkan. Tidak hanya Umat Katolik Roma saja, Umat Katolik Timur juga diperbolehkan menerima Komuni di Gereja Katolik Roma. Umat Katolik Timur juga diperbolehkan menerima Komuni di Gereja Katolik Timur lainnya. Hal ini karena ke-23 Gereja ini memiliki persatuan yang penuh dan mengakui ajaran IMAN YANG SAMA, meski berbeda dalam mengekspresi IMAN YANG SAMA ini sesuai tradisi masing-masing.

Apakah Katolik Timur mengakui semua ajaran Katolik tentang Bunda Maria?
Seperti yang sudah dikatakan, Katolik Timur mengakui ajaran IMAN YANG SAMA termasuk ajaran-ajaran mengenai Bunda Maria.

Imam Katolik Timur ada yang tidak selibat, benarkah demikian ?
Benar. Disiplin Selibat sebenarnya hanya berlaku bagi Para Imam Diosesan Latin, tidak secara universal. Selibat bagi Imam Diosesan Latin sendiri hanyalah JANJI bukan KAUL.

Gereja-gereja Katolik Timur menahbiskan Pria yang TELAH berkeluarga sebagai Imam, namun seorang Uskup Katolik Timur selalu dipilih dari kalangan Imam Selibat (biasanya Para Imam Biarawam). Seorang laki-laki yang telah ditahbiskan terlebih dahulu menjadi Imam Katolik Timur sebelum sempat menikah, tidak dapat menikah setelah ditahbiskan. Imam berkeluarga yang istrinya telah meninggal, juga tidak diperkenankan menikah lagi.

Imam Biarawan Katolik Timur sendiri sama dengan Imam Biarawan Latin, sama-sama memiliki Kaul Kemurnian. Jadi Imam Biarawan Katolik Timur juga tidak menikah.

Tradisi menahbiskan Pria berkeluarga pada dasarnya sama tuanya dengan tradisi Selibat. Baik Latin maupun Timur saling menghormati tradisi dan disiplin gerejani satu sama lain.

PAX ET BONUM

Diambil dari: http://www.facebook.com/notes/gereja-katolik/gereja-katolik-bukanlah-katolik-roma-saja-penjelasan-singkat-mengenai-katolik-ti/10150191573052440

Artikel ini diarsipkan di:
http://indonesian-papist.blogspot.com/2010/07/penjelasan-singkat-mengenai-katolik.html

January 5, 2012

NATAL LIBUR RESMI IRAK, SEDIKIT TENTANG GEREJA UNIAT KATOLIK KHALDEA

dari https://www.facebook.com/groups/iscs.surabaya/doc/10150427718917100/



Baghdad – Warga Kristen Irak, minoritas sangat kecil di negara yang mayoritas penduduknya Muslim itu, mendapat kado istimewa Natal kali tahun 2008. Untuk pertama kalinya Pemerintah Irak menjadikan Natal sebagai hari libur.
Secara umum perayaan Natal di Irak kali ini berlangsung relatif aman. Penjagaan keamanan terlihat di mana-mana. Hanya bom mobil di Baghdad yang terjadi Kamis (25/12) pagi yang membuat Natal di Irak masih memgkhawatirkan. Ledakan di sebuah restoran yang sering dikunjungi polisi itu menewaskan 4 orang dan melukai 25 lainnya di Pemukiman Shula yang mayoritas dihuni warga Syiah. Belum ada informasi pelaku dan motif serangan, namun diyakini tidak terkait Natal.
Sementara Karnimal Kaldea, Katolikos-Patriarkh Babylon dari Gereja Katolik Khaldean, Mar Emmanuel III Karim-Delly (2003- sekarang), memuji langkah Pemerintah Irak yang menjadikan Natal sebagai hari libur. "Saya berterima kasih atas hal itu dan berharap hal ini membuat kita lebih teguh dalam mempercayai satu dengan lainnya sebagai saudara,” katanya.
Seorang ulama Syiah, Ammar al-Hakim hadir dalam misa yang dipimpin Kardinal Emmanuel sebagai simbol toleransi dan kerja sama. ap, spd
Gereja Katolik Khaldea adalah salah satu Gereja Roma Katolik yang menggunakan Ritus dari Gereja Orthodox Timur, dikenal sebagai “Gereja Katolik ritus Timur”. Mereka adalah umat Orthodox yang memilih masuk dalam persatuan dengan Roma. Karena di dalam Gereja Roma Katolik, persatuan berarti pertobatan dan pulang ke Gereja Roma Katolik (Conversio ad Ecclesiam). Mereka boleh menggunakan cara ibadah dan tradisi Orthodox, namun hierarkhinya dan ajarannya sama sekali harus tunduk pada Gereja Latin di Roma. Uniat dari Gereja Roma Katolik ini memiliki beberapa bentuk: Uniat model Orthodox Yunani disebut “Katolik Yunani”, Uniat model Orthodox Rusia, Slavia atau Yunani disebut “Byzantin Katolik”, Uniat model Nestorian disebut “Khaldea Katolik”, ada Uniat model Koptik, ada Uniat model Gereja Ethiopia, Uniat di-India, Uniat di Syria, dan Uniat model Armenia. Orang barangkali boleh menduga-duga apakah kira-kira “Gerakan Kharismatik Katolik” itu bukan “Uniat model Protestan”? Adanya kelompok-kelompok Uniat yang diciptakan oleh Gereja Roma Katolik ini salah satu yang mempersulit dialog Orthodox-Katolik Roma.
Gereja Katolik Khaldea sendiri terpisah dari Gereja Orthodox Assyria Timur dan dibentuk oleh Roma tahun 1551 dengan Katolikos-Patriarkh pertamanya Mar Yohanan Soulaqa (Mar Shimun VIII Sulaqa) (1552-1555). Sedang Katolikos-Patriarkh Gereja Orthodox Assyria Timur saat ini adalah Katholikos-Patriarkh Mar Dinkha IV Khanania (Bhs. Syriac: ܡܪܝ ܕܢܚܐ ܪܒܝܥܝܐ) (1976-sekarang), pengganti ke-107 Rasul Mar Thoma Shilkha, (St. Thomas Sang Rasul – th. 33-77) dan Mar Addai, (St. Thaddeus Sang Rasul, salah satu dari ketujuh puluh Utusan - th. 33-66).

Referensi:

1. Episkop Timothy Ware (Penterjemah : Arkhimandrit Daniel Bambang PhD). Mari Mengenal Kekristenan Timur. Sejarah Gereja Orthodox. Satya Widya Graha. 2001.

2. From Wikipedia, the free encyclopedia: Mar Dinkha_IV: http://en.wikipedia.org/wiki/Mar_Dinkha_IV

3. From Wikipedia, the free encyclopedia: Catholic Chaldean Patriarchs of Babylon:http://en.wikipedia.org/wiki/Catholic_Chaldean_Patriarchs_of_Babylon.

4. Harian Surabaya Pos, Jumat, 26 Desember 2008 | 08:36 WIB:

Diedit oleh :
Presbyter Rm.Kirill JSL
(Omeц Кирилл Д.С.Л.)
GEREJA ORTHODOX INDONESIA St. Jonah dari Mancuria Surabaya, (dalam Yuridiksi Moscow Rusia)
(THE INDONESIAN ORTHODOX CHURCH)

Maria Mater Ecclesiae



Dalam Rangka Diskusi Reflektif “Maria Mater Ecclesiae”

Hari Sabtu, 19-11-2011 di Aula STT, Jl. Proklamasi, Jakarta.

Oleh:  Arkhimandrit Rm Daniel.B.D.Byantoro Ph.D.

Hyper Aghia Theotoke, Presbebai Hyper Hymas,

Atas Nama Sang Bapa, dan Sang Putra, serta Sang Roh Kudus, Allah yang Esa. Amin.
 Salam dalam Nama  Sang Kristus Yesus. Juru Selamat.

  Bapak-bapak dan Ibu-Ibu serta saudara-saudari sekalian yang kekasih,
      Pertama-tama saya meminta maaf yang sebesar-besarnya bahwa saya tak dapat menghadiri acara yang penuh makna dan yang amat penting yang sedang diseleggarakan ini. Karena saya masih berada di Amerika Serikat, dan baru kembali nanti pada bulan Februari tahun 2012. Saya tidak tahu kalau acara pembahasan mengenai peranan dan fungsi Sang Theotokos dalam Gereja,  yang melibatkan unsur-unsur Kristen Roma Katolik, Kristen Protestan dan Kristen Orthodox Timur semacam ini pernah terjadi sebelumnya di Indonesia. Memang saya pernah diundang untuk membahas peranan Bunda Maria pada saat dirayakannya Bulan Maria di Gereja Katedral Jakarta beberapa tahun yang lalu, namun saat itu belum melibatkan kalangan saudara-saudari dari pihak Protestan.  Dan jika ini baru pertama kalinya di adakan. justru ini menambah makna pentingnya  acara semacam ini untuk didukung oleh segala kalangan tradisi  Gereja dan aliran-aliran Gereja yang ada di Indonesia.

     Ini disebabkan ditengah-tengah adanya polarisasi yang telah terjadi selama lima abad sejak munculnya Gerakan Reformasi Protestan pada tahun 1517, mengenai sosok Bunda Maria, antara Umat Kristen Roma Katolik dan Umat Kristen Protestan itu, adanya diskusi reflektif yang bertemakan peranan Sang Theotokos dalam Gereja yang melibatkan keduanya itu adalah merupakan suatu langkah yang berani dan yang maju dan patut di dukung. Saya sampaikan salut yang sebesar-besarnya untuk pencetus ide acara ini.

     Penyelenggaraan acara semacam ini saya lihat sebagai suatu sarana penyempitan jurang pemisah antara kelompok-kelompok Kristriani yang ada di Indonesia. Karena sosok  Sang Theotokos ini telah merupakan hal yang menimbulkan benturan theologis antara tradisi Protestan dan tradisi Roma Katolik, dan secara secara tidak langsung akan dapat melibatkan tradisi Orthodox Timur juga. Sebab posisi yang tinggi yang ditempatkan oleh Gereja Orthodox Timur terhadap Ibu Suci ini, meskipun dalam pemahaman yang agak sedikit berbeda dari posisi  resmi theologia Roma Katolik, akan juga menimbulkan pertanyaan dari saudara-saudari pihak Protestan.

    MARIA MATER ECCLESIA

Saudara-saudari yang terkasih, Jika Gereja Roma Katolik dalam mengekspresikan cinta-kasih nya terhadap Bunda Sang Kristus ini lebih banyak menggunakan istilah “Bunda Maria”, atau “the Blessed Virgin Mary”,  Gereja Orthodox lebih merasa kerasan dengan menggunakan istilah “Panaghia” (Pan = Seluruh, Semua, Aghia = Suci/Kudus, -à“ Yang Suci Sempurna”) atau Sang “Theotokos” (“Tokos” = “Sang Pemberi Kelahiran” – secara jasmani kepada, “Theos” = “Allah” –yaitu Firman Allah yang adalah Allah –Yohanes 1:1—saat Dia menjelma menjadi Manusia –Yohanes 1:14) . Inilah gelar yang diberikan kepada beliau dalam Konsili  Gereja Orthodox Purba di Efesus pada tahun 431 di dalam menentang Nestorianisme. Secara Alkitabiah gelar ini semakna dengan apa yang dikatakan oleh Elizabet kepada Maria, ketika dia menyebutnya sebagai “Ibu Tuhan” ( Lukas 1:43).

    Nestorius sebagai Patriarkh (Pimpinan Tertinggi dalam Gereja Orthodox) dari Konstantinopel mengajarkan bahwa Maria tak boleh disebut “Theotokos”, namun hanya “anthropotokos” (yang memberi kelahiran kepada manusia saja) atau paling tinggi “Khristotokos” (yang memberi kelahiran kepada Kristus). Larangan yang dilakukan Nestorius ini menunjukkan bahwa sebutan “Theotokos” ini telah digunakan Gereja Orthodox Purba jauh lebih lama dari masa Nestorius, bahkan sebelum masa Kaisar Konstantinus Agung yang menjadi Kristen sekitar tahun 312 Masehi, sehingga Nestoruis  mengadakan larangan itu. Dan juga bahwa istilah ini bukan dikarang pada tahun 431 dalam Konsili Ekumenis Ke III dari Gereja Orthodox Purba di Efesus yang menentang ajaran Nestorius itu.

     Dengan demikian pembahasan tentang Perawan Maria itu dalam Gereja Orthodox terkait erat dengan pembahasan mengenai  hubungan antara Maria dan Anak yang dilahirkannya: Yesus Kristus, yaitu dengan  makna karya  “Inkarnasi” yaitu karya Firman “Menjadi Daging” (Yohanes 1:14), bukannya sesuatu yang  berdiri sendiri terfokus pada diri Maria itu sendiri. Jika tidak ada Inkarnasi Firman Allah, maka Maria tak akan memiliki posisi theologis  apapun. Oleh karena itu Gereja Orthodox menolak untuk  mengikuti perkembangan theologia Roma Katolik di jaman kemudian  mengenai “Maria Terkandung Tanpa Dosa Asal “ (“Immaculata Conceptio”) dimana diyakni  bahwa Maria telah dibebaskan dari dosa asal ketika masih dalam kandungan ibunya: Santa Anna, dan tetap mempertahankan ajaran Purba dari Gereja Rasuliah, yang tadinya juga merupakan ajaran Gereja Barat di Roma, sebelum terjadinya perpecahan antara Gereja Barat (Roma Katolik) dan Gereja Timur (Orthodox) pada tahun 1054.

      Dalam kacamata Gereja Orthodox penolakan Nestorius atas gelar “Theotokos” bagi Bunda Sang Kristus ini sangat membahahayakan bagi pemahaman kita tentang Kristus, dengan demikian membahayakan pemahaman kita tentang keselamatan itu sendiri. Jika Maria itu hanya sekedar Anthropotokos, yaitu hanya melahirkan seorang bayi manusia saja seperti wanita-wniata me;lahirkan yang lain, sejak kapan Yesus jadi Allah?”  Apakah mungkin bayi manusia biasa pelan-pelan berkembang menjadi Allah? Pemikiran bahwa seorang manusia bisa berkembang jadi Allah ini  adalah suatu hujat, dan ini secara hakiki adalah ajaran keberhalaan. Ataukah bayi manusia biasa Anak Maria itu entah sejak kapan, kemudian di “rasuk” Firman Allah, sehingga Firman Allah diam di dalam diri Yesus Kristus seperti “burung tinggal dalam sangkar”, atau seperti manusia yang dirasuk roh jaha, dimana roh jahat itu ada dalam si manusia, namun  pribadi si manusia dan pribadi roh jahat itu terpisah dan berbeda? Jika demikian halnya di dalam Yesus jurang pemisah yang memisahkan antara Allah dan manusia belum tertutup, dan Yesus tak mungkin menjadi pengantara antara Allah dan manusia (I Timotius 2:5), sebab pribadi Yesus yang hanya manusia itu , tetap terpisah dengan Firman yang merasuk diriNya. Sehingga Allah dan Manusia tetap terpisah, dan di dalam diri Yesus ada dua pribadi yang terpisah-pisah, bukan penyatuan antara dua kodrat yang berbeda dalam, Satu Pribadi. Lahirnya Yesus Kristus jika demikian tak mengubah apapun dalam hal hubungan Allah dengan manusia. Manusia masih tetap terpisah dengan Allah, dan Allah masih tetap tak dapat dicapai manusia, maka manusia akan tetap binasa. Itulah sebabnya Gereja Orthodox Purba,  sampai kinipun,  menolak ajaran Nestorius itu dan dalam Konsili di Efesus tahun 431 itu menegaskan bahwa Maria adalah sungguh “Theotokos” sesuai dengan Lukas 1:43 tadi.  Ini berarti bahwa yang dikandung Maria dan tinggal dalam rahimnya itu adalah “Firman Allah” yang adalah “Allah” ( Yohanes 1:1) yang “menjadi manusia” (Yohanes 1:14). Karena Allah itu “tak berubah” ( Maleakhi 3:6), maka ke “Allah” an dari Firman Allah itupun tak berubah. Dia adalah Allah, sebelum dikandung oleh Perawsan Maria, Dia adalah Allah ketika berada dalam kandungan Perawan  Maria., dan Dia tetap Allah ketika mengenakan tubuh Jasmani yang diambil (Galatia 4:4) dari rahim Maria sehingga Ia disebut sebagai “buah rahim” Maria ( Lukas 1:42) , serta lahir berwujud manusia. Sehingga   di dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” ( Kolose 2:9).  Dengan demikian melalui kelahiranNya oleh Maria ini “di dalam Yesus itu” (“berdiam” ) hanya ada “Satu Pribadi” (“dalam Dia”  bukan “dalam mereka”) namun yang memiliki “dua kodrat”, yaitu “Manusia” (“ secara jasmaniah”)  yang diambilnya dari Perawan maria melalui kelahiranNya. Sehingga Maria disebut “Tokos” = Yang Melahirkan/Yang Memberi Kelahiran;  dan “Ilahi”(“seluruh kepenuhan ke-Allahan”),  sehingga bukan saja Maria disebut sebagai “Tokos” namun dia dalah “Theos” /Allah  + Tokos, sebab ternyata dalam diri Anaknya yang berwujud manusia sempruna itu berdiam “seluruh kepenuhan ke-Allahan” yaitu memiliki kodrat Allah yang sepenuh-penuhnya. Jadi jelaslah bahwa Yesus Kristus itu adalah “Manusia” dan “Allah” sekaligus, oleh karena itu ibunya memang harus “Theotokos”. Ternyata gelar Theotokos itu justru untuk membentengi kesempurnaan kemanusiaan dan sekaligus kesempuranaan ke-Allah-an Yesus Kristus dalam Satu Pribadi. Dengan demikian manusia dan Allah telah “manunggal” dalam Satu Pribadi Sang Kristus, dan jurang pemisah antara Allah dan Manusia akibat dosa sudah tertutup, sehingga Sang Kristus memang menjadi Pengantara antara Allah dan Manusia, dan gelar Sang Theotokos adalah benteng kokoh yang melindungi kebenaran ke “Allah-Manusia”an Yesus Kristus dalam “Satu Pribadi” itu.  Ketika gelar Theotokos dibuang dan Maria dicampakkan dari pemahaman theologis, maka akan terjadi kacau-balau dalam pemahaman Kristologis, seperti yang kita lihat dalam kesiampang-siuran pemahaman Kristolologis yang muncul sejak abad kesembilan belas sampai kini ini dalam liberalism theologia di Eropa dan munculnya sekte-sekte di Amerika. Karena benteng yang melindungi keutuhan makna theologis mengenai Kristus, yaitu “Maria” dengan gelar “Theotokos”nya, itu dibuang, dinjak-injak, diabaikan dan digulingkan.

     Pentingnya Maria dalam spiritualitas Kristen itu dinyatakan oleh Sang Kristus pada saat Ia disalibkan, dimana :” dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas  dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (Yohanes 19:25-27). Maria Sang Theotokos bersama Maria Magdalena dan saudari dari Sang Theotokos itu (Maria, isteri Klopas), yang adalah ibu dari Yakobus dan Yoses/ Yusuf (Matius 27:56, Markus 15:40,47) yang mereka ini disebut sebagai “saudara-saudara Yesus” (Matius 13: 55, Markus 6:3, Yohanes 7:3,5,10, Kisah Rasul 1: 14, I Korintus 9:5)  yaitu saudara-saudara sepupu Yesus ada didekat Salib Yesus. Karena fakta adanya Maria , isteri Klopas, saudari Theotokos, jadi bibiNya Sang Kristus yang dinyatakan sebagai ibu dari Yakobus dan Yusuf/Yosef yang disbut sebagai saudara-saudara Yesus inilah seluruh Gereja yang berasal dari jaman purba, Orthodox Timur (Yunani, Rusia, Antiokhia,Palestina, Libanon, Serbia, Bulgaria, Romania, dll.), Orthodox Oriental ( Koptik, Syriak, Armenia, Thomas-India, Ethiopia), juga Gereja Nestorian (Gereja Assyria dari Timur), maupun Gereja Roma Katolik, bahkan Yohanes Calvin dan Martin Luther meyakini bahwa Maria itu “Tetap Perawan” atau “Perawan Lestari”  yang dalam Gereja Orthodox disebut sebagai “Aei-Parthenos”, artinya dipulihkan keperawanannya oleh mukjizat Alah setelah melahirkan Anaknya yang hanya satu:Yesus Kristus itu. Jadi menurut Gereja Orthodox Maria mengalami tiga Mukjizat Besar dalam dirinya: mengandung dan melahirkan bayi tanpa benih laki-laki, setelah melahirkan anak satu-satunya itu oleh mukjizat Allah pula dipulihkanb keperawanannya, dan setelah wafat berdasarkan Tradisi Suci setelah tiga hari langsung dibangkitkan oleh Anaknya yang adalah juga Tuhannya sendiri itu, sebagai buah pertama dari karya penebusanNya. Tujuannya untuk membuktikan barangsiapa yang percaya kepadaNya akan dibangkitkan sebagaimana Maria juga dibangkitkan. Karena Tubuh yang dikenakan Yesus dalam PenjelmaanNya itu berasal dari “buah rahim “ Maria, maka Maria sebagai  sumber asal dari Tubuh KemanusiaanNya yang sekarang telah dibangkitkan dan dimuliakan itu, dibangkitkan lebih dulu, mendahului kebangkitan mereka yang lain yang percaya kepadaNya di akhir jaman nanti. 

     Sekarang Maria berada di Firdaus bersama para malaikat dan “roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna” ( Ibrani 12: 22) yaitu bersaama Gereja yang telah menang untuk mendoakan Gereja yang sedang berjuang di bumi ini, karena Ia telah ditetapkan oleh Kristus pada saat disalib diatas tadi sebagai Ibu bagi Gereja. Dimana Sang Kristus mengatakan diatas “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!".  Dalam 26bahasa aslinya kata “Ibu” ini adalah “Gynai” artinya “Wanita”. Namun ini bukan sapaan tidak sopan dari seorang anak terhadap IbuNya, ada makna theologis dari sapaan ini. Diatas Salib itu Yesus berfungsi sebagai Adam yang yang terakhir yang melenyapkan dosa Adam yang pertama. Maka sebagaimana Adam pertama jatuh ke dalam dosa akibat ketidak-taatan Hawa pertama (Kejadian 3:6), demikianlah Adam Terakhir masuk ke dalam dan menyelamatkan dunia melalui ketaatan Maria, ketika dia mengatakan kepada Malaikat “Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhanjadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1:38). Meskipun dia tahu bahwa dengan mengatakan itu, ada kemungkinan dia mati dilempari batu karena akan melahirkan anak tanpa bapak. Namun dia tetap taat, dengan demikian Sang Kristus lahir ke dunia. Itulah sebabnya sejak jaman purba Gereja Orthodox melihat Maria sebagai Hawa Kedua. Dalam Kejadian 2: 23 dalam hubungan dengan dirinya Adam menyebut Hawa sebagai “perempuan/wanita”, demikianlah dalam hubungannya dengan DiriNya sebagai Adam terakhir Yesus menyebut Maria sebagai “Gynai” (“Wanita/Perempuan”) –Yohanes 2:4, Yohanes 19:6, yaitu Hawa Kedua, Hawa Terakhir. Sehingga semuanya jadi impas, Hawa pertama menyebabkan jatuhnya Adam sehingga kita semua ikut dalam dampak kejatuhan itu, maka Hawa Kedua menytebabkan lahirnya Adam Terakhir yang melakukan penebusan, sehingga kita semua menerima dampak penebusanNya itu.

      Dalam Kejadian 3:20, Hawa disebut sebagai “Ibu semua yang hidup”, jadi dalam hubungannya dengan manusia yang lain Hawa adalah ibu dari mereka semua yang hidup. Itulah sebabnya sementara untuk diriNya sendiri Yesus menyebut Maria, sebagai Hawa Kedua, dengan sapaan “Gynai = Wanita/Perempuan” namun kepada muridNya, yang diwakili Yohanes, murid yang dikasihiNya itu, Ia menyebutkan sebagai “"Ibu, inilah, anakmu!"  dan  "Inilah ibumu!". Jadi Sang Kristus menempatkan hubungan Maria dengan para muridNya, yaitu Gereja, dalam hubungan Ibu sebagai dan Anak-Anaknya. Jikalau Hawa adalah Ibu semua yang hidup, maka Maria adalah Ibu Semua Yang Hidup Baru dalam Kristus, yaitu Ibu dari Gereja. karena setelah ia dibangkitkan Kristus dari kematian, Ia sekarang hidup baru dengan tubuhnya yang baru dialam sorgawi sebagai pendoa kita yang amat berkuasa.   Kita sebagai anggota Gereja adalah anak-anak dari Ibu yang telah dimuliakan ini. Maka patut dan layak kita mengenal dia lebih jauh lagi, Dan patut dan layak kita mendalami misteri ke Ibu-an dari Sang Theotokos ini dalam tata-hidup keselematan kita di dalam Kristus.

   Saudara-saudari sekalian, sebenarnya masih banyak yang ingin saya sampaikan kepada saudara-saudari sekalian masalah Sang Theotokos ini, misalnya mengapa Gereja Orthodox tidak mempercayai “Maria terkandung Tanpa Dosa Asal”, “Mengapa Gereja Orthodox Menekankan Wafatnya Theototokos daripada Pengangkatannya ke Sorga, meskipun mempercayai Kebenaran ini”, “Mengapa Gereja Orthodox Tidak Mempraktekkan Doa Rosario, tetapi melakukan Kidung-Kidung Akathistos” dan lain-lain lagi, namun berhubung waktu yang ada saya cukupkan sampai disini. Selamat berdiskusi , selamat berkenalan dengan Sang Theotokos, selamat menemukan kebenaran Rasuliah yang sudah terlalu lama diabaikan ini. Saya doakan agar ini bukan merupakan pertemuan yang terakhir, namun semoga ada pertemuan-pertemuan berikutnya yang membahas segi-segi yang kaya tentang Bunda Gereja, Sang Theotokos ini. Saya dukung sepenuhnya usaha mulia ini. Kiranya Sang Tritunggal Maha Kudus menurunkan rahmat dan berkatNya, dan kiranya doa-doa Sang Theotokos menyertai jalannya pertemuan ini. Amin.

PESAN dari Rm Daniel
Karena adanya FB dengan nama PGOI dan Lembaga Gereja resmi "GOI" maka supaya tak membingungkan, karena sudah mulai ada yang bertanya masalah ini, maka dengan ini kami beritahukan , bahwa PGOI adalah suatu situs pribadi yang dkelola secara pribadi oleh salah satu pemuda dari Gereja Orthodox Indonesia. Lembaga resmi Gereja Orthodox adalah "Gereja Orthodox Indonesia" (GOI) dibawah pimpinan saya. S...ecara organisasi tidak ada hubungan resmi apapun antara GOI dan PGOI dan PGOI tidak mewakili GOI. Sehingga semua aktifitas dan pernyataan2 yang diungkapkan oleh pribadi pengelola PGOI itu di luar tanggung jawab dari GOI, dan tak mencerminkan pendapat resmi apapun dari GOI. Semua pertanyaan yang menyangkut kelembagaan Gereja Orthodox Indonesia seyogyanya ditujukan kepada GOI dan bukan kepada PGOI, kepada Romo Alexios di Solo, yang bisa dicari dalam FB ini dengan nama situs "Gereja Orthodox Solo Indonesia"