February 19, 2011

Maria Bukan Lagi Monopoli Orang Katolik

http://luigi3665.wordpress.com/2010/05/04/maria-bukan-lagi-monopoli-orang-katolik/
Maria Bukan Lagi Monopoli Orang Katolik
4 Mei 2010 - Ludovikus
Oleh: Patricia Zapor (Catholic News Service, 8 Desember 2006)


Majalah Time yang mengangkat tema-tema mengenai Kekristenan Masa Kini telah menemukan bahwa Maria, Bunda Yesus, tidak lagi hanya bagi orang-orang Katolik.

Tulisan-tulisan mengenai Maria menjadi tema favorit banyak editor yang mencari tema agama menjelang Natal. Malahan dalam beberapa tahun belakangan ini banyak artikel yang memusatkan perhatian pada perkembangan positif popularitas Maria di kalangan kaum Protestan.

Seorang imam Marianis, Pater Thomas Thompson, editor Marian Library Newsletter di Universitas Dayton di Ohio, menunjukkan bahwa perkembangan penerimaan Maria di kalangan Protestan tetap lebih didasarkan pada pandangan Kitab Suci, bukan pada perubahan pandangan teologi Protestan.

Beberapa ajaran sah Gereja Katolik mengenai Maria, seperti Maria yang Dikandung Tanpa Noda Dosa - keyakinan yang menyatakan bahwa dia terkandung tanpa noda dosa - tetap menjadi soal kontroversial di kalangan Protestan. Namun, bersamaan dengan semangat anti-Kekatolik-an yang telah menurun di kalangan Protestan, halangan-halangan pada kaum Episkopalis, Baptis dan Evangelis untuk berpaling kepada Maria pun telah memudar.

"Kita sangat berbahagia menyaksikan sesama saudara yang lain mempunyai ketertarikan kepada Maria," demikian ujar Pater Thomson.

Timothy George, dekan Beeson Divinity School di Samford University, sebuah kolese gereja Baptis di Birmingham, baru-baru ini menulis bahwa "Inilah saatnya bagi kaum evangelicals untuk menemukan kembali suatu penghormatan yang sepenuhnya bersifat biblis kepada Santa Perawan Maria dan perannya di dalam sejarah keselamatan, dan bertindak sebagaimana mestinya orang-orang evangelis." Komentar George ini muncul di dalam jurnal Kekristenan Masa Kini (Christianity Today) edisi Desember 2003 dan di dalam kumpulan esai karangan pelbagai teolog pada 2004 dengan judul, "Maria: Bunda Allah".

"Kita mungkin tidak dapat mendaraskan doa Rosario atau berlutut di hadapan arcanya, tetapi kita tidak dapat melepaskan dia," demikian tulis George.

Di dalam majalah itu, dia mengutip ahli Perjanjian Lama gereja Baptis abad 20, A. T. Robertson, yang mengatakan Maria "belum menerima perlakuan yang adil baik dari kaum Protestan maupun orang-orang Katolik." Robertson berpendapat bahwa sementara orang-orang Katolik "mendewakan" Maria, kaum evangelis telah secara dingin mengabaikan dia.

"Kita telah menjadi takut untuk memuji dan menghargai Maria sepantasnya," ujar George, sambil mengutip Robertson, "agar tidak dituduh agak condong dan simpati kepada orang-orang Katolik."

Artikel George berlanjut dengan menjelaskan dasar historis, kitabiah dan teologis mengapa orang-orang Protestan seharusnya menerima Maria.

"Kita tidak perlu perlu untuk pergi kepada Maria supaya menjumpai Yesus," George menyimpulkan, "tetapi kita dapat bergabung dengan Maria dalam mengarahkan orang-orang lain kepada-Nya."

Sebuah buku terbaru, "Yang Terberkati," adalah sebuah kumpulan 11 esei mengenai Maria oleh para sarjana Protestan.

Di dalam pengantar mereka, editor Beverly Roberts Gaventa dan Cynthia L. Rigby, profesors di Seminari Theologis di Princeton, New Jersey, dan Seminari Theologis Presbiterian Austin di Texas, dengan penuh hormat, mengatakan bahwa tujuan buku itu adalah untuk membantu orang-orang Protestan berpikir dengan cara baru mengenai Maria, "dengan membekati [menyalami] dia dan diberkati/disalami oleh dia."

"Dia adalah manusia beriman yang tidak selalu mengerti tetapi yang berusaha untuk menaruh seluruh kepercayaannya kepada Allah," demikian mereka menulis.

Bagi kaum Muslim, di lain pihak, Maria selalu menjadi seorang teladan.

John Alden Williams, profesor emeritus di bidang sisi-sisi kemanusiaan dalam hidup beragama di Kolese William dan Maria di Virginia, adalah sejarawati Katolik yang telah mempelajari agama dan peradaban Islamik. Dia dan rekan-rekannya, William dan Maria, profesor James A. Bill telah menerbitkan "Katolik Roma dan orang-orang Muslim Syia" pada 2002.

Karya itu mencatat bahwa dua bagian Al Qur'an, Kitab Suci Islam, dipersembahkan kepada Maria, yang dikenal sebagai Maryam. Dia diakui sebagai perempuan murni yang dipilih untuk menjadi ibu Mesias yang telah dijanjikan. Islam menganggap Yesus seorang nabi penting, tetapi bukan sebagai penjelmaan Allah.

Williams menjelaskan di bahwa, seperti orang-orang Katolik, Muslim Syia, yang menjadi kelompok minoritas dibandingkan dengan jumlah besar Muslim Sunni, percaya akan bantuan kepengantaraan santo-santa dan orang-orang kudus lainnya. Termasuk di dalamnya Maria, yang begitu dipuja-puja sebagai seorang pengantara (mediatrix) antara umat manusia dengan Allah. Kaum Sufi, sekte lainnya di dalam agama Islam, juga percaya akan hal itu.

Di dalam Islam Sunni, "seluruh gagasan mengenai kepengantaraan diperdebatkan," demikian kata Williams, "persis seperti di kalangan kaum Protestan Kalvinis."

Di antara sekian banyak perbedaan yang dimiliki para pemimpin Reformasi Protestan terhadap Gereja Katolik adalah pertumbuhan devosi kepada Maria sepanjang Abad Pertengahan. Kaum Reformer beranggapan bahwa Yesus adalah satu-satunya Pengantara Allah dan umat manusia dan bahwa "devosi Marial yang begitu subur tampak bagi mereka mengancam kejernihan pesan Injil bahwa keselamatan itu hanya oleh rahmat, melalui iman saja, melalui Kristus saja," tulis Daniel L. Migliore, seorang professor teologi di Princeton Theological Seminary, di dalam tulisannya di dalam buku "Yang Terpuji [Blessed One]."

Kaum Muslim yang mencari bantuan Maria, di lain pihak, memandang dia hampir dengan seperti orang-orang Katolik, kata Williams.

Ketika tinggal di Timur Tengah, dia mengatakan bahwa dia menyaksikan sendiri beberapa contoh yang mencolok mengenai penghormatan orang-orang Muslim kepada Maria.

Di biara Bunda Maria, sebuah gereja Orthodoks di Sednaya, Syria, dia menyaksikan orang-orang Muslim dengan khidmat membentangkan sajadah mereka untuk bergabung dengan orang-orang Kristen mengormati sebuah ikon Maria yang dianggap/dipercayai telah dilukis oleh St. Lukas Pengarang Injil dan percaya mempunyai daya penyembuhan atas pelbagai penyakit.

Dan pada akhir 1960-an, banyak orang Muslim ada di antara jutaan orang yang berkumpul di sebuah gereja Koptik Ortodoks di Mesir, sambil berharap akan melihat biarpun cuma sekilas penampakan-penampakan Maria yang dilaporkan, demikian kata dia.

Selama lebih dari setahun mulai pada 1968, penampakan Maria dikatakan terjadi di atas kubah Gereja Santa Perawan Maria di Zeitoun wilayah Kairo.

Williams pergi ke gereja itu satu kali pada rentang waktu itu dan terheran-heran menyaksikan begitu banyak orang Muslim di antara orang banyak itu, katanya.

"Saya menanyakan beberapa orang, 'Bukankah agak lucu bagi anda untuk berada di sini di sebuah gereja orang Kristen?'" ujar Williams. Mereka mengatakan bahwa kehadiran mereka di situ sebenarnya karena Maria hendak menampakkan dirinya di dalam sebuah gereja yang dipersembahkan kepadanya, sembari menjelaskan bahwa mereka percaya dia berbicara kepada semua orang Mesir, bukan hanya kepada orang-orang Kristen.

"Mereka melihat peristiwa itu sebagai sebuah tanda penghiburan setelah perang dengan Israel (pada 1967) bahwa Allah tidak melupakan orang-orang Mesir," kata dia.

Sumber: MARY-INTERFAITH Dec-8-2006: "Mary not just for Catholics anymore" by Patricia Zapor /Washington/Catholic News Service
http://www.catholicnews.com/data/stories/cns/0607019.htm
disadur bebas oleh: LdN.

No comments:

Post a Comment