May 21, 2008

Katekese tentang Aborsi dan KB Alami

dikutip dari pidato B. Teresa dari Calcutta
National Prayer Breakfast, Washington DC, 3 Februari 1994

…. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal - itulah yang disebut memberi. Tuhan memberikan PutraNya kepada Santa Perawan Maria, dan apakah yang ia lakukan terhadap-Nya? Begitu Yesus masuk dalam kehidupannya, segera Maria bergegas pergi untuk menyampaikan kabar gembira itu. Dan sementara ia masuk ke dalam rumah sepupunya, Elisabet, Kitab Suci mengisahkan bahwa anak yang belum lahir itu - anak dalam rahim Elisabet - melonjak kegirangan. Sementara masih dalam rahim Maria, Yesus membawa damai kepada Yohanes Pembaptis yang melonjak kegirangan dalam rahim Elisabet….

Tetapi saya merasa bahwa perusak terbesar dari damai sekarang ini adalah aborsi, sebab aborsi adalah perang melawan kanak-kanak, suatu pembunuhan langsung atas diri kanak-kanak yang tak berdosa, pembunuhan yang dilakukan oleh sang ibu sendiri.

Dan jika kita dapat menerima bahwa seorang ibu dapat membunuh bahkan anak kandungnya sendiri, bagaimana mungkin kita dapat mengatakan kepada orang-orang lain untuk tidak membunuh satu sama lain? Bagaimanakah kita dapat membujuk seorang perempuan untuk tidak melakukan aborsi? Seperti senantiasa, kita perlu membujuknya dengan kasih dan kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa kasih berarti bersedia memberi hingga merasa sakit. Yesus memberikan bahkan nyawa-Nya sendiri demi mengasihi kita. Jadi, seorang ibu yang berpikir hendak melakukan aborsi, hendaknya dibantu dengan kasih, yakni memberi hingga menyakiti segala rencananya, atau mengacaukan segala waktu luangnya, demi menghormati hidup anaknya. Ayah si bayi, siapapun dia, juga wajib memberi hingga merasa sakit.

Dengan aborsi, sang ibu tidak belajar untuk mengasihi, melainkan membunuh bahkan anak kandungnya demi mengatasi masalahnya.

Dan, dengan aborsi, seolah dikatakan kepada sang ayah bahwa ia tidak wajib bertanggung jawab sama sekali atas anak yang telah ia datangkan ke dalam dunia. Dan ada kemungkinan sang ayah akan menempatkan perempuan-perempuan lain juga ke dalam masalah yang sama. Jadi, aborsi hanya menghantar kepada lebih banyak aborsi.

Negara manapun yang menerima aborsi tidak mengajari rakyatnya untuk mengasihi, melainkan menggunakan kekerasan demi mendapatkan apa yang mereka kehendaki. Itulah sebabnya mengapa perusak terbesar dari kasih dan damai adalah aborsi.

Banyak orang sangat, amat menaruh perhatian pada anak-anak India, pada anak-anak Afrika di mana sebagian anak mati kelaparan, dan sebagainya. Banyak orang juga menaruh perhatian pada segala kekerasan di negara adidaya Amerika Serikat ini. Perhatian-perhatian ini sungguh amat baik. Tetapi, sering terjadi bahwa orang-orang yang sama ini tidak menaruh perhatian pada jutaan anak yang dibunuh dengan keputusan sengaja para ibu mereka. Dan inilah apa itu perusak terbesar dari damai sekarang ini - aborsi yang menghantar orang kepada kebutaan yang begitu rupa.

Dan untuk itulah saya menyerukan di India dan saya menyerukan di mana-mana - “Marilah kita membawa anak-anak kembali.” Anak adalah anugerah Tuhan bagi keluarga. Tiap-tiap anak diciptakan secara istimewa dalam gambaran dan citra Allah demi hal-hal yang lebih besar - untuk mengasihi dan untuk dikasihi. Dalam tahun keluarga ini, kita wajib membawa anak-anak kembali ke pusat perhatian kita. Inilah satu-satunya cara agar dunia kita dapat bertahan, sebab anak-anak kita adalah satu-satunya pengharapan bagi masa depan. Sebab orang-orang yang lanjut usia dipanggil Tuhan, hanya anak-anak mereka sajalah yang dapat menggantikan tempat mereka.

Tetapi, apakah yang Tuhan katakan kepada kita? Ia bersabda: “Sekalipun seorang ibu dapat melupakan bayinya, Aku tidak akan melupakan engkau. Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku.” Kita telah dilukiskan di telapak tangan-Nya; anak yang belum dilahirkan telah dilukiskan di telapak tangan Tuhan sejak dari saat pembuahan dan dipanggil Tuhan untuk mengasihi dan untuk dikasihi, tidak hanya sekarang dalam kehidupan ini, melainkan untuk selamanya. Tuhan tidak akan pernah dapat melupakan kita.

Akan saya ceritakan kepada kalian sesuatu yang indah. Kami berperang melawan aborsi dengan adopsi - dengan merawat sang ibu dan mengadopsi bayinya. Kami telah menyelamatkan ribuan jiwa. Kami telah mengirimkan pesan ke klinik-klinik, rumah-rumah sakit dan pos-pos polisi: “Tolong, jangan bunuh anak anda; kami akan mengambilnya.” Jadi, kami senantiasa mengatakan kepada para ibu yang sedang menghadapi masalah: “Marilah, kami akan merawat engkau, kami akan mendapatkan rumah bagi anakmu.” Dan ada pada kami begitu banyak permintaan dari pasangan-pasangan yang tidak dapat mempunyai anak - tetapi tidak pernah saya memberikan seorang anak kepada suatu pasangan yang telah melakukan sesuatu agar tidak beroleh keturunan. Sabda Yesus, “Barangsiapa menyambut seorang anak dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Dengan mengadopsi seorang anak, pasangan-pasangan ini menerima Yesus, tetapi dengan mengaborsi seorang anak, suatu pasangan menolak untuk menerima Yesus.

Saya mohon jangan bunuh anak-anak. Saya menginginkan anak-anak itu. Berikanlah anak-anak itu kepada saya. Saya bersedia menerima semua anak yang hendak diaborsi dan memberikan anak itu kepada suatu pasangan suami isteri yang akan mengasihinya dan dikasihi olehnya.

Dari rumah penampungan anak-anak kami di Calcutta saja, kami telah menyelamatkan lebih dari 3000 anak-anak dari aborsi. Anak-anak ini telah mendatangkan kasih dan sukacita begitu rupa kepada para orangtua yang mengadopsi mereka dan telah bertumbuh dengan penuh kasih dan sukacita.

Saya tahu bahwa pasangan-pasangan perlu merencanakan keluarga mereka dan bahwa untuk itu ada keluarga berencana alami.

Cara untuk merencanakan keluarga adalah keluarga berencana alami, bukan kontrasepsi.

Dengan melenyapkan daya untuk memberi hidup, melalui kontrasepsi, suami dan isteri melakukan sesuatu yang egois. Kontrasepsi mengalihkan perhatian kepada diri sendiri dan dengan demikian melenyapkan anugerah kasih dalam diri suami atau isteri. Dalam mengasihi, suami dan isteri patut mengalihkan perhatian satu kepada yang lainnya seperti yang terjadi dalam keluarga berencana alami, dan bukan perhatian kepada diri sendiri, seperti yang terjadi dalam kontrasepsi. Begitu kasih yang hidup dibinasakan oleh kontrasepsi, aborsi akan mengalir dengan sangat mudah.

Saya juga tahu bahwa ada masalah-masalah besar di dunia - bahwa banyak pasangan-pasangan tidak cukup saling mengasihi satu sama lain untuk mempraktekkan keluarga berencana alami. Kita tidak dapat menyelesaikan segala masalah di dunia, tetapi mari janganlah pernah kita mendatangkan masalah yang paling mengerikan dari segala masalah, yakni melenyapkan kasih. Dan inilah yang terjadi apabila kita mengatakan kepada orang untuk mempraktekkan kontrasepsi dan aborsi.   

Orang-orang miskin adalah orang-orang yang sungguh luar biasa. Mereka dapat mengajarkan kepada kita begitu banyak perkara yang indah. Suatu kali, salah seorang dari mereka datang untuk berterima kasih kepada kami karena telah mengajarikan keluarga berencana alami, katanya: “Kalian orang-orang yang telah mengamalkan kemurnian, kalianlah orang-orang yang paling tepat untuk mengajari kami keluarga berencana alami, sebab hal ini tak lain dari penguasaan diri demi kasih satu kepada yang lainnya.” Dan apa yang dikatakan perempuan miskin ini sungguh amat benar. Orang-orang miskin ini mungkin tak memiliki apa-apa untuk dimakan, mungkin tidak memiliki rumah tempat mereka tinggal, tetapi mereka tetap dapat menjadi orang-orang besar apabila mereka kaya secara rohani.  

Apabila saya memungut seorang yang kelaparan dari jalanan, saya memberinya sepiring nasi, sepotong roti. Tetapi seorang yang terkucil, yang merasa tidak dikehendaki, tidak dikasihi, yang ketakutan, orang yang telah dicampakkan dari masyarakat - kemiskinan rohani yang demikian jauh lebih sulit diatasi. Dan aborsi, yang seringkali mengikuti kontrasepsi, menghantar orang ke kemiskinan rohani, dan itu adalah kemiskinan yang paling parah dan paling sulit diatasi.

Mereka yang miskin secara material dapat menjadi orang-orang yang amat mengagumkan. Suatu sore kami pergi dan memungut empat orang dari jalanan. Dan salah seorang dari antaranya dalam keadaan yang teramat menyedihkan. Saya katakan kepada para biarawati: “Kalian merawat ketiga yang lainnya; aku akan merawat satu ini yang kelihatan paling parah.” Maka, saya melakukan bagi perempuan itu segala yang dapat dilakukan oleh kasih saya. Saya membaringkannya di tempat tidur, dan sungguh suatu senyum yang begitu indah mengembang di wajahnya.

Ia menggamit tangan saya, sementara ia mengatakan hanya sepatah kata saja: “Terima kasih” - dan ia pun meninggal dunia.

Saya tidak dapat tidak memeriksa batin saya di hadapannya. Dan saya bertanya: “Apakah yang akan aku katakan andai aku adalah dia?” Dan jawaban saya sederhana saja. Saya akan berusaha menarik sedikit perhatian orang bagi saya. Saya mungkin akan mengatakan: “Aku lapar; aku akan mati; aku kedinginan, aku kesakitan,” atau sesuatu seperti itu. Tetapi yang diberikan perempuan ini kepada saya jauh dari sekedar itu - ia memberikan kasihnya yang tulus. Dan ia meninggal dunia dengan seulas senyum di wajahnya.

Lalu adalah seorang laki-laki yang kami pungut dari selokan, separuh dagingnya telah digerogoti cacing-cacing dan, setelah kami membawanya ke rumah, ia hanya mengatakan:

“Aku telah hidup seperti binatang di jalanan, tetapi aku akan mati bagai seorang malaikat, dikasihi dan diperhatikan.”

Lalu, setelah kami menyingkirkan cacing-cacing dari tubuhnya, yang ia katakan dengan sebuah senyum besar hanyalah: “Suster, aku akan pulang kepada Tuhan” dan ia pun meninggal. Sungguh mengagumkan melihat kebesaran orang itu yang dapat berbicara demikian tanpa menyalahkan siapapun, tanpa membanding-bandingkan suatupun. Bagaikan malaikat - inilah kebesaran orang yang kaya secara rohani bahkan meski ia miskin secara material. Kami bukan pekerja sosial. Kami mungkin melakukan karya sosial dalam pandangan sebagian orang, tetapi kami wajib berkontemplasi dalam hati dunia. Sebab kami menjamah tubuh Kristus dan kami senantiasa ada di hadirat-Nya.

Kalian juga wajib mendatangkan kehadiran Tuhan dalam keluarga kalian, sebab keluarga yang berdoa bersama, tinggal bersama.

Ada begitu banyak kebencian, begitu banyak penderitaan; dan kita dengan doa-doa kita, dengan kurban-kurban kita, dimulai dari rumah. Kasih dimulai dari rumah, dan bukan betapa banyak yang kita lakukan, melainkan berapa banyak kasih yang kita tuangkan dalam apa yang kita lakukan.

Apabila kita berkontemplasi dalam hati dunia dengan segala permasalahannya, maka masalah-masalah ini tidak akan pernah dapat membuat kita putus asa. Kita patut senantiasa ingat bahwa dalam Kitab Suci Tuhan mengatakan kepada kita: “Sekalipun seorang ibu dapat melupakan bayi dalam kandungannya - sesuatu yang mustahil, tetapi bahkan andai ia melupakannya - Aku tidak akan melupakan engkau.”  

Dan sebab itu di sinilah saya berbicara kepada kalian. Saya menghendaki kalian mendapatkan orang-orang miskin di sini, pertama-tama tepat di rumah kalian sendiri. Dan mulailah kasih di sana. Jadilah kabar baik itu, pertama-tama kepada orang-orangmu sendiri. Dan kemudian kepada tetangga-tetangga sebelahmu. Adakah kalian mengenali siapa mereka?

Ada pada saya suatu pengalaman luar biasa mengenai mengasihi sesama dari sebuah keluarga Hindu. Seseorang datang ke rumah kami mengatakan: “Moeder Teresa, ada sebuah keluarga yang sudah lama tidak makan. Perbuatlah sesuatu.” Maka saya mengambil nasi dan segera pergi ke sana. Dan saya melihat anak-anak - mata mereka berbinar karena kelaparan. Saya tidak tahu apakah kalian pernah melihat orang kelaparan. Tetapi saya begitu sering melihatnya. Dan ibu rumah tangga itu mengambil nasi yang saya berikan dan pergi ke luar. Ketika ia kembali, saya bertanya: “Kemanakah engkau pergi?” Apa yang engkau lakukan?” Dan ia memberikan sebuah jawaban yang sangat sederhana: “Mereka juga kelaparan.” Yang mengagetkan saya adalah bahwa dia tahu - dan siapakah mereka? Sebuah keluarga Muslim - dan dia tahu. Saya tidak membawa nasi lagi sore itu sebab saya menghendaki mereka, orang-orang Hindu dan orang-orang Muslim, untuk menikmati sukacita berbagi.

Tetapi, ada anak-anak itu, yang berbinar dalam kegembiraan, berbagi sukacita dan damai dengan ibu mereka sebab ia memiliki kasih untuk memberi hingga terasa sakit. Dan kalian lihat, di sinilah kasih dimulai - di rumah, dalam keluarga.

Jadi, seperti contoh yang diperlihatkan oleh keluarga ini, Tuhan tidak akan pernah melupakan kita dan pastilah senantiasa ada sesuatu yang Anda dan saya dapat lakukan. Kita dapat memelihara sukacita mengasihi Yesus dalam hati kita, dan membagikan sukacita itu dengan siapa saja kita berhubungan.

Marilah kita tegaskan satu point ini - bahwa tak akan ada satu anak pun yang tidak dikehendaki, tidak dikasihi, tidak diperhatikan, atau dibunuh dan dicampakkan. Berilah hingga terasa sakit - dengan tersenyum.

Sebab saya berbicara begitu panjang lebar mengenai memberi dengan tersenyum, suatu ketika seorang professor dari Amerika Serikat bertanya kepada saya: “Apakah Anda menikah?” Dan saya menjawab: “Ya, dan terkadang saya mendapati sungguh sulit untuk tersenyum kepada Mempelai saya, Yesus, sebab Ia dapat sangat menuntut - ya, terkadang.” Ini sesuatu yang sungguh benar.

Dan dari sanalah kasih berasal - ketika kasih sangat berat menuntut, namun kita dapat memberikannya dengan sukacita.

Salah satu dari hal-hal yang paling berat bagi saya adalah melakukan perjalanan ke mana-mana - dan dengan publisitas. Saya katakan kepada Yesus bahwa jika saya tidak masuk ke surga karena suatu hal apapun, maka saya pastilah akan masuk ke surga karena segala perjalanan dengan segala publisitasnya itu, sebab telah memurnikan saya dan membuat saya berkurban begitu rupa dan menjadikan saya sungguh siap untuk masuk ke surga.

Jika kita ingat bahwa Tuhan mengasihi kita, dan bahwa kita dapat mengasihi sesama seperti Ia mengasihi kita, maka Amerika akan menjadi suatu tanda perdamaian bagi dunia.

Dari sini, suatu tanda perhatian bagi yang terlemah dari yang lemah - bayi yang belum dilahirkan - haruslah terpancar ke segenap penjuru dunia. Apabila kalian menjadi nyala yang berkobar-kobar bagi keadilan dan damai di dunia, maka sungguh kalian setia pada apa yang diperjuangkan oleh para pendiri negeri ini. Tuhan memberkati kalian!

sumber : “Whatsoever You Do...”; Speech of Mother Teresa of Calcutta to the National Prayer Breakfast; Priests for Life; www.priestsforlife.org

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

No comments:

Post a Comment