April 17, 2011

Minggu Palem Dan Sengsara

dipost pada: 10 April 2011


Oleh: Pdt. Rasid Rachman


Hari Minggu terakhir dalam masa Prapaska disebut Minggu Palem dan Sengsara. Ada dua nama untuk hari Minggu tersebut. Sebelum tahun 1992, Minggu Sengsara terpisah dari Minggu Palem; jatuh pada hari Minggu sebelum Palem. Setelah revisi leksionari 1992 menjadi Revised Common Lectionary, Minggu Sengsara dipindahkan ke Minggu ke-6 Prapaska, sementara Minggu Palem sebagai semacam mukadimah di awal liturgi Sengsara. Oleh karenanya, liturgi di hari Minggu tersebut sedikit lebih panjang dari Minggu-minggu Biasa, namun tidak sepanjang ibadah Jumat Agung dan ibadah Paska.


Kisah Yesus masuk kota Yerusalem dan Mazmur yang berhubungan dengan itu dibacakan sebagai tanda perayaan Palem. Bagian ini biasanya, tergantung dengan lokasi dan kondisi gereja, dilakukan dengan prosesi mengitari sekitar gereja. Umat memegang daun-daun, termasuk daun palem. Selama prosesi itu, nyanyian-nyanyian jemaat dinyanyikan. Hal ini menggambarkan umat menyambut dan bersama Yesus memasuki kota Yerusalem. Prosesi tersebut, dapat berlangsung sekitar 10 – 15 menit, dan diakhiri di pintu gereja kembali dan umat masuk ke ruang ibadah.


Kemudian liturgi Sengsara dilakukan di dalam ruang ibadah. Dengan tetap memegang daun-daun, dibacakanlah kisah sengsara Yesus menurut salah satu perikop dari Injil Sinoptik. Hari Minggu Sengsara ini merupakan persiapan yang langsung berhubungan dengan peristiwa: sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus. Kisah sengsara Yesus dibacakan sekali lagi pada Jumat Agung, tetapi bacaan Jumat Agung ini diambil dari Injil Yohanes 18 – 19.


Daun-daun palem melambangkan pengharapan. Ketika Yesus masuk ke kota Yerusalem, orang-orang melambai-lambaikan daun palem sambil berseru: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!” (Mat 21:9) Seruan ini juga diwujudkan dalam bentuk nyanyian-nyanyian jemaat, semisal KJ 161 – 162, NKB 74 – 76, PKJ 79, dan Mazmur 118 yang bukan hanya terdengar agung itu, tetapi juga merupakan salah satu Mazmur Paska. Hosana berarti: “Selamatkanlah kami, sekarang.”
Yesus diserukan sebagai anak Daud. Tentu maksudnya adalah bukan anak kandung, tetapi lebih dalam arti penerus kekuasaan Daud. Bagi orang Israel, “Daud” yang kemudian adalah mesias yang akan menyelamatkan Israel dari cengkeraman kekuasaan Romawi dan bangsa-bangsa lain, serta mengembalikan Israel seperti pada zaman Raja Daud pada abad ke-10 SM. Kedatangan Yesus di kota Yerusalem mengandung arti mesianisme, bahwa Dialah yang akan menyelamatkan umat Israel dari kekuasaan Romawi. Jadi terdapat hubungan simbolis antara daun palem dan makna di dalamnya.


Minggu Palem dirayakan oleh gereja-gereja ekumenis pada hari Minggu sebelum Paska, atau Minggu Prapaska terakhir. Para penulis Injil Sinoptik menempatkan kisah Yesus masuk ke kota Yerusalem hanya satu kali dan di bagian akhir masa pelayanan-Nya. Kemudian secara elok para Penginjil tersebut memperhitungkan hari masuknya Yesus, sehingga ada 7 – 8 hari sejak Yesus masuk ke kota Yerusalem hingga kebangkitan-Nya. Dalam seluruh masa pelayanan-Nya, hanya di bagian akhir hidup-Nya, Ia masuk dan berada hanya 3 - 4 hari di kota Yerusalem. Penempatan kisah ini pun mengandung makna simbolis bahwa Yerusalem menjadi simbol puncak pengharapan umat Israel. Pulihnya Yerusalem yang baru dan bukan dalam arti politis bagi Negera Israel yang sekarang, pada akhirnya, akan menjadi pulihnya kondisi umat Israel.


Apakah makna Minggu Palem dan kisah Yesus masuk ke kota Yerusalem bagi kita? Pemulihan umat Allah terjadi ketika pengharapannya hanya pada Tuhan Semesta Alam.  ■

No comments:

Post a Comment