July 15, 2008

Bagaimana Para Kudus Mendalami Kitab Suci

oleh: Bert Ghezzi
St. Perawan Maria & Kitab Suci

Kitab Suci bukan sesuatu yang asing bagi para kudus. Renungan Alkitab merupakan salah satu kegiatan utama mereka seperti yang dapat kita lihat dalam perkataan dan tulisan mereka. Firman Allah mengalir seperti arus bawah pikiran mereka, memberi bentuk serta isi pada kata-kata mereka. Marilah kita melihat tulisan tujuh orang kudus untuk mengamati bagaimana Kitab Suci merasuk ke dalam kehidupan mereka.

 

Kita mulai dengan St. Vinsensius Ferrer (1350-1419). la adalah pengkhotbah ulung dan pembuat mujizat, yang bekerja keras untuk menghidupkan kembali iman Kristiani di Eropa pada permulaan abad 15. Vinsensius juga merupakan seorang penulis besar, seperti yang dapat kita lihat dari bukunya Treatise on the Spiritual Life (Risalat Kehidupan Rohani). Di bawah ini adalah renungannya tentang Lukas 17:2 "Kerajaan Allah ada dalam dirimu".

 

"Kamu harus membuka mata batinmu kepada terang, kepada surga di dalam dirimu, suatu horizon yang luas dan melampaui batas aktivitas manusia, suatu daerah yang belum dijelajahi oleh kebanyakan manusia. Pengamat biasa hanya melihat daerah yang berbadai dan tidak pernah menyangka bahwa beberapa kaki di bawah permukaan, air tenang selalu, dalam terang yang bergemilang terlihat tetumbuhan dan makhluk hidup yang indah dengan bermacam-macam bentuk, di kedalaman misterius di mana mutiara dibentuk. Demikian pula keadaan dalam jiwa di mana Allah berada dan menyatakan diri kepada kita. Dan bila jiwa telah memandang Allah, apa lagi yang dimintanya? (lihat Kel. 33:18; Maz. 42:2-3; Maz. 63:2-4). Bila jiwa telah memiliki Dia, mengapa dan untuk siapa ia dapat digerakkan untuk meninggalkanNya? Maka berusahalah sekuat tenaga, jagalah dirimu dalam ketenangan itu supaya jiwa dapat memandang surya abadi."

 

St. Klara dari Asisi (1193-1253) mendirikan komunitas gadis-gadis yang mau mengatur hidup mereka seturut peraturan St. Fransiskus. la juga sangat akrab dengan Kitab Suci sehingga teks- teks biblis seolah-olah mencetus keluar secara alami dalam tulisan- tulisannya. Dalam surat yang kita kutip di bawah ini, ia mendorong sahabatnya, Ratu Agnes dari Bohemia, yang memutuskan pertunangan dengan Kaisar Frederik II, supaya dapat menerima kepapaan injili. Perhatikan bagaimana St. Klara mencampur ayat-ayat dari Matius dengan pengamatannya sendiri:

 

"Seperti yang kau ketahui, saya sungguh percaya bahwa Kerajaan Surga dijanjikan dan diberikan Tuhan hanya kepada yang miskin: karena orang yang mencintai barang-barang yang lapuk oleh waktu akan kehilangan buah-buah cinta kasih. Saya percaya bahwa orang tidak dapat melayani Allah dan uang, karena jika yang satu dicintai maka yang lain dibenci, atau yang satu dilayani dan yang lain dihina (Mat. 6:24). Kamu juga mengetahui bahwa orang yang berpakaian tidak dapat berkelahi melawan orang yang telanjang, karena ia dengan cepat akan dijatuhkan ke tanah karena musuhnya dapat memegangnya; bahwa tak ada yang dapat hidup seperti penguasa di dunia dan berkuasa di sorga bersama Kristus; dan bahwa seekor unta dapat melalui lubang jarum lebih mudah daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 19:24). Karena itulah kamu meninggalkan pakaianmu -harta dunia- supaya kamu tidak dikalahkan oleh musuhmu, tetapi melalui jalan sempit dan pintu yang sempit kamu masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 7:14)."

 

Yang berikut adalah kutipan dari surat St. Raymond dari Penyafort (1175-1275) yang terkenal sebagai teolog dan ahli hukum kanon. Renungannya mengupas 2 Timotius 3:12 "Setiap orang yang mau beribadah di dalam Kristus akan menderita aniaya." Tetapi kita juga akan menemukan bahwa ia menyinggung teks lain berkenaan dengan disiplin rohani, misalnya Ibrani 12, Yakobus 1, dan 1 Petrus 1.

 

"Pewarta kebenaran Tuhan telah mengatakan kepada kita bahwa setiap orang yang mau hidup benar dalam Kristus akan menderita aniaya. Satu-satunya perkecualian dari pernyataan umum ini, saya kira, adalah orang yang lalai atau tidak tahu bagaimana harus hidup benar dan adil dalam dunia ini.

 

Semoga kamu tidak termasuk di antara mereka yang rumahnya selalu damai, tenang, dan tidak pernah mengalami kesusahan; mereka yang tidak pernah merasakan teguran Tuhan; mereka yang hidup dalam kemakmuran dan yang dalam sekejap akan turun ke neraka.

 

Kemurnian hidupmu, devosimu, pantas mendapatkan pahala; karena kamu diterima dan menyenangkan hati Tuhan maka kemurnian hidupmu harus semakin dimurnikan dengan pukulan-pukulan, sampai kamu mendapatkan ketulusan hati yang sempurna. Bila dari waktu ke waktu kamu merasakan pedang jatuh menimpamu dengan kekuatan yang dua kali atau tiga kali lipat, kamu juga harus memandangnya sebagai suatu suka cita dan tanda cinta kasih."

 

Pada abad ke-15 St. Fransiskus dari Paola (1416-1506) adalah pendiri Ordo Minims, suatu komunitas pembaruan yang berpola Fransiskan. Pada tahun 1481 paus mengutus Fransiskus untuk mewakilinya ke istana Raja Louis XI di Perancis, dan ia merasa bahwa ia tidak akan pernah kembali ke Italia. Surat perpisahannya kepada saudara-saudaranya bernada seperti surat Paulus kepada Timotius atau Titus, dan kita dapat mengenali inti surat-surat Paulus dalam nasihat-nasihat yang diberikan Fransiskus kepada saudara-saudaranya.

 

"Anak-anakku yang kukasihi dalam cinta kasih Yesus Kristus, aku meninggalkan kamu sekalian untuk pergi ke Perancis. Dengarkanlah nasihatku sebagai bapamu dalam Yesus Kristus. Kasihilah di atas segalanya Bapa kita di surga yang maha pengasih, dan layanilah Dia dengan segala kekuatan dan kemurnian hati.

 

Jagalah dan hukumlah anggota-anggotamu dengan penebusan dosa yang bermanfaat serta bijaksana supaya kamu tidak jatuh ke dalam godaan busuk iblis. la tidak dapat menang atasmu kecuali atas mereka yang malas dan lalai. Dalam cobaan dan godaan yang setiap hari kita hadapi, kamu harus saling membantu dan dengan menjaga kebaikan hati lakukanlah tugas-tugas dan komitmen rohanimu. Dengan cara itu kamu akan memenuhi hukum Yesus Kristus, seperti yang dikatakan Rasul.

 

Dengan kerendahan hati taatilah atasanmu, karena ketaatan adalah tulang punggung iman. Bersabarlah terhadap kelemahan dan kekurangan sesamamu. Bertekunlah dalam panggilanmu yang kudus, yang merupakan panggilan Tuhan kepadamu. Ingatlah selalu bahwa mahkota keselamatan hanya diperoleh mereka yang bertekun. Sia-sialah memulai suatu perbuatan baik jika kamu tidak menyelesaikannya. Jagalah dirimu untuk tetap berada pada jalan kebajikan yang selalu kukejar dengan penuh semangat, terutama perbuatan cinta kasih, kerendahan hati dan kesabaran.

Selamat tinggal, imam-imam dan saudara-saudaraku. Kita tidak akan berjumpa lagi di dunia ini! Semoga Tuhan mempersatukan kita di surga!"

 

St. Atanasius (297-373) diingat terutama karena ia menulis riwayat hidup St. Antonius dari Mesir, yang mengisahkan tentang monastikisme yang dimulai di padang gurun Afrika pada abad ke-4. Dalam seluruh buku, Atanasius menuliskan pengamatan pastoral tentang pertumbuhan rohani, seperti yang akan kita baca di bawah ini. Dalam kutipan ini St. Atanasius memandang ketekunan melalui lensa 1 Korintus 15:31 "Aku mati setiap hari -sesungguhnya, saudara- saudaraku- sama seperti aku bermegah atasmu dalam Yesus Kristus Tuhan kita."

 

"Marilah kita terus berusaha keras mengejar kebajikan. Jangan pernah merasa bosan mencarinya, karena Tuhan kita telah menjadi penunjuk jalan bagi kita dan bagi setiap orang yang menginginkan kebajikan. Supaya hal itu tidak terlalu membosankan bagi kita, St. Paulus menjadi teladan kita ketika ia berkata, "tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut." Nah, jika kita berpikir setiap hari bahwa kita akan mati hari itu, kita tidak akan berbuat dosa sama sekali. Inilah penjelasan bagi perkataan St. Paulus. Jika kita selalu mengingat kematian yang selalu sangat dekat, kita tidak akan pernah dikalahkan oleh dosa: nafsu yang berlalu cepat tidak akan menguasai kita; kita tidak akan menyimpan amarah terhadap sesama; kita tidak akan mencintai benda-benda yang akan binasa; dan kita akan mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kita. Karena itu, saudara-saudaraku terkasih, marilah kita bergiat melaksanakan karya yang merupakan tugas kita, dan marilah kita berjalan menuju akhir perjalanan yang telah kita mulai."

 

Kita mengakhiri tinjauan kita dengan dua mistikus, yang satu sangat terkenal, Katarina dari Siena (1347-1380), dan yang satunya tidak begitu dikenal, Teresa Margaret dari Hati Kudus (1747-1770). Kedua wanita ini membuat keseimbangan antara doa dan karya, pengalaman mistik mereka yang luar biasa menghasilkan buah-buah pelayanan kepada sesama tanpa memikirkan diri sendiri. Mereka dikenal oleh orang-orang di sekitar mereka sebagai orang-orang yang mengasihi, dan keduanya berbicara tentang cinta-kasih praktis seperti yang akan kita baca di bawah ini.

 

St. Teresa Margaret meninggalkan beberapa pepatah. Contoh- contoh di bawah ini seakan-akan menjelaskan arti dari 1 Korintus 13:6-7, "Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. la menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."

 

"Jika perbuatan sesama kita mempunyai beratus-ratus sisi, kita harus melihat sisi terbaiknya.

 

Jika suatu perbuatan patut dihukum, kita harus berusaha melihat maksud baik yang ada dibaliknya.

 

Marilah kita melakukan semua hal karena kasih, dengan mengingat bahwa kasih hanya menginginkan kasih, maka tak ada sesuatupun yang sulit bagi kita."

 

Di samping seorang mistik, pelaku mukjizat, dan seorang pekerja, Katarina adalah seorang penulis spiritual. Buku karangannya 'Dialog' sangat mendalam dan membuatnya diangkat sebagai Pujangga Gereja. Ketika ia menulis kutipan berikut ini di mana Tuhan sedang berbicara, ia rupanya memikirkan Matius 25:40 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."

 

"Aku telah menempatkan kamu di tengah saudara-saudaramu supaya kamu dapat melakukan bagi mereka apa yang tidak dapat kamu lakukan bagiKu, itu berarti kamu mengasihi sesamamu dengan bebas tanpa mengharapkan balasan apapun darinya, dan apa yang kamu lakukan kepadanya aku perhitungkan sebagai apa yang kau lakukan kepadaKu."

 

Demikianlah para kudus memenuhi pikiran dan hati mereka dengan Kitab Suci. Hal itu sangat menolong mereka menjadi kudus, karena mereka menemukan Tuhan dalam Alkitab. Atau dengan kata lain, ketika para kudus menangkap kata-kata dalam Kitab Suci, Firman menangkap mereka.

 

sumber : “Mendalami Kitab Suci” oleh Bert Ghezzi - Sabda Allah bagi Anda edisi Desember 1998; diterjemahkan dengan izin dari God's Word Today, Ann Arbor, Michigan, USA; alih bahasa Ibu F.M. Tin Subekti, TOC; diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh “PERTAPAAN KARMEL” Ngadireso - Malang

No comments:

Post a Comment