December 5, 2010

Ajaran Iman Gereja Orthodox

Arkhimandrit Romo Daniel B.D.Byantoro.Ph.D
(Pendiri dan Ketua Umum Gereja Orthodox Indonesia)



Lidcombe Russian Orthodox Church


SUMBER AJARAN KEIMANAN

Iman Kristen Orthodox adalah suatu kebenaran yang diwahyukan oleh Allah. Pewahyuan itu pertama kali diberikan kepada Adam sendiri dengan janji akan datangnya "Keturunan Perempuan/Maryam", yaitu Almasih, yang akan "meremukkan kepala Ular/Iblis" (Kejadian 3:15). Dilanjutkan dengan janji Allah kepada Nuh tentang akan dipujinya nama "Allah" dari keturunan Nabi Nuh ini melalui jalur keturunan Sem ( Kejadian 9:25-27) Dan dari keturunan Sem ini ternyata Allah dipuji melalui pemilihan Abraham/Ibrahim, melalui jalur Ishak dan Yakub yang kepada mereka dijanjikan akan adanya "keturunan" ( Kejadian 12:3, 22:18, 17:19, 26:4, 35:11), dan keturunan yang dimaksud untuk menjadi berkat bagi seluruh manusia dimuka bumi melalui jalur Ibrahim/Abraham, Ishak dan Yakub ini adalah "Almasih" ("Kristus") – (Galatia 3:16). Dari jalur Yakub ini munculnya Bani Israel, dari situ Nabi Musa menubuatkan bahwa dari "tengah-tengahmu" yaitu dari tengah-tengah Israel akan muncul Nabi Besar seperti Musa, dan Nabi ini tak lain adalah Almasih (Ulangan 18:15. Kisah 3: 21-24). Sehingga dengan datangnya Kristus maka segenap nubuat dan wahyu tentang kedatangan Almasih itui sudah tergenapi. Maka Almasih adalah puncak segala wahyu dan akjhir dari segala risalah kenabian sebagaimana yang telah dijanjikan Allah melalui nabi-nabiNya terdahulu. Keberadaan Almasih sebagai "Firman Allah yang menjadi daging " ini ( Yohanes 1:14) disaksikan oleh para rasul yaitu murid-murid dan utusan-utusan Almasih. Dan kepada mereka inilah diserahkan wibawa untuk mengajar dan menyebarkan ajaran kebenaran Wahyu yang sudah genap dan paripurna itu di dalam Almasih: Yesus Kristus. Sehingga pada jaman purba itu sumber Ajaran Keimanan itu adalah ajaran para Rasul sendiri (Kisah 2:42, Lukas 1:2, Ibrani 2:3), baik yang bersifat lisan maupun yang kemudian bersifat tulisan dalam surat-surat (II Tesalonika 2:15, II Tesalonika 2:2). Surat-Surat Rasuliah ini akhirnya terkumpul dalam kanon Perjanjian Baru, sedangkan yang ajaran lisan tetap dihidupi Gereja dalam wujud Paradosis Kudus. Paradosis Kudus ini akhirnya berkembang dalam bentuk kongkrit dalam: Tertib Ibadah, Sakramen-Sakramen, Teks-teks Liturgis, Pengakuan Iman Gereja, Tulisan Para Bapa Gereja, Hukum Kanon Gereja, bentuk seni Gereja, Hirarki Gereja, Kehidupan Para Orang Kudus Gereja, Tradisi Dogmatis Gereja, Rumusan-Rumusan Konsili-Konsili Gereja. Paradosis Kudus adalah lingkup yang didalamnya Perjanjian baru itu dapat dimengeri dan ditafsirkan secara benar dan tidak menyimpang.

Ajaran Rasuliah ini dengan berlalunya waktu dirumuskan dengan rumusan pendek-pendek, misalnya: I Korintus 8:6, Kolose 1:15-16, Roma 10:9-10, I Korintus 15:3-5, dll. Rumusan pendek-pendek ini biasanya diucapkan pada saat seorang dibaptiskan, dan mulai dikumpulkan dalam bentuk Pengakuan Iman (Shahadat atau Kredo). Shahadat yang pertama kali mempunyai bentuk baku adalah Shahadat dari Gereja Orthodox Lokal di Roma, yang sekarang kita sebut sebagai: Pengakuan Iman Rasuli. Jadi Pengakuan Rasuli adalah rumusan dari Pengakuan Iman Gereja Barat, yang tak bersifat Universal, namun lokal saja. Gereja-gereja Protestan yang pada dasarnya produk Gereja Barat mewarisi Iman Rasuli yang didapatkannya dari Gereja Roma itu. Di Gereja Timur pun muncul rumusan-rumusan pendek seperti itu namun tak segera menjadi baku. Pada saat Konsili Universal dari Gereja Orthodox Purba yang mengikut sertakan Timur dan Barat yang dilakukan di pusat Gereja Timur; Nikea - Konstantinopel (325, 381 Masehi) Rumusan Universal dari Iman Rasuli itupun dihasilkan. Dan inilah yang disebut sebagai Pengakuan Iman Nikea atau Syahadat Nikea. Karena Syahadat ini isinya lebih rinci dari pada Syahadat Rasuli, serta menyangkut keseluruhan yang ada dalam Syahadat Rasuli, maka Syahadat inilah yang menjadi standart pengakuan Gereja. Lagi pula ini dirumuskan oleh Gereja Universal yang esa, yang belum terpecah-pecah, dan bukan produk Gereja Lokal, maka Iman ini adalah Iman yang Universal dari Gereja yang esa itu. Inilah Iman Rasuliah Gereja Purba, bukan ide sektarian dari suatu aliran keagamaan tertentu. Inilah simbol Iman Kristen sejati. Dan atas dasar Pengakuan Iman Nikea inilah kita akan membicarakan segenap kebenaran wahyu Ilahi itu dalam pembicaraan kita tentang Aqidah ini, karena Pengakuan Iman ini adalah ringkasan dari seluruh ajaran Rasuliah yang termaktub dalam Kitab Suci.


PERLUNYA AJARAN RASULIAH
  1. Sesudah kebangkitanNya Kristus memerintahkan kepada kesebelas Rasul (karena Yudas Iskariot telah mati bunuh diri)."...... pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu "( Matius 28:19-20). Perintah ini mengandung beberapa hal: Para Rasul itu adalah pelanjut misi Kristus, para Rasul itu adalah pelaksana Sakramen, para Rasul itu adalah pengajar. Serta isi ajaran rasul itu adalah "Segala sesuatu" yang diperintahkan Kristus kepada para rasul tadi. Dengan demikian isi ajaran rasul adalah ajaran Kristus sendiri. Karena Kristuslah yang memerintah dan menetapkan rasul-rasul ini untuk mengajar berarti ajaran rasul itu haruslah menjadi standart bagi siapapun yang ingin mengenal ajaran Kristus yang benar, karena isi ajaran rasuliah itu tak lain adalah "segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu."
  2. Hal ini menjadi sangat penting lagi karena adanya nabi-nabi palsu dan pengajar-pengajar palsu yang memutar balikkan ajaran Kristus (Matius 7:15-20), bahkan mengatas-namakan dirinya sebagai Kristus sendiri dan mengatasnamakan ajaran mereka sebagai ajaran Kristus sendiri (Matius 24:24, I Yohanes 2:18-19). Dan Alkitab menyatakan bahwa banyak dari antara pengajar palsu itu datangnya berasal dari antara komunitas Kristen sendiri."........... sekarang telah bangkit banyak antikristus.... Memang mereka berasal dari antara kita; tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita............ "(I Yohanes 2:18-19), juga :"Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah menyelusup ditengah-tengah kamu......... Mereka adalah orang-orang kafir, yang menyalah gunakan kasih karunia Allah .......... (Yudas 1:4), serta " sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah ummat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan ... " (II Petrus 2:1). Jika peringatan diberikan oleh para rasul ketika mereka masih hidup, apalagi sekarang dengan membanjirnya ajaran-ajaran dan dengan banyaknya "rupa-rupa angin pengajaran " (Efesus 4:14), adalah lebih diperlukan lagi kita harus kembali kepada ajaran rasuliah ini, karena merekalah yang telah ditetapkan oleh Kristus untuk menjadi pengajar-pengajar, jadi bukan guru-guru atau pengajar-pengajar yang mengangkat diri mereka sendiri itu, biarpun seandainya mereka mengaku dirinya Kristen. Karena justru dari antara kalangan Kristen sendirilah pengajar-pengajar palsu itu muncul. Ada orang yang mengatakan:"Yang pentingkan Yesus! Saya tak perlu Gereja, saya tak perlu sejarah, saya tak perlu ajaran rasuliah?" jawaban kita:"Memang yang penting itu Yesus, dan itu harus menjadi pusatnya, namun Alkitab juga mengatakan adanya "Yesus yang lain", "Injil yang lain", "roh yang lain" (II Korintus 11:4, Galatia 1:8-9), bagaimana jika Yesus yang kita mengerti dari para pengajar tadi ternyata Yesus yang lain? Bukankah ini membahayakan keselamatan kita ?
  3. Lagi pula kita tak akan tahu Yesus tanpa Alkitab, dan Alkitab tak akan ada jika tak ada rasul yang menuliskannya, dan Alkitab (terutama Perjanjian Baru) tak akan terbentuk sebagai kanon jika tak ada Gereja sebagai alat Allah untuk mengkanonkannya. Bukankah jelas bahwa kita tetap tergantung pada rasul juga. Sebab baik tulisan-tulisan dalam Alkitab maupun Gereja (yaitu Gereja rasuliah) itu semua berasal dari karya rasul oleh bimbingan Roh Allah. Adalah hanya suatu kebodohan dan ketidak-terdidikan atau bahkan kecongkakkan dan kepongahan saja mengatakan bahwa kita tidak perlu rasul. Yang lebih penting lagi Alkitab dengan tegas mengatakan yang dibawah ini mengenai ajaran palsu dan para penganutnya." "Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasehati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri" (Titus 3:10-11), juga: "tetapi sekalipun kami (rasul-rasul sendiri, pen.) atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda ...terkutuklah dia" (Garatia 1:8-9). Mengenai guru palsu diantara ummat Kristen itu Rasul Petrus mengatakan: "Mereka adalah orang-orang yang terkutuk. Oleh karena mereka telah meninggakan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka..." (II Petrus 2:14-15). Tak kurang keras dan tegasnya Rasul Yohanes dalam hal ini: "Jika seorang datang kepadamu dan Ia tidak membawa ajaran ini (yaitu: ajaran rasul), janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barang siapa memberi salam keadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat " (II Yohanes 10:11). Ayat-ayat diatas dengan tegas memberikan kita perigatan mengenai beberapa hal, yaitu bahwa bidat, yaitu pengikut ajaran non rasuliah yang sesat adalah sesat dan kesesatannya itu menyebabkan dia akan terhukum. Demikian juga Injil yang berbeda, dengan demikian "Yesus yang lain" dan "Roh yang lain" yang diikuti dan diajarkan orang menyebabkan orang yang mengajar dan yang mengikutinya menjadi TERKUTUK. Guru-guru palsu yang yang mengajarkan kesesatan yang tak sesuai dengan ajaran Petrus (ajaran rasuli) itu juga disebut TERKUTUK, menurut Surat kiriman Petrus. Orang yang tak mengajarkan Ajaran Ini yaitu ajaran seperti yang diajarkan rasul Yohanes yaitu ajaran Rasuliah dilarang diterima rumah orang beriman oleh Yohanes dan bahkan dilarang memberi salam kepada orang semacam itu. Dan Yohanes mengatakan apa yang dilakukan oleh para pengajar sesat ini adalah "perbuatan jahat" yaitu karena hal itu menyebabkan kebinasaan kekal. Disinilah perlunya kita merenungkan sejenak akan sikap kita yang terlalu tak peduli akan kebenaran ajaran rasuliah ini. Karena kutuk, hukuman, kesesatan, kejahatanlah yang akan kita terima jika kita salah dalam meyakini ajaran Kristus itu. Jadi tidak cukup hanya mengatakan:"Pokoknya Yesus." Harus ditegaskan: Yesus yang bagaimana? Yang rasuliah atau bukan ?!! Jadi ajaran rasuliah itu bukan hanya ajaran Petrus semata, namun segenap ajaran rasul secara serempak dan bersama yang satu isinya dan satu kebenarannya. Dan kepada ajaran yang satu dan yang sama dari para rasul inilah kita harus kembali dan berpegang, sebab hanya itulah satu-satunya ajaran Kristus yang menjamin kita tak terkutuk, tak terhukum dan tak dianggap berbuat kejahatan.
  4. Jadi standard dan ukuran ajaran itu benar atau tidak, bukanlah "pendapatku dan tafsiranku" lawan "pendapatmu dan tafsiranmu", bukan pula karena dikutip dari ayat-ayat Alkitab yang dipenggal-penggal dari beberapa bagian pasal dan ayat tertentu dari kitab-kitab dalam Alkitab, namun seluruh kepenuhan dari kebenaran ajaran rasuliah yang tetap dipelihara oleh Gereja Purba yang sampai sekarang berlanjut di dalam Gereja Orthodox. Oleh sebab itu Alkitab menegaskan tentang standard atau ukuran menyimpang atu tidaknya suatu ajaran itu demikian:"Tetapi aku takut , kalau pikiranmu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejati kepada Kristus.... Sebab kamu sabar saja, jika ada orang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberitakan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang kamu terima " (II Korintus 11:3-4), juga:"Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah ami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang memberitakan kepadamu suatu Injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia" (Galatia 1:8-9), lagi:"....Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi sagala sesuatu yang tersembunyi dalam hari manusia, oleh Kristus Yesus" (Roma 2:16) dan masih ada beberapa ayat lagi yang lain. Dari ayat-ayat ini jelas bahwa menilai suatu ajaran sebagai "Yesus yang lain", sebagai "roh yang lain" dan sebagai "Injil yang lain" atau "Injil yang berbeda" atau ringkasannya sebagai ajaran yang salah, bukanlah dengan apa yang diilhamkan oleh roh secara pribadi kepada perorangan, atau tafsiran pribadi perorangan biarpun kalau itu dikutip dari ayat-ayat Alkitab sekalipun, namun "lain" dan "berbeda"nya tadi harus diukur "dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu," "dengan apa yang telah kamu terima" "dari pada yang telahkami beritakan", "dari pada yang telah kamu terima," yaitu "Injil yang kuberitakan". Jadi standardnya adalah pemberitaan rasuliah yang dterima oleh dan diberitakan kepada Gereja. Artinya ajaran itu harus sesuai dengan iman dan ajaran Gereja Purba (Gereja Orthodox) sebagaimana yang tanpa dikurangi atau ditambahi – tanpa diubah-ubah atau diselewengkan - tetap merupakan ajaran Rasuliah yang utuh.
  5. Jadi kebenaran itu bukan bersifat individualistik namun bersifat mata-rantai dari rasul dan bersifat komunal dari pihak yang menerima yaitu Gereja. Ajaran rasuliah yang sekali dan untuk selamanya diserahkan kepada Gereja rasuliah sepanjang segala abad itu yang harus menjadi kaca mata kita dalam mengerti Alkitab, sebab dari situlah konteks dan lingkup Alkitab itu mula-mula ditulis berasal. Membaca Alkitab lepas dari konteks dan lingkupnya akan menuju kepada kesalah-fahaman dan kesesatan saja. Karena tanpa kacamata ajaran rasuliah maka Alkitab yang notabene Kitab Rasuliah tak akan berbicara menurut yang dikehendaki rasul. Contohnya: Jika kaca mata Islam yang dgunakan membaca Alkitab, pasti Alkitab akan dibaca sebagai sasmita/isyarat atau petunjuk datangnya Muhammad sebagai Nabi Islam diserta penolakan atas keilahian Kristus yang terdapat didalamnya, ini yang banyak digunakan oleh para polemikus Islam. Jika kacamata Protestan Injili yang digunakan, maka hal-hal mengenai Sakramen, Maria, Gereja dan Hierarkhi itu pasti akan dilewatkan begitu saja. Jika kacamata Calvinistik yang digunakan, maka ajaran tenmtang Predstinasi ala Calvinlah yang dtemukan dalam Alkitab. Jika kacamata Kharismatik dan aliran Pantekosta yang digunakan , maka yang ditonjolkan dari Alkitab hanyalah hal-hal mengenai karunia-karunia Roh Kudus serta dalam kacamata ini Alkitab akan dimengerti, sedangkan hal-hal yang lain akan diabaikan. Demikianlah seterusnya. Namun jika kacamata ajaran rasuliah yang kita gunakan, maka segenap kepenuhan ajaran rasuliah dengan segala kepenuhannya yang akan kita temukan dalam Kitab yang rasuliah ini. Untuk itulah dalam pelajaran kita ini, kita akan menggunakan rumusan Iman Rasuliah dalam pengakuan Iman Nikea itu sebagai landasan berangkat dalam pembahasan kita , serta keseluruhan ajaran rasuliah yang dipelihara dalam Gereja itulah yang akan menjadi kacamatanya di dalam kita membaca Alkitab sebagai sumber utama Iman kita ini. Untuk ini marilah kita perhatikan bunyi Pengakuan Iman Nikea itu sebagai yang tertera dibawah ini:



BUNYI "PENGAKUAN IMAN NIKEA"
  1. Aku percaya pada satu Allah, Sang Bapa, Yang Maha Kuasa, Pencipta Langit dan Bumi, dan Segala Sesuatu yang Kelihatan maupun Tak Kelihatan.
  2. Dan kepada Satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah, yang diperanakkan dari Sang Bapa sebelum segala zaman. Terang yang keluar dari Terang; Allah Sejati yang keluar dari Allah sejati; Yang Diperanakkan dan bukan diciptakan, satu Dzat Hakekat dengan Sang Bapa; yang melaluiNya segala sesuatu diciptakan.
  3. Yang untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita, telah turun dari Sorga, dan menjelma oleh Sang Roh Kudus dan dari Sang Perawan Maryam serta menjadi Manusia.
  4. Telah disalibkan bagi keselamatan kita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, Dia menderita sengsara dan dikuburkan.
  5. Dan telah bangkit lagi pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci.
  6. Dan telah naik ke Sorga, serta duduk disebelah kanan Sang Bapa.
  7. Serta Dia akan datang lagi dalam kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup maupun orang mati, yang KerajaaNya tidak ada akhirnya.
  8. Dan aku percaya pada Sang Roh Kudus, Tuhan Sang Pemberi Hidup, yang keluar dari Sang Bapa, yang bersama dengan Sang Bapa dan Sang Putra disembah dan dimuliakan, yang berbicara melalui para Nabi.
  9. Aku percaya pada Gereja Yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik.
  10. Aku mengakui Satu Baptisan bagi Pengampunan dosa-dosa
  11. Aku menunggu akan kebangkitan Orang-Orang mati.
  12. Serta Kehidupan Zaman yang akan datang. Amin.

Dari Pengakuan Iman diatas kita lihat unsur-unsur Aqidah Iman itu secara garis besar. Atas landasan isi yang sudah secara garis besar dikandung dalam Pengakuan Iman ini pula kita akan memperdalam makna Aqidah Iman Rasuliah atau Dogma Orthodoxia Kristen itu secara rinci. Untuk itulah mari kita bahas rincian kandungan dan tema-tema aqidah yang ada dalam Pengakuan Iman (Syahadat) Kristiani itu. 


BENTUK TEMA PENGAKUAN IMAN

Rumusan ini disebut Pengakuan karena berbentuk suatu pernyataan "Aku" dan disebut Pengakuan Iman karena si "Aku" ini menyatakan "Percaya" (Beriman). Dalam Bahas Arab disebut "Syahadat" dari kata "Asyhadu" artinya "Aku mengaku" atau "Aku Bersaksi". Dan orang yang bersaksi atau mengaku ini disebut "Syahid".

Bentuk dari Pengakuan Iman ini dapat kita katakan sebagai bentuk pengakuan yang ber-pola-kan Tritunggal, yaitu: butir 1, mengenai Allah, Bapa dan KaryaNya; butir 2-7 mengenai Yesus Kristus (Firman Allah) dan KaryaNya, butir 8-12 mengenai Roh Kudus (Roh Allah) dan KaryaNya. Dengan demikian Pengakuan Iman ini adalah Pengakuan kepada: Allah Yang Esa (Bapa), FirmanNya yang kekal (Putra), dan RohNya sendiri yang berada di dalam Diri Allah ( Roh Kudus). Keyakinan akan Tritunggal Maha Kudus (Allah Yang Esa yang memiliki Firman dan Roh Yang Kekal) itu menjadi kesimpulan dari semua aqidah Iman Kristen, salah mengerti makna Tritunggal Maha Kudus itu akan mengacaukan pengertian kita akan Aqidah kebenaran itu sendiri. 

Dari kedua belas butir Pengakuan Iman ini, butir-butir mengenai Yesus Kristus jauh lebih banyak dibanding dengan butir-butir yang lain, yaitu ada 6 butir (dari butir 2 s/d butir 7), disusul oleh butir-butir mengenai Roh Kudus: 5 butir (dari butir 8 s/d 12). Ini menunjukkan sentralitas Yesus Kristus dalam Iman Kristen, dan pentingnya Roh Kudus dalam pengalaman kehidupan Kristen. Dikatakan pengalaman, karena karya Roh Kudus bertalian langsung dengan eksistensi Kristen yaitu: Sakramen (Baptisan), Gereja dan Kebangkitan serta kehidupan kekal. 

Dalam Yesus Kristuslah secara obyektif manusia diselamatkan: Turun dari Sorga, Menjelma, Disalibkan, Dikuburkan, Bangkit, Naik ke Sorga dan Datang untuk kali yang ke dua. 

Namun dalam Roh Kuduslah keselamatan yang bersifat historis (dibawah pemerintahan Pontius Pilatus) dan realistis (telah turun, telah disalibkan, telah bangkit, telah naik ke sorga) itu menjadi pengalaman subyektif manusia melalui menyatu dengan kematian dan kebangkitan Kristus dalam Baptisan dan menghayati makna kehidupan baru itu di dalam Gereja. Sehingga oleh Roh Kudus yang sama itu, manusia manunggal dengan kehidupan kebangkitan Kristus ("kebangkitan orang-orang mati") untuk akhirnya masuk dalam kehidupan Ilahi yang dinyatakan dalam langit baru dan bumi baru ("Kehidupan zaman yang akan datang") 

Rangkuman waktu yang dibahas oleh Pengakuan Iman ini adalah sejak diciptakannya langit dan bumi sampai dengan zaman yang akan datang. Artinya Pengakuan Iman ini merangkum segenap aqidah bagi kehidupan Kristen yang menembus dari asal mula (Sangkan) sampai dengan tujuan akhir (Paran) Ciptaan (Dumadi). Dan semuanya terjadi karena Allah melalui Yesus Kristus Di dalam Roh Kudus. 

No comments:

Post a Comment