March 8, 2011

Serial Tweet #tradisiAm

diambil dengan ijin @RisdoMangun dari http://twitter.com/RisdoMangun

1.Menanggpi TL Bg @ dn @ atas TL gokil @, mrasa perlu mluruskn bbrp hal soal sngja skrg biar tnang


2.Sy gk mau protes soal ksungguhan mrka mlwan pelecehan minoritas, sy cm ingin mprbaiki kesalhnphman trkait 

3.Dlm bbrp kasus yg salah paham  umumnya mengutip pndangan , jd justru sering berbalik mnyrang kekristenan


4.Krn pd hakikatnya  muncul krn mencoba melepaskan pnafsiran Alkitab dari 


5.Cikal bakal hal ini sbnarnya slogan reformasi Sola Scriptura, yg meski baik dlm bbrp hal, namun jk ekstrim akn mlnyapkan


6.Ini pula yg mmbuat tman2 protestan slah paham akan mengira gereja2 yg lebih tua menyimpang dr Alkitab


7.Pdhal dlm  Alkitab bknnya tidak diakui sbagai Firman Allah, justru sangat dijunjung tinggi


8.Hanya saja Alkitab dianggap sebagai bagian utama dari jd tidak lepas begitu saja


9.Sikap seperti ini akn mnjaga agara tafsiran Alkitab tidak serampangan skhendak orang. Tapi dijagai oleh 


10.Jadi saat gereja2 yg lbh tua dr Protestan (ktolik Roma/Timur, orthodoks, Assiria) mnyatakan bhwa mereka mnjujung 


11.Sebnarnya mereka juga menjunjung Alkitab sbgai firman Allah yg mrupakan bgian utama  tadi.


12.Bicara soal  tentu kt harus mengingat bhwa ini diteruskan dari Kristus mlalui para rasul


13.Para rasul kemudian meneruskan  ini kepada jemaat secara tak putus-putusnya dikenal sbagai 


14.Misalnya di Antiokhia Rasul Petrus mnruskan ajaran kpd St. Ignatius, St. Evodius, dst  


15.Rasul Yohanes mnruskan ajaran kpd St. Polikarpus, St. Polikarpus kpd St. Ireneus dst...  


16.Dlam  jika ad yang mengajarkn/mnuliskan suatu doktrin kristen kpd jmaat, akn ditanyai  dari tulisan/orang tsb


17.Penggunaan  dalam  ini mirip dengan ilmu sanad hadits dlm Islam


18.Ajaran/tulisan yang tidak bisa menunjukkan kesinambungan akan ditolak dalam 


19.Wajar saja kalau kbanyakan Injil Palsu selalu memulai klmtny dengan : Inilah perkataan rahasia dari Yesus… 


20.Sebab kitab2 tersebut tidak bisa membuktikan sinambungnya mereka dengan  dlam 


21.Tanpa  tak mungkin ada  tak mungkin pula terangkum Alkitab seperti skrang. Suksesi ini ad lbh dulu dr Alkitab


22.Maka dari itu pnting sekali kita memandang Alkitab tak lepas dari yang diturunkan lewat 


23.Selain yang tertulis dlm Alkitab,  juga mriwayatkan bentuk-bentuk lain  diajrkan scra lisan maupun lwt tulisan


24.Penetapan bentuk dan corak kepemimpinan dlm jemaat adalah salah satunya  


25.Demikian pula beberapa ajaran-ajaran dan tata cara beribadah 


26.Alkitab sendiri memberi kesaksian hal ini misal dalam II Tes 2: 15 


27.Memandang ritual/ajaran dlam gereja2 tua tnpa memahami akn menghasilkan tuduhan serampangan


28.Bahkan orang mungkin mengira ritual/ajaran  itu berasal dari kekafiran/penyembahan brhala


29.Inilah yang dialami oleh Yohanes Calvin saat mghapus banyak sekali  di Gereja Calvinis


30.Memang harus diakui ada beberapa penyimpangan Alkitab di greja tua (wktu itu khususnya Grja Katolik Roma) yg seolah dibenarkn 


31.Tapi jika dirunut-runut kebenarannya akan kelihatan bahwa pnyimpangan itu juga adlh pnyimpangan terhadap 


32. Luther lebih bersikap menghapus  yang dianggapnya tdk sesuai dengan Alkitab


33.Tapi Calvin lebih ekstrim dengan menghapus semua yang tidak tertulis di Alkitab


34.Inilah yg membuat Protestan khususnya Calvinis tdk bisa lagi menyelami keasalian  bahkan menyepelekan/menghindarinya


35.O ya  ini tidak hanya bicara ap yang dilakukn di Greja Ktolik Roma, tp juga Grja2 Timur (Ort Timur, Oriental, Kat.Timur,Assira)


36.Pmhaman Gereja2 Timur sering membantu mnengahi perdbatan Protestan dn Ktolik Roma soal  yg sering mnjurus k konflik nonteologis


37.Mari bhas brrpa  lain yg sering diperdebatkan. Pertama soal 


38.Rosario di Katolik, Doa Puja Yesus di Gereja Timur adlah bntuk2 yang dipraktikan sbgai 


39.Bentuk  brasal dr Yahudi, sbgaimana diikuti oleh Kristus dn diteladani srta diajarkan para rasul dlm 


40.Selengkapnya pnjlasan ini dpt dilihat di  


41.Jadi  dalam  bukanlah kebiasaan pagan,sebagai mana dituduh oleh 


42.Dmikian pula  yang merupakan  yang juga diteruskan dan diberi makna baru oleh Al-Masih


43.Lebih lngkap dpt diihat di link yg sama  


44.Selanjutnya  soal penghormatan kepada yang sering dituduh sbgai penyembahan berhala


45.Padahal letak perbedaan  dan Protestan disini bukanlah soal apakah  itu disembah dalam doa, jd bkan soal pmbrhalaan


46.Tapi soal apakah  itu masih hidup atau suda mati. Di  diyakini orang percaya tetap hidup di surga


47.Keyakinan ini juga diajarkan Alkitab. Mis Mat 22:32, 27:52,Yoh 8:56, 10:25,Ibr 11:40-12:1, dll  


48.Jadi meminta  mendoakan kita dalam adalah hal yg wajar, sama seperti meminta pendeta/saudara yang lain mendoakan kt


49.Kaum Protestan boleh-boleh sjaa tidak setuju bhwa  itu masih hidup dan tidak mminta doa kepadanya.


50.Tapi tentu harus memahami bahwa  bukannya menyembah berhala saat meminta didoakan oleh 


51.Penghormatan  dlam  seharusnya juga dimaknai kerinduan untuk menghargai teladan mereka


52.Sebab   adalah orang2 biasa, namun dipakai Tuhan utk jadi inspirasi. Sehingga patut dikenang


53.Gereja  sdar betul bhwa mnusia suka mlupakan teladan2  stlah lewat bbrpa waktu (spt yg trjadi pd tokoh2 Protestan).


54.Maka dari itu dengan sadar  mendaftarkan u/ trus dhormati dan dhayati tladannya. Disusun pula kalender pengenangnya


55.Hampir sama dengan itu adalah penghormatan kepada dalam . Ini sering dikira diambil dari devosi


56.Padahal memandang  sebagai ibu adalah yang diperintahkan oleh Al-Masih (Yohanes 19:27) khusnya kpada Rasul Yohanes


57.Menurut  mengucap salam utk  adalah teladan yg selalu dilakukan oleh para rasul. Trutama Rasul Yohanes


58.Maka  salam kepada  pun terus dilakukan karena keyakinan  tetap hidup di surga.


59.Mmg bbrpa Bapa Gereja sempat khawatir  ini akan dianggap sama dengan pemujaan dewi Bumi (Diana/venus/Astera, dll)


60.Salah satu alasan Nestorius dan Grja Assiria menolak sebutan “Bunda Allah” untuk  juga karena hal ini. 


61.Meski demikian Gereja Assiria tidaklah menyalahkan penghormatan kepada  sosok beliau tetap dihormati


62.Kiranya teladan Gereja Assiria ini boleh diikuti kaum Protestan shngga tdk asal tuduh   itu sesat/berasal dari pagan


63.Apalagi menuduh   sebagai cangkokan dari pemujaan  seperti tuduhan 


64.Berikutnya adalah  soal penggunaan , baik berupa lukisan maupun patung


65.Orang Protestan suka menuduh   melanggar Titah Kedua Hukum Taurat


66.Padahal dlm Kemah Suci/Bait Allah PL juga bnyak patung2 mis Kerubim, pohon korma, buah labu, lembu, singa dll. 


67.Kenapa hal ini tidak salah? Karena yang dilarang adalah patung untuk disembah sebagai ilah.  


68.Dalam   sebenarnya adalah teologi (pengajaran/kesaksian) lewat seni rupa


69.Sama sprti seni retorika boleh dipkai berteologi (dlm khotbah), seni musik/suara dipakai brteologi (dlm kidung pujian) 


70.Sama sprti seni menulis dipakai berteologi (dlm tulisan2 kristen), seni tari dipakai berteologi (misal kyak tmborin) dll  


71.Maka dalam hal ini kesahihan penggunaan  adalah sama seperti pengejawantahan sarana brteologi lainnya dalam 


72.Untuk jemaat mula-mula   bahkan dirasa sangat perlu, saat aniaya kdang sgt perlu simbol2 penanda


73.Adanya   juga membantu pekabaran Injil kpd orang-orang yang buta huruf. Namun ini bukanlah alsan utama


74.Penggunaan   inipun sempat dikhawatirkan di bbrpa jemaat. Mereka khawatir ini disamakan dengan patung pemujaan berhala


75.Inilah yang mendorong gerakan ikonolast (penghancuran ikon) pada sekitar Abad VII.  


76.Namun gerakan ini toh tidak berhasil menghancurkan penggunaan   sebab jemaat mencoba seimbang


77.Sbgai imbas grakan itu di sebagian Gereja Syria dan Assiria   digantikan dengan seni kaligrafi 


78.Ini pulalah yang mungkin mjadi alasan mengapa Islam yang dekat dengan Gereja Assiria juga sedikit alergi terhadap  


79.Tapi setidaknya sudah jelas bhwa   bukan berasal dr penyembahan berhala seperti tuduhan 


80.Itu dulu ya tweeps, kpan2 dlanjut klo ad prtanyaan/prbdaan mis ttg  misal soal    dll.


81.Semoga kita mau sama-sama menghargai, tidak salah paham, serta banyak belajar tentang 


82.Sebab ada perbedaan kedalaman kasih antara sekedar menghargai perbedaan dengan mencoba memahami. Salam  ya!



March 6, 2011

Stipendium dan Iura Stolae


Pengantar

Tema bulan Liturgi Nasional 2007 adalah Liturgi dan Ekonomi. Sebuah tema yang menarik dan menantang untuk didiskusikan. Apa hubungannya Liturgi sebagai perayaan umat beriman kepada Allah dengan urusan uang, harta benda singkatnya ekonomi yang lebih menyangkut urusan keduniawian? Salah satu kaitan antara liturgi dan ekonomi adalah persoalan stips (stipendium) dan iura stolae dalam perayaan misa. Pertanyaan kadang muncul perihal stips dan iura stolae seperti, mengapa umat harus memberi stips atau iura stolae? Kemana uang yang diberikan umat ketika Imam merayakan ibadat ilahi dan diberi stips atau iura stolae? Mengapa umat harus memberi derma sebagai balas jasa kepada imam yang merayakan peribadatan ilahi? Apa hubungannya liturgi sebagai perayaan iman umat kepada Allah dengan uang (ekonomi) dalam hal ini stips dan iura stolae? Agar kita memiliki pemahaman yang benar tentang hal itu berikut penjelasannya dari sudut hukum gereja dan semoga bermanfaat.

Pengertian Stips dan Iura Stolae

Istilah yang lazim digunakan dalam kodeks (KHK, 1983) yang dimaksudkan dengan stips (stipendium) adalah: sumbangan suka rela umat beriman dalam bentuk uang kepada seorang imam dengan permintaan agar dirayakan satu atau sejumlah Misa untuk ujud/intensi dari penderma. Stips merupakan balas jasa dari penghargaan suka rela bagi sang imam yang telah melayani suatu kebutuhan umat beriman. Tapi bukan kewajiban umat dan imam pun tidak berhak menuntut.
Sedangkan Iura stolae adalah: sumbangan umat beriman kepada seorang imam yang melaksanakan perayaan sakramen (misalnya: baptis, perkawinan) atau melakukan suatu pelayanan pastoral lainnya seperti pemberkatan rumah. Namun karena sudah “salah kaprah” kedua pengertian tersebut disamakan saja, sehingga istilah tersebut juga lazim disebut stipendium. Perlu diperjelas lagi bagi kita pemahaman tentang stipendium maupun iura stolae adalah berbeda dengan persembahan (oblationes) dan derma (alms. donation), kolekte (collection).
Persembahan (oblationes) adalah pemberiaan suka rela dari umat beriman kepada Allah dalam perayaan peribadatan ilahi dalam bentuk natura (roti, anggur, beras, makanan, dll.) maupun dalam bentuk uang. Pemberian dalam bentuk uang yang dikumpulkan disebut kolekte. Maka kalau ada umat yang mengumpulkan sewaktu perayaan atau yang meletakkan uang dalam amplop di atas meja altar dengan tidak menyebut intensinya itu bukan iura stolae, atau stipendium melainkan kolekte persembahan yang harus dipakai untuk kepentingan Gereja atau paroki. Karena itu, imam tidak berhak mengambilnya untuk kepentingan pribadi.

Makna stips Misa

Sejarah kebiasaan memberi stipendium pada perayaan Misa sudah lama dipraktekan dalam Gereja, bahkan usianya sejak kehidupan Gereja itu sendiri. Meskipun nama dan penafsirannya berubah-ubah selaras dengan perkembangan jaman, tetapi intinya tetap sama yakni bahwa stipendium Misa adalah persembahan dari umat sebagai ungkapan pemberian diri umat kepada Gereja.
Menelusuri makna stipendium, baik KHK tahun 1917 dan KHK tahun 1983 menggunakan kata yang sama meskipun konteksnya berbeda. Dalam kodeks KHK 1917, berbicara tentang stipendium diberi judul: de oblate ad Missae celebrationem stipe, sedangkan kodeks KHK 1983 dengan judul lebih singkat stipendium Missae. Kata stipendium dalam KHK 1917, berasal dari kata Latin stips (stipis) yang berarti derma, sedekah, gaji, dan dari kata pendare berarti membayar derma atau gaji. Berbeda dengan KHK 1983, kata stips digabungkan dengan kata kerja offere yang berarti menghaturkan, memberi, mempersembahkan. Paduan kata stips dan offere berarti memberi derma. Dengan demikian makna kata stipendium dalam kodeks 1983 mempunyai arti baru lebih bernuansa rohani/spiritual bila dibandingkan dengan kodeks yang lama.

Aturan kodeks tentang stipendium dan iura stolae

Kitab Hukum Kanonik menegaskan perihal stipendium sebagai suatu kebiasaan/tradisi yang teruji dan merayakan misa sesuai dengan intensi/maksud tertentu dari penderma. Kanon 945, § 1: “Sesuai dengan kebiasaan Gereja yang teruji, imam yang merayakan Misa atau berkonselebrasi boleh menerima stips yang dipersembahkan agar mengaplikasikan Misa untuk intensi tertentu”. Jelas di sini nampak unsur kewajiban dari imam untuk merayakan misa sesuai dengan intensinya. Imam tidak boleh tidak merayakan misa tanpa intensi yang dituntun sesuai dengan maksud dari penderma. Namun demikian imam janganlah memiliki semangat untuk mencari stipendium sampai melupakan tugas pelayanan kepada umat. Demikian juga imam hendaknya melayani semua orang dalam merayakan ekaristi meskipun tanpa stips (stipendium). Hal itu ditegaskan dalam kanon 945, § 2: “Sangat dianjurkan agar para imam merayakan misa untuk intensi umat beriman kristiani, terutama yang miskin, juga tanpa menerima stips”. Kerap kita mendengar keluhan umat bahwa ada imam yang tidak rela melayani umat tertentu karena secara ekonomis kelihatan tidak mampu memberi stipendium. Hal ini sangat bertentangan dengan semangat hidup seorang imam yang dipanggil oleh Tuhan menjadi imam untuk melayani umat-Nya.
Kitab hukum kanonik juga menyatakan larangan imam menuntut umatnya dalam hal stipendium dalam pelayanan kepada umat secara tegas dinyatakan dalam kan. 848: “Pelayan sakramen tidak boleh menuntut apa-apa bagi pelayanannya selain persembahan (oblationes) yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, tetapi selalu harus dijaga agar orang yang miskin jangan sampai tidak mendapat bantuan sakramen-sakramen karena kemiskinannya”.
Tujuan orang memberi derma dalam bentuk stipendium adalah bagi kesejahteraan Gereja dan penghidupan para pelayannya. Selain itu, umat diajak untuk bertanggungjawab secara ekonomis atas perkembangan hidup Gereja dan para pelayanannya. Kanon 946 menyatakan: “Umat beriman kristiani, dengan menghaturkan stips agar misa diaplikasikan bagi intensinya, membantu kesejahteraan Gereja dan dengan persembahan itu berpartisipasi dalam usaha Gereja mendukung para pelayan dan karyanya”.

Norma-norma dasar

1. Menjauhkan segala bentuk perdagangan stipendium misa

Tidak jarang penerimaan stips atau iura stolae disalahgunakan oleh imam untuk diperdagangkan. Maka kodeks melarang tindakan imam yang dengan sengaja melakukan perdagangan Misa untuk mencari stips. Dengan kata lain imam itu kemana-mana merayakan Misa untuk mendapatkan uang. Pelarangan tersebut didasarkan pada kanon 947 menegaskan: “Hendaknya dijauhkan sama sekali segala kesan perdagangan atau jual beli stips Misa”. Dengan pernyataan itu kodeks mau menegaskan bahwa umat beriman agar tetap menaruh hormat pada ekaristi sebagai tindakan ilahi dan memandangnya sebagai hadiah cuma-cuma dari Allah. Apa yang diberikan secara cuma-cuma hendaknya dikembalikan dengan cuma-cuma. Dengan demikian derma atau stips misa harus dianggap sebagai persembahan bebas dari umat beriman.
Perdagangan stipendium misa bisa diartikan dalam berbagai tindakan seperti:
merayakan misa kalau ada stipendium,
menghimpun sekian banyak stipendium dalam satu misa,
menugaskan imam lain mengaplikasikan misa bagi stipendium di bawah standar tertentu,
menolak permintaan orang miskin yang tidak bisa memberikan stipendium.
Sehubungan dengan permohonan misa tanpa stipendium oleh orang miskin, imam hendaknya memperhatikan isi kodeks kanon 945, § 2 yang menetapkan: “Sangat dianjurkan agar para imam merayakan misa untuk intensi umat beriman kristiani terutama orang miskin, juga tanpa stips”.

2. Jumlah misa dan stipendium

Untuk memahami norma tentang jumlah misa dan stipendium maka kita merujuk pada kanon 948 yang menyatakan: “Jika untuk masing-masing intensi telah dipersembahkan dan diterima stips, meksipun kecil, maka misa harus diaplikasikan masing-masing untuk intensi mereka”.
Kanon ini merupakan prinsip dasar bahwa jumlah misa yang dipersembahkan harus selaras dengan jumlah stipendium yang diterima. Norma kanon tersebut tidak mengijinkan akumulasi banyak persembahan dan melarang setiap imam menitipkan satu intensi lain. Sebagai contoh: penderma memberikan uang Rp. 100.000,- untuk 10 kali misa maka misa dengan ujud itu harus dipersembahkan sesuai dengan permintaan yakni misa sebanyak 10 kali. Setiap hari minggu imam (Pastor Paroki) wajib mempersebahkan misa pro popolo (misa untuk umat di Paroki). Pada saat itu tanpa alasan yang jelas imam tersebut tidak boleh mengaplikasikan intensi misa yang kedua dan ketiga.

3. Kewajiban mengaplikasikan misa

Kan 949, KHK 1983 menyatakan bahwa : “Yang terbebani kewajiban merayakan misa dan menghaplikasikannya bagi intensi mereka yang telah memberikan stips tetap terikat kewajiban itu meskipun tanpa kesalahannya stips yang di terima itu hilang”. Kanon ini menggarsibawahi kewajiban seorang imam merayakan misa kalau dia belum mengaplikasikan misa bagi stipendium yang telah diterima. Jika stipendium itu hilang karena kecurian atau kebakaran maka imam tetap terikat kewajiban mengaplikasikan Misa. Sedangkan imam yang berada dalam kesulitan fisik dan moril memenuhi kewajiban tersebut, hendaknya mengirimkan seluruh stipendium kepada rekan imam lain untuk merayakan misa, atau kepada Ordinaris setempat yang bisa mengaplikasikan bagi ujud tersebut. Seorang imam yang telah menerima pesan misa tidak diperkenankan mengembalikan uang stips kepada pendermanya. Dia harus mengaplikasikan misa bagi ujud dari penderma itu.

4. Penentuan jumlah misa

Kodeks menetapkan tentang penentuan jumlah misa dalam kanon 950: “Jika sejumlah uang dipersembahkan untuk aplikasi misa tanpa disebut jumlah misa yang harus dirayakan, jumlah ini diperhitungkan menurut ketentuan hal stips di tempat, dimana pemberi persembahan bertempat tinggal, kecuali maskudnya harus diandaikan lain secara legitim”. Sebagai prinsip dasar jumlah misa yang dirayakan mengikuti ketentuan stipendium dari keuskupan setempat dimana imam berkarya (misalnya Keuskupan Denpasar menetapkan 1 kali misa stips sebesar Rp. 20.000,-).

5. Stipendium yang dapat menjadi milik imam

Larangan untuk mengambil stips misa lebih dari satu setiap hari adalah suatu disiplin tua yang bertujuan mencegah setiap bentuk kerakusan klerikal. Tentang hal itu kodeks menentukan norma sebagai berikut:
Kanon 951 § 1: “Imam yang pada hari yang sama merayakan beberapa misa, dapat mengaplikasikan setiap misa bagi intensi untuk stips dipersembahkan, tetapi dengan ketentuan bahwa kecuali pada hari raya Natal, hanya satu stips. Misa boleh menjadi miliknya sedang yang lain diperuntukkan bagi tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh Ordinaris, dengan tetap dizinkan sekadar retribusi atas dasar ekstrinsik.
§ 2: Imam yang pada hari yang sama berkonselebrasi misa kedua, tidak boleh menerima stips untuk itu atas dasar apapun”.
Dari pernyataan di atas kan 951, § 1, menunjukkan bahwa:
seorang imam karena tuntutan pastoral dalam sehari dapat merayakan lenih dari satu misa untuk intensi/ujud yang berbeda, namun hanya satu stips yang boleh menjadi miliknya. Sedangkan yang lainnya harus dengan jujur diserahkan untuk kepentingan gereja lainnya misalnya kepentingan seminari, karya karitatif, DHT dll.
jika pada hari raya Natal seorang imam merayakan tiga misa dengan tiga ujud yang berbeda maka ketiga stips tersebut menjadi miliknya.
Sedangkan pada kan 951, § 2 : melarang imam menerima stips kalau pada hari yang sama dia ikut konselebrasi misa kedua. Pernyataan ini mengandung dua konsekuensi:
Seorang imam dizinkan menerima stips kalau misa konselebrasi itu adalah satu-satunya misa yang dirayakan pada hari itu. Ia tidak berhak menerima stips kalau ia ikut konselebrasi lagi pada misa berikutnya.
Kalau pada misa konselebrasi seorang imam menjadi konselebran utama dan kemudian pada hari yang sama dia merayakan satu kali misa lagi, maka imam tersebut boleh menerima stips untuk setiap misa kendati cuma satu stips untuk dirinya dan yang lain dipergunakan untuk maksud yang ditetapkan oleh Ordinaris. Contoh: Imam A pada hari yang sama mengaplikasikan dua/tiga misa untuk ujud yang berbeda. Maka imam A hanya berhak mendapat satu stips, sedangkan yang lainnya diperuntukkan bagi kepentingan paroki atau seturut petunjuk Ordinaris setempat.

Norma-norma yang melengkapi

1. Siapa yang berwenang menentukan jumlah stips?

Kanon 952,
§ 1: Konsili provinsi atau pertemuan para uskup se-provinsi berwenang menentukan lewat dekret bagi seluruh provinsi, besarnya stips yang harus dipersembahkan untuk perayaan dan aplikasi misa dan imam tidak boleh menuntut jumlah yang lebih besar; tetapi ia boleh menerima stips lebih besar yang dipersembahkan secara sukarela dari pada yang ditetapkan untuk aplikasi misa, juga stips yang lebih kecil.
§ 2: Jika tidak ada dekret semacam itu, hendaknya ditaati kebiasaan yang berlaku di keuskupan.
§ 3: Jika anggota-anggota tarekat religius manapun harus taat pada dekret tersebut atau kebiasaan setempat yang disebut dalam § 1 dan § 2.
Apa maksud dari kanon ini? Kanon 952 menetapkan tiga hal berikut ini:
Otoritas yang berkompeten menentukan jumlah stips misa adalah para uskup dalam satu provinsi gerejawi. Mereka menetapkan hal itu dalam pertemuan para uskup (konsili provinsi atau pertemuan pastoral). Hasil pertemuan itu dikeluarkan dalam bentuk dekret yang bersifat bagi semua keuskupan dan provinsi tersebut,
Apabila penetapan bersama itu tidak ada, maka Uskup diosesan berwenang membuat ketetapan sendiri yang hanya mengikat warga keuskupannya dan para imam hendaknya mentaati ketetapan itu,
Para imam tidak diperkenankan meminta jumlah stips yang lebih besar dari ketetapan umum dan menolak menerima stips yang jumlahnya kecil.
Namun mereka tidak dilarang menerima stips yang jumlahnya lebih besar yang diberikan secara spontan dan sukarela. Dalam situasi pastoral tertentu dan luar biasa, pastor paroki bisa menetapkan jumlah stips yang lebih besar, tetapi sangat jarang karena harus dikonsultasikan dengan Uskup dan umat terkait.

2. Tidak mampu menyelesaikan kewajiban misa dan norma mengalihkannya kepada orang lain

Perihal ketidakmampuan seorang imam menyelesaikan sejumlah intensi misa yang harus dirayakan dalam setahun, kodeks memberikan rambu-rambu normatif sebagaimana tertulis dalam kanon 953: “Tak seorang pun boleh menerima sekian banyak stips Misa untuk diaplikasikan sendiri, yang tidak dapat ia selesaikan dalam satu tahun”. Demikian juga kodeks memberikan norma pelengkap dalam hal mengalihakan kewajibannya kepada imam lain. Jalan keluar bagi imam yang tidak mampu memenuhi kewajibannya maka ada dua kemungkinan yang dapat ditempuh. Pertama, dia tidak boleh menerima stips baru sampai beban misa setahun belum terpenuhi. Kedua, imam bersangkutan boleh mentransfer seluruh stips kepada imam lain yang dikenal dan dipercaya (bdk. Kan. 955, § 1: “Yang bermaksud menyerahkannya kepada orang lain perayaan misa yang harus diaplikasikan, hendaknya segera menyerahkannya kepada imam-imam yang dapat diterimanya, asal ia merasa pasti bahwa mereka itu dapat dipercaya; seluruh stips yang telah diterima harus diserahkan, kecuali nyata dengan pasti bahwa kelebihan diatas jumlah uang yang ditetapkan dalam keuskupan itu diberikan atas dasar pribadinya; ia juga wajib mengusahakan perayaan misa-misa itu sampai ia menerima kesaksian mengenai kesanggupan serta stips yang sudah diterima”). Kalau imam tersebut berhalangan maka beban misa harus diserahkan kepada Ordinaris (bdk. Kan. 956).

3. Tempat dan waktu perayaan

Kanon 954, memberi norma pelengkap tentang tempat dan waktu perayaan. Prinsip dasarnya adalah setiap imam harus menghormati keinginan penderma. Jika penderma tidak menentukan tempat perayaan maka imam yang menerima stips bisa mengaplikasikan misa di Gereja atau tempat ibadat yang disukainya.

4. Waktu perayaan

Perihal waktu mengaplikasikan misa, menurut kanon 955, § 2 harus dihitung dari hari menerima stips. Jadi misa harus dipersembahkan dihitung sejak hari imam menerima kesanggupan akan mempersembahkannya. Menurut kanon 202, § 1 yang dimaksud dengan hari dimengerti sebagai jangka waktu yang terdiri dari duapuluh empat jam dihitung terus menerus mulai dari tengah malam kecuali dengan jelas ditentukan lain.

Penutup

Uang sangat dibutuhkan oleh kita semua termasuk Gereja, karena dengan memiliki uang kegiatan dapat berjalan dan sarana pendukung dapat terbangun bagi kelancaran karya pastoral. Tapi uang juga dapat menimbulkan konflik, jika tidak diatur dengan baik. Maka hal pengaturan uang menyangkut stips (stipendium) dan iura stolae dalam hubungannya dengan liturgi, telah diatur dalam kitab hukum kanonik 1983, dengan tujuan tidak terjadi penyalahgunaan dan demi kebaikan publik. Untuk itu wajib bagi seorang imam jika menerima sejumlah stips dari penderma: membuat catatan pribadi, hendaknya di setiap paroki tersedia buku stipendium paroki dan pihak otoritas yang berwenang (Ordinaris) mengawasi beban misa yang telah dilaksanakan (bdk. Kan. 958, § 2) dengan memeriksa buku tersebut. Semoga tulisan sederhana ini memperluas wawasan dan pengetahuan kita tentang stips dan iura stoale dalam kaitannya dengan liturgi ekaristi (misa).

Sumber bacaan:

Seri Kuria keuskupan Denpasar, Apakah pastor tukang nagih stipendium misa? No. 13/Nop. 2005.
CODEX IURUS CANONICI, Pii V Pontificis Maximi iussu digestus, Benedicti Papae XV Actoritate Pomulgatus, Romae, Typis Polyglottis Vaticanis, 1917, AAS, 9 (1917-II), 5-5521.
CODEX IURUS CANONICI, Auctoritate Ioannis Pauli PP. II promulgatus, AAS, 75 (1983-II), 1-318.
Nuovo Dizionario di Diritto Canonico, a Cura di Carlos Salvador, Velasio De Paolis, Gianfranco Ghirlanda, Edizione San Paolo, Torino 1993.